Bencana alam merupakan hal yang sulit untuk dihindari karena acapkali ia datang secara tiba-tiba dan tanpa prediksi. Baru-baru ini, kabar duka tersebut datang dari saudara-saudara kita di Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana gunung Lewotobi Laki-Laki yang terletak tepatnya di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur mengalami erupsi pada Senin (4/11) dini hari.
Erupsi ini telah menciptakan dampak yang mengkhawatirkan bagi masyarakat sekitar. Lontaran batu pijar yang terbawa dari kawah gunung berapi tersebut menyebabkan terbentuknya banyak lubang menganga di permukiman warga. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena kejadian semacam ini jarang terjadi dalam aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi.
Letusan tersebut telah menyebabkan korban yang tidak sedikit. Hingga saat ini, setidaknya jumlah korban jiwa akibat bencana ini tercatat sebanyak 9 orang tewas, sementara satu lainnya masih dalam kondisi kritis, serta korban luka juga mencapai puluhan orang. Tidak hanya itu, kerugian materil juga dialami warga karena sejumlah besar bangunan di desa habis terbakar oleh "hujan" dari letusan gunung. Hal ini menyebabkan ribuan orang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman demi keselamatan mereka. Sejak letusan tersebut terjadi, saat ini pemerintah daerah telah mengeluarkan status tanggap darurat yang berlaku selama 58 hari, terhitung sejak 4 November hingga 21 Desember 2024.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), peristiwa tersebut terbilang tidak biasa, menunjukkan peningkatan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan erupsi sebelumnya. Lontaran batu pijar tersebut tidak hanya berdampak pada kondisi fisik wilayah permukiman, tetapi juga menambah ketidakpastian bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana. PVMBG telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan selalu mengikuti instruksi dari otoritas setempat guna meminimalisir risiko.
Dalam situasi ini, warga di sekitar Gunung Lewotobi diharapkan tetap waspada dan mengikuti arahan pihak berwenang. Lontaran batu pijar yang merusak permukiman menjadi pengingat akan potensi bahaya yang masih ada. Kerja sama yang cepat dan terkoordinasi antara masyarakat dan tim tanggap bencana sangat penting untuk menjaga keselamatan serta mengurangi risiko dari aktivitas vulkanik yang mungkin terus berlanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H