[Totota Land Cruiser DKI 1. Sumber: mobilwow.com]
Baca berita hari ini, heboh dengan berita, kemarin (Selasa, 19/8/2014) Jokowi sudah 'nyoba-nyoba' naik mobil mewah. Kali ini yang dinaiki adalah mobil Toyota Land Cruiser hitam berplat B 1961 RFR. Padahal, biasanyanya Jokowi selalu menampakkan kesederhanaannya dengan mobil yang sederhana, Kijang Innova.
Harian Rakyat Merdeka (20/8) menuliskan beritanya begini: "Ada yang beda dengan capres Joko Widodo saat pulang kantor dari Balai Kota DKI, Selasa sore (19/8). Biasanya, Jokowi pulang dengan menumpang Kijang Innova hitam nomor polisi B 1124 BH. Tapi kali ini, Jokowi pulang menaiki mobil "agak mewah" Toyota Land Cruiser hitam berplat B 1961 RFR."
Meskipun mobil mewah tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Jokowi menjadi gubernur DKI - mobil tersebut dulunya dipakai Fauzi Bowo sebagai kendaraan dinas - tentu saja ketika yang naik adalah Jokowi menjadi berita besar. Jangankan naik mobil mewah, ibaratnya, Jokowi batuk saja jadi berita.
Sebagaimana dikutip Kompas.com (19/8), saat mengendarai mobil mewah tersebut Jokowi beralasan, "Mobil ini kalau 'ndak dipakai-pakai nanti aki-nya rusak. Gitu saja ditanya." Bagi saya, alasan tersebut sangat klise, tidak cocok sebagai alasan. Soal aki rusak, mosok begitu jadi perhatian baginya? Tidak bisakah dikasih alasan lain yang lebih menenangkan telinga kita?
Saya adalah saksi yang bersama tim, mengikuti Jokowi keliling nusantara selama masa kampanye kemarin. Saya tahu persis bagaimana Jokowi berusaha menunjukkan kesederhanaannya dengan selalu menolak menggunakan mobil kampanye mewah. Standarnya ya itu saja, Kijang Innova. Standar mobil sederhaha ini berlaku juga untuk rombongan. Bahkan kita selalu menolak jika ada tawaran mobil mewah oleh pendukung.
[Jokowi dan mobil Kijangnya. Sumber: tempo.co]
Salah satu kerja 'sampingan' kami, tim yang di belakang, adalah 'mengusir' mobil-mobil mewah para the have lokal yang menjadi pendukung Jokowi dan bergabung dalam kampanye. Seringkali dengan gayanya yang arogan, saat arak-arakan kampanye, mobil mereka selalu 'nyodok' ke barisan depan - mendekati mobil Jokowi. Saat itulah, kami bertugas menghalau mereka kembali ke belakang. Jujur, saat 'menghalau' itu adalah saat-saat paling memuaskan bagi saya. Kenapa? Karena kita merasa bisa mengusir orang-orang arogan itu! Kita orang sederhana, tongkrongan sederhana, tetapi kita punya kuasa, kuasa untuk mengusir orang-orang yang pongah dengan harta dan tahta itu.