Maraknya kasus pelecehan seksual belakangan ini, seperti kasus predator seks Herry Wirawan di Bandung membuat geram banyak pihak. Salah satu pihak yang geram itu adalah Ketua Turun Tangan, Muhammad Chozin Amirullah.
Chozin bersama isterinya mengaku merasa geram sekaligus khawatir membayangkan kejadian itu. Terlebih, diketahui dia memiliki 3 orang putri yang masih anak-anak. Ia dan isterinya mendiskusikan para pelaku kejahatan seksual bisa menggunakan kedok apa pun dalam menjalankan aksinya, seperti agama, pekerjaan, dan lain-lain. Sehingga, baginya, para orang tua harus berhati-hati.
"Terutama kepada orang tua, lebih baik protektif dari awal, ajari anak-anak untuk tidak mudah percaya kepada orang yang belum kenal atau orang dekat sekali pun ketika meminta sesuatu yang tidak masuk akal. Dan biasakan anak-anak kita itu untuk kritis, untuk bertanya ketika ada yang ngajak ini, ngajak itu, jangan langsung mau begitu," kata Chozin kepada Barisan.co, Jumat (18/12/2021).
Chozin mengungkapkan untuk langkah pencegahan yang ia dan isterinya lakukan untuk melindungi putri-putrinya. Pertama, mengajari bergaul agar ketika anak mulai berinteraksi dengan masyarakat luas tidak kaget dengan fenomena yang bisa saja terjadi.
Tinggal di cluster perumahan, tak jarang warganya ada yang cenderung individualis. Maka itu, Chozin mendirikan rumah tahfidz agar ada interaksi antar anak-anak di sekitar kompleks perumahannya.
Menurutnya, ketika adanya interaksi dan saling mengenal satu sama lain, maka mereka akan saling melindungi satu sama lain. Ini juga menjadi salah satu langkah pencegahan bagi anak-anak dari predator seks.
"Sehingga kalau ada apa-apa dibantu diamankan karena saling mengenal," tuturnya.
Kemudian, lanjut Chozin, anak pertama dan keduanya diberikan pelajaran bela diri, sehingga jika ada kejadian yang tak diinginkan, keduanya dapat membela dirinya sendiri.
Ketiga, dia juga membekali buku bacaan sebagai referensi dan juga memberikan penjelasan pada anak-anaknya apabila menonton tayangan di TV agar paham dan kelak tidak gagap dengan konten yang ditayangkan.
Terakhir, sejak dini, Chozin dan isterinya juga memberikan memberikan penjelasan yang mengarah ke pelecehan seksual agar mereka paham bahwa kekerasan itu tidak selalu mengarah ke fisik saja.
Contohnya saja kekerasan seksual berupa pelecehan termasuk siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, menunjukkan konten pornografi.
Selain itu, menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual juga terdiri dari pelecehan jenis kelamin, perilaku cabul atau menggoda, pemaksaan seksual, menjanjikan imbalan, dan sentuhan fisik yang disengaja.
Sebab itu, dia bersama isterinya menanamkannya kepada anak-anaknya agar ketika ada orang yang melecehkannya, mereka bisa straight melawan
Chozin menambahkan penanaman sejak dini menjadi salah satu langkah pencegahan yang perlu dilakukan karena definisi tiap jaman bisa saja berbeda. Ia mencontohkan catcalling dulu dianggap sesuatu yang normal, namun kini masuk dalam kategori pelecehan seksual.
Selain itu, merebaknya media sosial juga mungkin menjadi korban pelecehan, seperti dikirimi gambar atau juga perkataan yang tidak patut.
Chozin melanjutkan sebenarnya pendidikan dini ini tidak hanya untuk anak perempuan, tetapi juga kepada laki-laki.
"Kenapa anak laki-laki itu juga perlu tahu mana yang masuk kategori harrashment? Karena justru laki-laki yang paling berpotensi melakukannya. Ada dorongan-dorongan nafsu yang lebih tinggi di diri laki-laki sehingga dia akan langsung membatasi dirinya," pungkasnya. [rif]
Baca yuk artikel-artikel lainnya:Â
 Aktor Figuran Drama Simulasi Bencana
Jakarta Makin Asyik, Jadi Kota Literasi Dunia
Relawan Kini, Pahlawan Masa Depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H