Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Arti Kesabaran yang Tak Terbatas

29 Maret 2024   08:30 Diperbarui: 30 Maret 2024   06:12 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin pada hari Minggu 24 Maret 2024 saya menghadiri acara Buka Bersama yang diselenggarakan oleh Turuntangan Jakarta. Acara yang diadakan di Rumah Relawan TurunTangan, Cikini Jakarta Pusat ini kebetulan saya diminta untuk memberikan sambutan dan pesan-pesan akan Puasa dan nilai-nilai utama di bulan Ramadan.

Saya mengajak sedikit berdikusi kepada pengurus Turuntangan Jakarta , bahwa pada agama-agama samawi pun bahkan bukan agama samawi juga ada ajaran tentang puasa. Contohnya para umat Kristiani berpuasa dengan meninggalkan makanan yang disukainya selama 40 hari. Aktualisasi dari laku berpuasa selama sebulan adalah terus turun tangan membantu orang lain dan terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah di sekitar kita.

Tapi intinya bahwa puasa itu adalah proses bagi orang  yang melaksanakannya, dan merupakan latihan agar dapat merasakan prihatin, tujuannya secara eksplisit berpuasa dalam agama Islam adalah la'al-lakum tatakun, yaitu supaya kita bertakwa. Definisi takwa pada umumnya adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inti dari takwa itu sebenarnya kan takut untuk melanggar aturan, takut untuk berbuat dosa, takut untuk tidak disiplin.

Takwa itu sebenarnya kan takut untuk melanggar aturan, takut untuk berbuat dosa, takut untuk tidak disiplin. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa derajat manusia itu bukan ditentukan oleh baik buruknya rupa wajahnya, harta bendanya, jabatan serta tahtanya, akan tetapi yang paling mulia di antara para manusia itu adalah tingkat ketakwaannya. Jadi bukan pula dari kecerdasannya, bukan keturunannya, bukan dari anak siapa akan tetapi ketakwaannya  bahkan tidak dilihat berdasarkan strata sosialnya.

Saya menambahkan bahwa dalam  ajaran Tauhid itu bukan sekedar kami percaya ada Tuhan Yang Maha Esa,  ajaran Tauhid apabila diajarkan dan diejawantahkan secara benar maka akan menjadi insan yang actionable, mewujud dalam perbuatan sikap manusia itu sendiri. Apa  maksudnya? Bahwa ketika orang itu hanya yakin bahwa ia merasa super power, merasa ultimate,  seharusnya yang paling harus ditakutkan adalah Tuhan. 

Jika demikian maka dia tidak takut lagi dengan yang selain Tuhan termasuk takut sesama makhluk dan lain-lain.  Dan kemudian kalau dia mengilhami dari ketakwaanya, maka dia akan melihat bahwa sesama manusia itu adalah setara. Nah itulah yang kemudian kenapa waktu itu Nabi Muhammad SAW berhasil membangkitkan semangat orang-orang yang tertindas di Makkah waktu itu untuk melawan perilaku jahiliyah.  Kala itu di kota Makkah ketika era Nabi mengawali syiar Islam merupakan era dimana suburnya feodalisme yang sangat hegemonik. 

Hanya keturunan-keturunan dari golongan tertentu yang merasa paling "terbaik" diantara kaum-kaum yang lain yan bermukim di Mekkah. Kaabah, kala itu hanya dikuasai oleh sekelompok klan tertentu, nah disitulah kemudian Rasulullah SAW justeru mendekati para budak dan kamum mustad'afin (orang-orang terpinggirkan) dengan penuh keikhlasan mengajarkanan ilmu Tauhid dan memberikan pencerahan bahwa  meskipun sebagai budak sahaya akan tetapi derajat dan status sosialnya sama dengan orang-orang keturunan bangsawan bani Quraisy di depan Allah SWT sama, asalkan perbuatan-perbuatanmu itu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.


Oh iya,  puasa juga merupakan latihan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang disekeliling kita yang secara ekonomi kurang. Contohnya ada orang-orang yang merasakan lapar berhari-hari, kita yang menjalankan puasa harus dapat merasakan itu supaya memiliki empati. Selain itu, berpuasa juga melatih kedisiplinan, seperti  disiplin waktu, contohnya waktunya berbuka ya berbuka, waktunya untuk sahur kita juga tunaikan sahur. 

Contoh lain dari disiplin yaitu disiplin tidak sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi juga harus menjaga pandangannya, menjaga lisannya, pendengarannya bahkan perasaannya. Kesimpulannya adalah pengendalian diri.  Pengendalian diri ini Kuncinya apa? Sabar! Saya mungkin pernah cerita tentang kesabaran yang dicontohkan langsung Oleh Nabi Muhammad SAW.

Mungkin bagi sebagian kita kan sering mengartikan bahwa sabar ada batasnya. Sabar itu tak terbatas loh.  Kalau anda sabar ya jangan mengukur dengan batasan-batasan. Contoh dari perilaku sabar seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mempunyai kebiasaan rutin yaitu menyuapi makan orang buta yang merupakan pengemis di pasar.  Sembari menyuapi orang buta itu, orang buta itu becerita bahwa cilaka Muhammad, pokoknya jangan percaya sama Muhammad, Muhammad itu tukang dusta, tukang sihir. Tapi Nabi Muhammad tidak pernah marah bahkan tidak pernah  mengaku siapa dirinya sebagai seorang nabi dan rasul dan bahkan sebagai  pemimpin negara.

Singkat cerita pada kisah ini ketika kanjeng nabi Muhammad SAW berpulang kepangkuan Allah SWT. Si orang buta ini merasa kenapa  tidak ada orang yang datang lagi yang menyuapi makan?. Abu Bakar sebagai orang yang tahu kebiasaan Nabi Muhammad SAW meneruskan tugas mulia menyuapi si orang buta itu. 

Ada keanehan dalam diri si orang buta itu ketika disuapin oleh Abu Bakar, ia merasakan  cara menyuapinya berbeda, dalam hati orang buta itu berujar ini pasti bukan orang yang biasa menyuapi saya? Curiga tak berkesudahan akhirnya tertumpah dan si orang buta itu nyeletuk "Ini bukan orang yang biasa menyuapi saya",  akhirnya Abu Bakar pun tertunduk menangis dan kemudian mengakui bahwa yang setiap hari menyuapimu itu adalah Nabi Muhammad SAW,  aku adalah Abu Bakar yang menggantikan tugas beliau. Si orang buta ini akhirnya menangis tersedu-sedu dan bertobat.

Nah apa hikmah yang diambil dari kisah ini? Hikmahnya adalah kenikmatan kebahagiaan yang tak terbatas, bahkan kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak pernah sampai merasakan kebahagiaan si orang buta itu. Karena apa? Manusia nan agung tersebut sudah pulang ke pangkuan ilahi. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa puasa merupakan media pembelajaran dan berlatih untuk sabar,  latihan tidak mudah marah, latihan untuk tidak ngomong yang jelek, tentunya juga latihan tidak makan dan tidak minum.

Saya kira kita beruntung karena ada ajaran di semua agama yang teman-teman anut. Bahwa apabila kita dapat merasakan penderitaan apa yang dirasakan oleh orang lain maka sesungguhnya setelah mulai proses latihan itu akan muncul jiwa-jiwa "turun tangan".  Nah Jadi napas turun tangan itu adalah ekspresi dari proses latihan kita berpuasa, ajaran spiritualitas keagamaan sesungguhnya harus mewujud dalam aksi-aksi sosial kita, memantik sebuah aksi yang memiliki dampak positif pada sekeliling. 

Nah disitulah kemudian peran ajaran agama-agama apapun itu menjadi konkret karena memang mendorong, menstimulasi orang-orang itu untuk berbuat baik. Karena apa? Karena apabila tidak ada ajaran seperti itu sudah menjadi habit atau tabiat manusia untuk memuaskan diri sendiri, healing contohnya. Agama itu tidak melarang orang healing,  tidak melarang orang bersenang-senang tetapi diarahkan sehingga ketika bersenang-senangnya Diarahkan, maka senang-senang itu tidak destruktif baik destruktif terhadap dirinya sendiri keluarga dan manusia lainnya.

Teman-teman ketika berbuat sesuatu itu kan sebenarnya bersenang-senang, contohnya ketika Baksos Gerakan Malam (GERAM) Ini kemarin mungkin ada yang mau ke tempat wisata-wisata yang lain,  malam-malam Anda keliling membagikan makanan  senang bukan? Seperti yang  sering saya katakan bahwa anda membantu orang yang mendapat benefit manfaat paling banyak itu sevara tidak langsung adalah bukan orang yang anda bantu.

Bayangkan saja Gerakan Malam dengan berboncengan motor keliling kota membagikan nasi bungkus kira-kira hal apa yang dirasakan oleh si penerima bantuan tersebut apa? Mendapat nasi yang hanya saja mengobati lapar seharian, dapat tidur nyenyak malam itu juga walaupun besoknya seharian menahan lapar  lagi, akan tetapi anda yang menjalankan itu memiliki benefit seumur hidup yang dapat diceritakan ke adik-adiknya, saudaranya bahkan ke anak-anak anda kelak,   artinya anda kan menikmati "kenangan produktif" itu seumur hidup. Kesimpulannya adalah  berkomunitas di Turuntangan bareng-bareng melakukan kebaikan,  sehingga ketika kebaikan itu dilakukan bareng-bareng maka akan menjadi terasa ringan.  []

Yuk Baca artikel-artikelku yang lain di sini... :

Dukungan para Pelaut untuk AMIN 

Jika Pilpres Dua Putaran, AMIN Jadi Pemenangnya 

Mengisi Diskusi Peran Mlenial Dalam Politik

Bersua dengan Rakan Seperjuangan di Negeri Jiran

Sholawat Asghil Itu Ditiupkan di Jogja, Dihentakkan di Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun