Saya bersama Edward dalam sebuah campaign video di youtube
"At the end of my life, I want to be able to say that I contributed more than I critized"
[Edward Suhadi, fotografer profesional]
Panggilannya Edward, lengkapnya Edward Suhadi. Badanya gedhe-kebulatan, matanya sipit, kepalanya plonthos disisakan rambut bagian tengahnya aja - gaya mohak. Dari matanya, jelas ia adalah keturuna Tionghoa. Cuma peranakan Tionghoa yang satu ini agak eksentrik, biar pun banyak duit, ia tetep aja bergaya 'ndeso' dan penggemar fanatik sop buntut.
Aku pertama kali akrab Edward saat perjalanan keliling jawa bersama Anies Baswedan. Waktu itu, menjelang akhir November, dalam rangka konvensi Partai Demokrat, Mas Anies dan rombongan berkeliling Jawa menggunakan bus menempuh perjalanan 3000km. Saya dan Edward adalah bagian dari tim roadahow tersebut. Kami mengunjungi tokoh-tokoh pesantren dan bertemu dengan kyai-kyai di pesantren.
Bagi saya yang memang dibesarkan di pesantren, perjalanan mengunjungi kyai adalah bukan hal yang baru. Tetapi perjalanan tersebut menjadi istimewa karena ada Edward. Bayangkan, dia yang keturunan Tionghoa, Kristen pula, menyempatkan diri bertandang - bersilaturahmi - sowan dengan para ulama di jentung-jantung pendidikan Islam, pesantren.
Kehadiran Edward di pesantren-pesantren juga memberikan nilai lain bagi warga pesantren, bahwa ada wajah lain yang berbeda dengan mereka hadir sama-sama sebagai bagian dari banga Indonesia. Ternyata, keberbedaan itu tidak harus saling mengancam, perbedaan itu justru menjadi tumbuhnya saling pengertian
Sebagaimana kebanyakan keturunan Tionghoa di Jakarta, secara ekonomi Edward adalah kelas menengah atas, yang sebenarnya sudah cukup nyaman jika hanya berdifikir tentang bisnis dan urusan keluarganya. Akan tetapi Edward bukan sosok yang demikian, ia memilih untuk terlibat dan turuntangan memikirkan negeri ini.
Dalam kapasitasnya sebagai high caliber fotografer, Edward menyumbangkan kreatifitasnya untuk dikontribusikan pada gerakan sosial, terutama yang digagas oleh Anies Baswedan. Sejak Mas Anies membangun gerakan Indonesia Mengajar, Edward telah banyak membantu mengabadikan aktivitas para pengajar muda yang dikirim ke daerah terpencil, untuk bisa disaksikan oleh khalayak ramai.
Pun saat Mas Anies merintis gerakan Turuntangan, Edward berkontribusi membuat video-video pendidikan politik yang dipublish di youtube. Serial video pendidikan politik 'Bokowe Empuk' yang dibintangi oleh Mas Anies dan Pandji adalah hasil dari besutan Edward bersama tim di studionya di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Keterlibatan Edward dalam gerakan sosial berawal ketika dirinya bergabang dalam Kelas Inspirasi rintisan Mas Anies. Lelas Inspirasi merupakan pengembangan sayap dari Indonesia Memgajar untuk memfasilitasi profesional muda mengajar di sekolah. Dalam suatu kesempatan, Edward mendengarkan orasi Mas Anies mengenai melunasi janji kemerdekaani. Edward tersentuh, sebagai keturunan Tionghoa yang sudah mapan secara ekonomi, dirinya bisa saja hidup dengan nyaman dan tak perlu peduli dengan nasib anak-anak bangsa yang lainnya. Tetapi Edward mempertanyakan, apa gunanya hidup mapan jika selama ini tak memberikan kontribusi apapun terhadap bangsa. "Bukankah kita lahir, makan dan minum dari tanah dan air negeri ini? Mengapa kita abai terhadap nasib anak negeri?", ungkapnya.
Dan sebagai bagian dari kepeduliannya terhadap nasib bangsa, jelang Pilpres yang tinggal beberapa hari lagi, Edward aktif memperjuangkan salah satu calon presiden yang baginya patut diperjuangkan. Ia mendukung dan memperjuangkan pasangan capres no 2 Jokowi-JK dengan membuat serial video yang bisa ditonton di http://60detikaja.com. Bukan karena imbalan atau tawaran, tetapi karena merasa pasangan tersebut patut diperjuangkan. Baginya, orang-orang baik harus didorong untuk memimpin negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H