Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru Hijriyah dan Spirit Transformasi Diri

8 Juli 2024   12:14 Diperbarui: 8 Juli 2024   12:14 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: web.facebook.com/chozin.muhammad

Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriyah merupakan momen istimewa bagi segenap umat Islam di seluruh dunia. Momentum ini tidak hanya menandakan pergantian tahun semata namun menyiratkan makna dan nilai-nilai spiritual yang mendalam.

Sebelum era Islam, para pemuka jazirah Arab pada umumnya menggunakan kalender luni-solar yang menggabungkan sistem kalender lunar (bulan) yang memiliki 354 hari dalam setahun, dan dengan sistem kalender solar (matahari) yang memiliki 365 hari. Karena penanggalan lunar ini jumlah harinya lebih sedikit disesuaikan dengan jumlah hari pada kalender solar (hanya selisih 11 hari dari kalender solar), maka agar sesuai dengan kalender solar, mereka pun menambahkan bulan tambahan (bulan ke-13) untuk setiap beberapa tahun sekali yang disebut nasi'. Kenapa tahun nasi' itu ada? Agar bulan Muharram (yang merupakan awal tahun baru) akan selalu jatuh setelah musim panas (sekitar bulan September -- menurut kalender solar).

Sayangnya selalu saja ada konflik antar suku dalam memutuskan tahun nasi' kala itu. Setiap suku di Arab memiliki pendapat yang berbeda-beda untuk memulai tahun barunya. 

Bahkan kadang kala konflik tersebut menyebabkan perang antar suku, pasalnya ketika satu suku memiliki keputusan yang berbeda untuk memulai tahun baru, yang akhirnya mereka juga akan memulai bulan Muharram pada waktu berbeda pula. Inilah yang menjadi muasal penamaan Muharram sebenarnya dibuat untuk mengantisipasi adanya konflik tersebut. Muharram yang berarti bulan larangan memiliki maksud bahwa pada bulan tersebut tidak boleh adanya peperangan.

Ilustrasi perang antar suku era pra-Islam (Fauzan Kamil/detikcom)
Ilustrasi perang antar suku era pra-Islam (Fauzan Kamil/detikcom)

Nabi Muhammad SAW  atas perintah Allah SWT mengganti  sistem kalender luni-solar menjadi kalender lunar murni telah menciptakan perdamaian antara orang-orang Arab waktu itu. Akhirnya tidak lagi adanya konflik antar suku yang hanya untuk menentukan tahun nasi'. Pun rasulullah SAW masih tetap mempertahankan nama-nama bulan sebagaimana sebelumnya seperti bulan Muharram, Shafar, Rabi'ul Awwal, Rabi'ul Akhir, Jumadl Awal, jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo'dah, Dzulhijjah masih tetap digunakan.

Dalam sistem kalender Hijriyah, Muharram merupakan bulan pertama sekaligus bulan yang dimuliakan. Kenapa Muharram menjadi bulan dalam urutan pertama dalam sistem kalender Hijriah? Kisah ini bermula pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Ketika pada waktu itu Gubernur Abu Musa Al-Asyari mengirimkan surat kepadanya dan mengungkapkan kebingungannya perihal banyaknya surat-surat yang tidak memiliki tahun sehingga menyulitkannya saat penyimpanan dokumen atau pengarsipan. Pasalnya umat Muslim pada saat itu masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam tanpa angka tahun dalam penulisan surat, dan hanya sebatas bulan dan tanggal.

Menindak lanjuti surat dari Abu Musa al-Asy'ari itu, akhirnya Khalifah Umar bin Khattab turuntangan membentuk sebuah komite penyusunan kalender Islam terdiri dari enam orang yang  dipimpin secara langsung olehnya bekerja untuk menetapkan dimulainya penggunaan kalender Islam seperti Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa'ad bin Waqqas, serta Thalhan bin Ubaidillah.

Setelah tim disepakati, mulailah pembahasan mengenai penentuan tahun pertama. Sebagian ada yang mengusulkan dimulai di tahun Gajah, yaitu waktu kelahiran Nabi. Ada pula yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi.

Selain itu, ada juga yang mengusulkan di tahun pengangkatan menjadi Rasul, hingga muncul opsi di tahun hijrah Rasulullah ke Madinah yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib. Usulan peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah disepakati sebagai penanda awal Tahun Baru Islam sebab hijrah merupakan momen transformasi dakwah Islam besar-besaran.

Ide menggunakan nama Hijriyyah berasal dari Ali bin Abi Tholib, yang menjadi salah satu anggota komite. Tahun pertama penanggalan diawali dengan tahun ketika Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah. Makanya namanya menjadi kalender Hijriyah.

Pertimbangan Ali bin Abi Thalib menjadikan momen hijrah nabi sebagai nama dalam kalender Islam adalah karena begitu bersejarahnya peristiwa tersebut sehingga ayat-ayat Al-Qur'an banyak memberikan kredit kepada seseorang yang melakukan hijrah. Masyarakat Islam didirikan secara independen setelah hijrah Nabi (bergerak) dari Mekah ke Madinah.

Disamping itu, menurut Ali bin Abi Thalib, setiap Muslim seharusnya memiliki inspirasi dari hijrah, yaitu memiliki kehidupan yang dinamis. Muslim seharusnya tidak stagnan pada satu kondisi, tetapi mereka harus secara aktif tumbuh dan berubah menjadi yang lebih baik

Banyaknya usulan dalam komite "ad hoc" tersebut terkait  pemilihan nama-nama bulan sebagai penanda awal tahun Hijriyah ini, pun akhirnya Khalifah yang terkenal tegas dalam menjalankan setiap tugasnya itu memutuskan bahwa bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam susunan tahun Hijriah. 

Khalifah Umar berpendpat bahwa meskipun hijrah dilakukan di bulan Rabiul Awwal, akan tetapi permulaan Hijrah dimulai sejak bulan Muharram. Muharram juga identik dengan Asyura (yang artinya kesepuluh), yang merujuk pada tanggal 10 di bulan Muharam atau yang dikenal sebagai hari Asyura.

Hari Asyura di Indonesia diperingati dengan berbagai tradisi, yaitu Lebaran Anak Yatim (Idul Yatama). Ya, karena setiap tanggal 10 Muharam di Indonesia adanya tradisi masyarakat sejak dulu kala yang kerap menyantuni anak yatim.

Tahun  Hijriyah ini juga mengingatkan kita pada peristiwa hijrahnya rasulullah Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Perjalanan spiritual penuh pengorbanan dan keteguhan iman ini tidak hanya perpindahan fisik semata, tetapi juga simbolisasi akan transformasi diri dan komitmen untuk menegakkan kebenaran. 


Yaps, singkatnya bagi kita sebagai umatnya bahwa Tahun  Baru menjadi momen refleksi dan introspeksi diri dalam memperjuangkan hal-hal yang baru, berani untuk menapaki kehidupan yang baru, bertansformasi untuk  menuju masa depan yang lebih gemilang. Mari kita menapaki dua belas bulan kedepan dengan spirit al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni 'Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik'. []

Saya beserta keluarga turut mengucapkan, Selamat Tahun Baru 1446 Hijriyah

Artikel-artikelku yang lain dapat dibaca di sini ya... :

Trah Kiai Ageng Besari Ponorogo Sambangi Joglo Anies Baswedan 

Orang Miskin dan Polisi Baik Hati Pembawa Bantuan Tuhan

Halalbihalal di rumah Mas Anies Baswedan

Belajar Arti Kesabaran yang Tak Terbatas

Mengisi Diskusi Peran Milenial Dalam Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun