Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pengelana yang Kembali: Sepenggal Cerita dari Tegalsari

18 Desember 2022   09:00 Diperbarui: 30 Agustus 2023   04:04 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokumen Pirbadi/Istimewa

Saat menikah di Klaten dan beranak satu, ia dipanggil pulang oleh orang tua di Tegalsari. Setelah merantau hampir dua puluh tahun, akhirnya Pak Sadeli pulang kampung “for good” dengan membawa seorang istri dan bayi yang baru berumur enam tahun. Untuk menjaga kelangsungan ekonomi, di Tegalsari, dia membuka jasa service elektronik. Usahanya laris dan mencukupi ekonominya. Bahkan berkembang menyediakan jasa pembuatan batrai (accumulator).

“Tak ada yang punya keahlian itu di Ponorogo, hanya saya”, katanya. Ilmu membuat baterai-pun ia “curi” dari mantan bos tempat kerjanya di kota lain. Waktu itu belum ada listrik PLN masuk kampung, listrik baru masuk setelah tahun 1985. Jadi, orang yang punya radio atau televisi menyalakannya menggunakan batrai. Bisnis batrai saya sangat menguntungkan zaman itu.

Tetapi zaman berubah, setelah PLN masuk kampung, usaha pembuatan baterai saya mati. Tak ada lagi orang pesan baterai, karena barang-barang elektronik menyala dengan langsung colok ke listrik PLN.

Demikian juga, keahilan service elektronik saya, tidak laku lagi. Orang-orang kalau barang ektroniknya rusak, lebih baik beli baru. Karena harganya murah.

Akhirnya Pak Rudi banting setir: bertani. Sebagai trah Ki Ageng Besari, sawah warisannya cukup luas. Dia kelola sawah itu, ditanami padi. Sawah itulah yang menjadi tumpuan hidupnya hingga sekarang.

Pak Rudi sekarang hidup berdua dengan istri tercintanya. Anak-anaknya sudah menyebar merantau ke kota lain. Ngobrol dengan Pak Rudi tak pernah membosankan, wawasan dan pengalamannya yang luas menjadikan tema obrolan selalu berkembang. Itu pula yang menandakan kekosmopolitan Desa Tegalsari, meski desa, sejak zaman sudah kosmopolitan.[]

Yuk baca artikel-artikelku yang lain:

Sociopreneur, Aksi Nyata Mahasiswa sebagai Agent of Change 

Berkunjung ke Ponpes Al-kautsar Al-akbari, Medan 

Mengapa Anies Selalu Disambut Meriah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun