Diplomasi publik menjadi ajang bagi para negara-negara untuk meningkatkan kemajuan negara mereka dengan berbagai cara. Seperti kedua contoh yang sudah kita lihat diatas antara Indonesia-Thailand dan Indonesia-Amerika Serikat. Kita mengetahui bahwa diplomasi publik menjadi salah satu bidang dalam komunikasi global dengan adanya pengaruh sosial, retorika, komunikasi persuasif, dan pertukaran dan keterlibatan internasional. Pernyataan tersebut dapat kita dalami lebih dalam dengan pendapat dari Planning Group for Intergration of USIA into the Department of State, mereka mengatakan bahwa diplomasi publik sebagai ajang untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui strategi memahami, menginformasikan, dan juga memengatuh publik asing atau para masyarakat yang berada diluar negara mereka. Dengan melibatkan masyarakat asing, persebaran mengenai negara mereka menjadi meluas dan semakin banyak diketahui oleh negara lain. Diplomasi publik memiliki dua implikasi, yaitu publik sebagai objek, publik atau masyarakat menjadi tujuan dari hubungan diplomasi negara tersebut. Kedua adalah publik sebagai subjek, menjelaskan bahwa publik atau masyarakat ikut serta dalam menjalankan kegiatan diplomasi tersebut. Para pelajar, pengajar, peneliti ikut dalam diplomasi publik yang dilakukan oleh negara-negara yang sedang menjalankan kerjasama.
Diplomasi publik lebih mengarah ke “soft power”, mengapa dikatakan seperti itu ? karena dalam hubungan kerjasamanya biasanya menggunakan kebudayaan, pendidikan, maupun ekonomi. Disatu sisi juga diplomasi publik ini bukan hanya memunculkan suatu sikap saling menghormati tetapi juga menimbulkan rasa ketertatikan dan dapat menaikan citra negara lebih baik.
Hillary Clinton pada tahun 2009 yang pada saat itu masih menjabat sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa pentingnya pertukaran antara pendidikan dan kebudayaan dalam menjalin hubungan diplomatik kedepannya antara dua negara demi keberlangsungan kemajuan negara tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Clinton pada saat ia berkunjung ke Thailand dan mengadakan pertemuan di balai kota dalam rangka membahas mengenai kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang berdampak positif dalam perkembangan pendidikan Thailand.
We have been working together for 176 years, and there have been a number of important initiatives over that long period of time. But I think educational exchanges and student exchanges are among the most important, and I would like to see even more of them. I’d like more American students coming to Thailand. I’d like more American faculty coming to Thailand, and I’d like more students and faculty from Thailand coming to the United States. - Hillary Clinton ; Global communication; theories, stakeholders, and trends (McPhail, T)
Menurut Riordan (2004), abad-21 menjadi abad diplomasi publik, karena banyaknya isu-isu internasional seperti penyebaran penyakit menular, ketidakstabilan keuangan, isu sumber daya dan energi. Ditambah juga dengan kasus pandemi COVID-19 yang membuat seluruh dunia menjadi shock, disinilah para peneliti dari negara-negara bersatu untuk menciptakan vaksin COVID-19 secara cepat untuk sama-sama saling membantu dalam memutuskan penyebaran virus ini. Untuk kedepannya mari kita bersama-sama dalam bahu membahu membangun Indonesia dan seluruh dunia agar lebih maju.
Sumber :
McPhail, T. (2014). Global communication; theories, stakeholders, and trends. UK: Wiley Blackwell
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Diakses dari https://kbbi.web.id/diplomasi
Detik.com. ( 2015, 30 Januari). Sistem Pendidikan Indonesia Dikenalkan ke Publik Thailand. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-2818438/sistem-pendidikan-indonesia-dikenalkan-ke-publik-thailand
Kedutaan Besar dan Konsulat AS di Indonesia. Diakses dari https://id.usembassy.gov/id/education-culture-id/program-fulbright-id/
Pramudyani, Y. (2019, 17 Juni). AS sediakan beasiswa S2 peringati 70 tahun hubungan dengan Indonesia. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/918667/as-sediakan-beasiswa-s2-peringati-70-tahun-hubungan-dengan-indonesia#mobile-nav