Tapi kita pengen rutin dan lebih sistematis memberikan kontribusi kepada Indonesia. Tidak sporadis. Sebagaimana diungkapkan oleh Kucing Garonger Kurie Suditomo, salah satu hambatan yang barangkali dirasakan oleh sebagian kita adalah: "pengen banget kontribusi, tetapi masih terkendala oleh persoalan 'mencari makan'".
"Tetapi sebenarnya mereka mau koq, menyisihkan sedikit rizkinya untuk sekedar kegiatan sosial. Yang penting adalah koordinasi, siapa-ngapain, kapan-dimana, menjaga time table, dan sebagainya", kata Kucing Garonger yang sekarang bekerja di kantor Wapres tersebut.
"So, kita perlu segera bergerak", sergahku. "Kita jangan kalah oleh guru kita di Athens, Pak Gene Ammarell yang dua puluh tahun lebih mengabdikan diri di sebuah pulau terpencil di Indonesia Timur, tepatnya di Pulau Balobaloang."
Mbak Ida, alumni yang kini mengajar di UIN Syarif Hidayatullah merespon umpanku tersebut. Katanya, "Di Pulau Seribu paling memungkinkan karena lokasinya paling dekat dengan Jakarta. Khan enggak mungkin kita giliran untuk pergi ke Balobaloang. Lagian, saya kebetulan sudah sering ke sana, karena sedang penelitian untuk S-3 di sana."
Kurie menambahkan bahwa faktor keterjangkauan lokasi dari Jakarta ini penting mengingat sebagian besar alumnus OU Indonesia berdomisili dan mencari rezeki di Jakarta. Kurie mencontohkan aktivitas yang dilakukan oleh Chozin bersama Angie Kilbane saat bergabung dengan Yayasan Nurani Dunia binaan Pak Imam Prasodjo yang membina masyarakat kumuh di kawasan belakang tugu Proklamasi, Menteng. Chozin dan Angie bisa menjalankan aktivitas sosial tersebut disela-sela kesibukannya bekerja, karena lokasinya terjangkau.
"Jika sudah ada desa binaan, nanti kita bisa bekerja sama dengan dengan orang lain dari luar komunitas OU Mafia untuk pengembangannya. Misalnya, saya punya kawan di Jogja yang konsen banget membuat video untuk anak-anak muda. Dengan video, dia banyak menarik anak-anak muda untuk punya another new dream. Nah, nanti kita bisa ajak gabung untuk berkegiatan di sana." Demikian diungkapkan oleh Mbak Frisca, istri dari Kucing Garonger Iwan Setiawan.
Memang kita harus berani memulai dari hal-hal yang kecil. Think big, start small. Jika sudah menemukan satu desa binaan nanti, targetnya adalah sampai ada satu anak kampung tersebut kita kasih beasiswa mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai kuliah. Setelah lulus S-1, suatu saat kita juga dorong dia untuk mencari beasiswa kuliah di Ohio University.
"Jadi, kita mengeluarkan duit atau apapun bisa terukur, karena nanti akan ada hasil yang bisa dilihat langsung. Kalau sporadis, khan akan tidak ada bekasnya," ungkap Bendahara Komunitas OU Indonesia Riri Khariroh.
Nama pulau di Kepualuan Seribu yang diajukan oleh Ibu Ida untuk dijadikan sebagai desa-nya "OU Goes to Island" adalah Pulau Kelapa. Pulau ini tidak semaju pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu. Di Pulau Kelapa, kondisinya masih tertinggal, rumahnya masih dari kayu dan masyarakatnya masih banyak yang belum terdidik. Lokasi pulai ini lebih kurang 10 menit dari Pulau Harapan, dengan ongkos hanya Rp. 2.000,-.
"So, paling kita mulai dari pendidikan. Enaknya memulai dari anak-anak dulu. Misalnya, kita isa menyediakan library kecil buat anak-anak di sana. kita bisa pasang komputer yang dilengkapi modem internet agar mereka bisa tersambung dengan dunia luar", katanya.