Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini, Pijar Warisanmu Turut Menerangi Langkah Kaoem Poeteri Pribumi Hingga Kini

22 April 2023   16:30 Diperbarui: 22 April 2023   16:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ia tak sempat menikmati hidup lama. Beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya bernama R.M. Soesalit Djojoadhiningrat, ia kembali ke haribaan Yang Maha Kuasa dalam usia 25 tahun. Namun di masa kehadirannya yang  pendek di dunia, ia telah memancarkan sinar pencerahan pada kesetaraan kaum perempuan di bumi pertiwi. Panjang Pancaran sinarnya bahkan panjang umurnya, hingga kini masih bersinar.

"Dari gelap terbitlah terang", semboyan itu ia gaungkan ke seantoro negeri terjajah hingga negeri penjajahnya.

Membuka kesadaran hati banyak orang, bahwa perempuan pada hakikatnya setara dengan laki-laki. Gerakan menyetarakan perempuan, pendidikan adalah koentji!

Ia adalah Ibu Raden Ayu Kartini atau yang lazim dikenal dengan RA Kartini, sosok perempuan pejuang dan penggerak emansipasi wanita ini lahir di Jepara 21 April 1879, wafat pada tanggal 17 September 1904 dan dimakamkan di Taman Makan Pahlawan di Kabupaten Rembang. Kartini semasa hayatnya terdidik sebagai santriwati dari Kyai Soleh Darat Semarang, guru yang sama untuk KH Wahid Hasyim (Pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhamamdiyah). Para penggerak itu rupanya satu guru, satu hulu. 

Foto : Wikipedia.com
Foto : Wikipedia.com

Kepada gurunya, Kartini yang juga anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri itu, mengusulkan agar surat Al-Fatihah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Rupanya putri tertua dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang  menjabat bupati Jepara saat itu punya tujuan,  yaitu supaya pembacanya tak hanya membaca sekedar sebagai ritual, namun memahami makna dari kalimat-kalimat mantra suci itu. Dari sini kita tahu, Kartini tak sekedar pembelajar, namun juga penggerak, sama seperti rekan seperguruannya. Kartini tak mau ummatnya sekedar esktis, tapi ia mau menggugah kesadaran melalui literasi, lalu orang akan bergerak atas kesadaran itu.

Saudara-saudara perempuannya melanjutkan perjuangannya untuk mendidik anak perempuan dan perempuan setelah kematiannya. Bakan, surat-surat Kartini diterbitkan di sebuah majalah Belanda yang akhirnya pada tahun 1911, menjadi sebuah karya-karya seperti: Habis Gelap Terbitlah Terang, Kehidupan Perempuan di Desa, dan Surat-Surat Putri Jawa.

Kini, disetiap tanggal kelahirannya yaitu 21 April, dirayakan secara serentak di pelosok Nusantara sebagai Hari Kartini untuk mengenang dan meneladani betapa pijar warisannya turut menerangi langkah-langkah konstruktif "Kaoem Poeteri" pribumi untuk berdaya  hingga kini. Tak hanya itu, namanya juga dijadikan nama beberapa sekolah bahkan nama jalan, bahkan sebuah yayasan didirikan atas namanya untuk membiayai pendidikan anak perempuan Indonesia. 

Dari pusara makam Ibu Kita Kartini di Rembang, sehari menjelang Idulfitri 1444H, saya mengucapkan Selamat Hari Kartini 21 April 2023. Semoga kesadaran kesetaraan perempuan dan laki-laki terus melingkupi anak negeri, semoga harmoni menyatu dalam kehidupan bangsa ini. []

Yuk baca artikel-artikelku yang menarik disini:

Bahagiaku, Bahagiamu Jua: Ceritaku Melepas Mudik Bersama Warga Kaliadem oleh Turuntangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun