Mohon tunggu...
chory aji
chory aji Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - cuman penggiat sosial meia

senang dengan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Live Streaming Mandi Lumpur, Kesehatan Nomor Dua FYP yang Paling Utama

8 Februari 2023   03:26 Diperbarui: 8 Februari 2023   03:53 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Live Streaming Mandi Lumpur, Kesehatan Nomor Dua FYP Yang Paling Utama

Di TikTok beberapa ada konten mengandung unsur  kontraversi yang sedang ramai dibicarakan sampan sekarang, Yaitu konten mandi lumpur secara langsung dan mendapat saweran.

Konten tersebut adalah sebuah live streaming yang beredar sampai sekarang di FYP (For Your Page) mayoritas pengguna TikTok. 

Para konten kreator di TikTok mereka nekat melakukan hal tersebut agar mendapat banyak saweran/koin yang ditukarkan dengan uang dari pengguna lain berupa fitur gift. Dari live streaming yang banyak mendapat saweran gift tersebut, konten kreator secara otomatis akan mendapat banyak uang dari kontennya.

Konten mandi lumpur di TikTok tersebut biasanya sang kreator duduk di kolam dengan air. Selain air kolam tersebut juga berisi lumpur. Kemudian satu orang ada yang bertugas untuk menyiram atau melumuri sambil berterima kasih.

Namun yang menjadi spotlight adalah konten mandi lumpur dan konten nekat yang melalikan kesehatan selain itu dinilai menjadi ajang orang menyebutnya "mengemis dengan gaya".

Bagaimana Tanggapan Kominfo Mengenai Konten Mandi Lumpur Ini ?

Tak tinggal diam, Kominfo turut merespons adanya konten kontroversial yang sedang trending ini.

Melalaui Usman Kansong selaku Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika, menjelaskan bahwa Kominfo sudah mengetahui terkait femomena ini.

Pihaknya hingga saat ini masih dalam proses pengkajian bersama para ahli yang berkaitan.

Pasalnya, pihaknya harus mengetahui terlebih dahulu kategori jenis apa konten terkait. Mereka juga harus melihat lebih lanjut apakah konten terkait dapat dikategorikan ke dalam konten negatif atau bukan."Kita harus diskusi juga dengan ahlinya. Jangan sampai itu salah, ternyata itu tidak termasuk, bahaya juga kan," ujar Usman Kansong dilansir CNN Indonesia, Kamis, 12 Januari 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun