[caption caption="Foto bersama mendikbud bersama staf kemendikbud sesuai arahan mendikbud untuk memakai kostum daerah, selasa 1/3/2016."][/caption]
Selasa, 1 Maret 2016 adalah kali ketiga buat kami di Kemdikbud memakai kostum daerah saat bekerja di kantor. Hal ini sesuai dengan edaran dari Sekjend Kemdikbud no.... Yang isinya menyatakan bahwa pada Selasa I dan III setiap bulannya, seluruh pimpinan dan staf Kemdikbud ngantor dengan menggunakan kostum daerah.
Berikut ini adalah pesan Mendikbud Anies Baswedan kepada seluruh staf mengenai pakaian adat tersebut:"
Assalamu'alaikum wr wb
Yth Ibu dan Bapak
Seluruh Kerabat Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Malam ini dalam perjalanan pulang ke rumah, saya melihat kembali foto-foto yang diunggah sore tadi oleh Pak Irjen di WA Grup. Berderet foto kita semua sedang berpakaian adat, dikirimkan dari berbagai satker dan unit.
Indonesia kita memang Raya. Sudah sering disebut bahwa pada kita ada lebih dari 300 suku bangsa, lebih dari 700 bahasa. Tapi itu bukan sekadar angka statistik penyemai decak kagum. Itu adalah ilustrasi kecil atas kebhinnekaan yang sesungguhnya. Di balik angka-angka itu adalah berjuta olah pikir, olah budi dan olah daya manusia Indonesia.
Kebhinnekaan itu tak boleh sekadar angka statistik untuk diketahui. Kebhinnekaan bukan sekadar pengetahuan, kebhinnekaan harus menjadi kesadaran, harus dirasakan.
Hari Selasa ini kita merasakan kebhinnekaan itu. Kita semua, yang bertugas di Kemdikbud, mengekspresikan kebhinnekaan dalam pakaian adat. Pemandangan seperti ini memang sulit ditemukan padanannya di Indonesia. Bagaimana dalam sebuah kantor baik di pusat maupun di daerah, ditemukan pakaian adat, bukan hanya dari satu suku, tapi dari berbagai suku dari segala penjuru nusantara. Inilah salah satu wujud ber-Indonesia!
Walau yang terlihat mata di hari Selasa ada pesan kebhinekaan, sesungguhnya ada pesan penting dan utama dibalik berpakaian adat ini: mengembalikan pakaian adat menjadi pakaian kerja, pakaian keseharian.
Kita sama-sama sedang mecontohkan dan mengirimkan pesan pada semua bahwa Kemdikbud menghidupkan kembali, membiasakan kembali untuk bekerja dan berkarya dengan berpakaian adat.
Pakaian adat bukan hanya yang biasa dipakai untuk upacara. Sudah terlalu lama kita menggunakan pakaian adat hanya untuk upacara dan kegiatan khusus. Berpakaian adat dianggap normal saat upacara adat, misalnya upacara pernikahan, tetapi sudah makin jarang kita berkarya dan bekerja keseharian dengan memakai pakaian adat.
Kini kita di Kemdikbud membuktikan bahwa ada banyak ragam pakaian adat yang merupakan pakaian kerja. Sebagaimana generasi orangtua kita, mereka berkeseharian dengan pakaian adat. Mereka terampil bertani, berkebun, berkarya dengan memakai pakaian adat. Itulah pesan utama yang kita kirimkan pada semua: pakaian adat bukan hanya dipakai saat upacara, pakaian adat adalah pakaian keseharian, pakaian saat bekerja, pakaian saat berkarya.
Mari kita gaungkan pesan utama kita ini. Dan, karena itu mari kita berinovasi. Tugas kita bukan saja melestarikannya, tapi juga mengembangkan pakaian adat. Mari kita kembangkan pakaian adat menjadi pakaian yang nyaman untuk bekerja. Kita sama-sama jaga nilainya, kita tinggikan estetikanya, dan kita mudahkan penggunannya.
Pesan berikutnya adalah soal melapangkan arena berkarya. Kita ketahui bahwa hampir semua pakaian adat adalah hasil keterampilan tangan-tangan pengrajin, penerus dan pengembang budaya. Keterampilan mereka itu sudah hidup bergenerasi-generasi, lintas dekade dan abad. Kini mereka makin mengecil jumlahnya. Bukan tidak mungkin pengrajin pakaian adat akan perlahan jadi amat langka jika karya-karyanya tidak dimanfaatkan, jika tidak cukup pasar untuk menyerap karya mereka.
Oleh karena itu, pasar yang menyerap hasil karya para pengrajin ini harus dibesarkan, harus ditumbuhkan. Dan satu hal yang pasti, saat kita memakai pakaian adat maka kita sedang ikut melakukan redistribusi kesejahteraan: dana untuk membeli pakaian itu tidak dikirimkan untuk baju pabrikan hasil padat modal, tapi dikirimkan untuk para pengrajin pakaian adat yang usahanya berskala ekonomi kecil atau amat kecil.
Dan lewat pakaian adat yang kita gunakan dua kali sebulan ini kita memberikan contoh konkret bagaimana kita merasakan dan merayakan kebhinnekaan.
Merayakan kebhinekaan bukan sebagai upacara tapi sebagai keseharian. Berkarya dan bekerja dalam nuansa adat. Kita pilih untuk berseragam tapi beragam; berseragam tanpa diseragamkan.
Sebuah pesan pegingat tentang Indonesia yang Raya. Mari kita terus jaga dan rayakan kebhinnekaan ini. Mari kita kembalikan pakaian adat menjadi pakaian kerja, pakaian keseharian. Sembari melapangkan arena berkarya bagi pengrajin, pelestari dan pengembang tradisi busana adat.
Salam hangat dan selamat meneruskan karya.
Wassalam,
Anies Baswedan
[caption caption="Bertemu tamu dari Negara lain mendikbud Anies Baswedan merasa bangga memperlihatkan pakaian adat ketamu."]
Andai semua daerah menerapkan baju seperti ini, pakaian adat akan menjadi kebanggaan masa depan bangsa, pengrajin lokal akan hidup
Mau tahu serunya menteri dan seluruh staf Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ngantor pakai #kostumDaerah, hari Selasa kemarin?.
Klik yang ini:
http://youtu.be/oj1EBuHXAt0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H