Saya memaknai Nahdlatul Ulama (NU) lebih sebagai jama'ah dari pada jam'iyyah-nya. Terlahir dari orang tua yang perjuangan hidupnya adalah untuk menghidup-hidupi NU, tercelup dan tumbuh dalam lingkungan tradisi NU, terdidik dalam pesantren tempat lahirnya NU, kini rasanya punya tanggungjawab moral untuk melunasi hutang budiku pada NU.
Sebagai jamaah, aku adalah NU secara given tetapi sebagai jam'iyyah aktivitasku justru banyak berada di luar struktur NU, baik secara profesi maupun organisasi. Meminjam istilah Gus Mus, jamaah adalah isinya - jam'iyyah adalah wadahnya.
Memang ada struktur NU (jamiyyah) tetapi kebanyakan orang NU adalah jamaahnya. Saya adalah salah satu bagian itu, yang sering disebut sebagai "nahdliyyin" (orang-orang yang bangkit).
Ngomongin soal kebangkitan, peran NU dalam kancah perjuangan kemerdekaan sudah tidak diragukan. NU tidak hanya bagian yang tidak terpisahkan dalam kancah revolusi, akan tetapi turut menjadi "aktor" agar Republik ini tetap eksis hingga sekarang.
Tinta emas sejarah mencatat, NU turut  mewarnai perjalanan bangsa ini, sebut saja ketika NU turut mempersiapkan kemerdekaan RI, bahkan ketika menghadapi gelombang besar pergantian zaman akhir tahun 1965 ketika meletusnya "gegeran PKI". NU telah melakoninya, bahkan kader NU turut menjadi "korban" yang tak berdosa atas peralihan kekuasaan tersebut.
Kini, seabad telah berlalu semenjak jamiyyah ini didirikan. Tak dapat dipungkiri, NU memiliki kontribusi aksi nyata dalam pembangunan bangsa dalam segala aspek. Sebagai bagian jamiyyah NU, saya mengajak, yuk turut berperan untuk menghadapi berbagai tantangan agar NU semakin solid menghadapi era kekinian serta bisa menjemput masa depan sesuai yang dicita-citakn pendirinya.Â
Dari lubuk hati terdalam, saya meyakini, insya Allah NU bisa melewatinya perjalanan berikutnya, karena NU telah terbiasa mengecap asam-garam, pahit dan manisnya perjalanan bangsa ini.
Momentum abad kedua NU ini merupakan tonggak penanda kebangkitan baru untuk NU yaitu turut memperkokoh keislaman dan keindonesiaan serta meningkatkan kesejahteraan umat dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih maju dan bermartabat.
NU, Selamat mengembangkan semangat kebangkitan 100 tahun wahai para nahdliyyin. Bersama-sama kita rawat jagat membangun peradaban []
Jangan lupa baca artikel-artikelku yang lain, yuk:
Kampung Literasi Balebuku di Palmeriam, Jaktim
Nobar Balada Si Roy Sekalian Launching Buku
Ziarah Masjid Kubah-99 di Makassar
Finally, Accusations of Identity Politics to Anies Evaproted
Pengelana yang Kembali: Sepenggal Cerita dari Tegalsari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H