Mohon tunggu...
Chomsyah Putra
Chomsyah Putra Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources

Bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Money

Tujuh Mitos yang Salah Mengenai Wirausahawan di Masyarakat

10 Januari 2022   10:48 Diperbarui: 10 Januari 2022   10:50 5403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Selama ini di masyarakat telah muncul berbagai mitos tentang wirausahawan. Banyak orang beranggapan bahwa wirausahawan lahir dikarenakan faktor nasib keberuntungan saja - dan bahwa hanya orang yang memiliki bakat alami tertentu yang bisa menjadi wirausaha. Namun, kenyataannya hampir semua orang bisa menjadi wirausahawan jika mereka bisa mempelajari keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang Wirausahawan.

Berikut ini disajikan tujuh mitos yang paling sering muncul di masyarakat mengenai wirausahawan dan menjelaskan kenapa mereka salah.

Mitos 1:

Keberhasilan wirausahawan tergantung pada nasib baik atau kemujuran.

Berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat memang merupakan keuntungan bagi seseorang. Tetapi, kemujuran baru akan terwujud apabila persiapan seseorang sesuai dengan peluang yang ia hadapi. Apabila seseorang tidak siap, maka peluang itu akan hilang begitu saja tidak sempat dimanfaatkan. Karena itu, hanya wirausaha yang memiliki persiapan yang mencukupi yang akan mampu memanfaatkan peluang, sehingga kebanyakan orang melihat kejadiaaan ini sebagai suatu kemujuran. Wirausahawan yang berpeluang untuk berhasil sebenarnya memang lebih siap menghadapi situasi dan mengubah situasi yang dia hadapi menjadi keberhasilan. Apa yang sering terlihat sebagai kemujuran sesungguhnya terdiri dari persiapan yang baik, semangat, keteguhan hati, pemahaman akan permasalahan atau situasi yang dihadapi, dan juga kecerdikan untuk memunculkan cara yang lebih cerdas untuk menghadapi situasi ataupun permasalahan tersebut.

Mitos 2:

       Wirausahawan mempunyai resiko yang tinggi.

Banyak orang berpendapat bahwa berwirausaha mempunyai risiko yang tinggi, itulah salah satu alasan mengapa mereka selalu mengurungkan niatnya untuk berwirausaha.
Padahal pada setiap keputusan apapun dalam hidup ini ada risikonya. Dimulai dari yang terkecil, misalnya kita hendak menyebrang jalan. Risiko untuk tertabrak kendaraan bermotor adalah sangat mungkin terjadi. Namun mengapa kita bisa selamat sampai di sebrang tanpa tertabrak?

Itu Karena kita bertindak hati-hati, waspada dan fokus untuk menyebrang jalan sehingga risiko tertabrak bisa dihindari.

Demikian juga halnya dengan berwirausaha, risiko berwirausaha yang ada bisa kita minimalisir, antisipasi dan dihindari jika kita berhati-hati, fokus pada tujuan, dan tidak cepat menyerah pada rintangan. Cara terbaik untuk mengurangi risiko adalah dengan meningkatkan peluang keberhasilan. Selain itu, risiko dapat diantisipasi dengan berjalan tetap pada "jalur" rencana yang ditetapkan sebelumnya.

Mitos 3:

Wirausahawan harus punya banyak Uang untuk mulai berusaha

Pernyataan ini tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar. Sejumlah uang tertentu memang dibutuhkan untuk memulai usaha namun banyak cara untuk mulai berwirausaha tanpa membutuhkan modal banyak. Modal yang utama dalam berwirausaha adalah mampu melihat peluang, kreatifitas dan ketekunan.

Mitos 4:

       Wirausahawan merupakan orang yang cenderung bertindak dan bukan pemikir.

Walaupun memang benar bahwa wirausahawan cenderung merupakan orang yang lebih suka bertindak, namun tidaklah benar apabila mereka bukan digolongkan sebagai orang yang pemikir. Sebagai contoh, sekarang ini lebih disukai business plan yang jelas dan juga lengkap, yang menunjukkan bahwa wirausaha juga dituntut untuk berpikir. Bagi wirausaha, berpikir sama pentingnya dengan kecenderungan mereka untuk bertindak.

Mitos 5:

       Kewirausahaan merupakan bakat yang dibawa seseorang sejak lahir.

Selama ini banyak pihak yang lebih percaya bahwa kewirausahaan tidak bias diajarkan ataupun dipelajari. Sudah sejak lama masyarakat percaya bahwa ciri-ciri kewirausahaan dalam diri seseorang merupakan bakat bawaaan yang dibawa sejak lahir. Ciri-ciri ini misalnya, mencakup agresivitas, berinisiatif, bersemangat, bersedia menanggung resiko, memiliki kemampuan anlisis yang baik, dan terampil dalam membangun hubungan dengan orang lain. Sekarang ini, kewirausahaan cenderung dianggap sebagai suatu disiplin ilmu, sehingga mematahkan mitos itu. Kewirausahaan, seperti juga semua bidang ilmu lainnya, memiliki model, proses, dan juga berbagai macam studi kasus yang memungkinkannya untuk dipelajari dan juga diajarkan.

Mitos 6:

       Wirausahawan hanya tertarik pada uang.

Perlu diakui bahwa sebuah perusahaan membutuhkan modal atau uang agar bias bertahan hidup. Memang benar banyak perusahaan yang gagal karena kondisi keuangannya tidak sehat. Tetapi, kenyataanya menunjukan bahwa ketersediaan modal atau uang belum tentu bisa mencegah kebangkrutan sebuah perusahaan. Apabila ditelusuri, kegagalan karena masalah keuangan sering kali merupakan akibat dari ketidakberesan pada aspek yang lain seperti pengelola yang tidak kompeten, perencanaan yang buruk, kultur kerja yang tidak mendukung, dan berbagai alasan lainnya. Di pihak lain, banyak wirausahawan yang perusahaannya berhasil ternyata sebelummnya tidak memiliki modal yang mencukupi, tetapi mereka berhasil mengatasi kekurangan tersebut sambil membangun usaha dengan bertumpu pada asepek nonuang. Untuk para wirausahawan, modal atau uang memang merupakan sumber daya, tetapi sering kali bukan merupakan tujuan akhir satu-satunya.

Mitos 7:

       Lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil.

Memang benar bahwa kebanyakan wirausahawan berulang kali mengalami kegagalan sebelum mampu mencapai keberhasilan. Kegagalan memang memberikan banyak pelajaran kepada orang yang bersedia belajar dari pengalaman tersebut, dan ternyata kegagalan sering kali mampu membawa seseorang pada keberhasilan. Ini terlihat jelas pada "prinsip koridor" yang menyatakan bahwa apabila suatu usaha mulai dijalankan, maka berbagai peluang baru yang tidak direncanakan akan segera muncul. Perusahaan Mc Donald misalnya, mengalami kemunduran karena menu makanan yang monoton. Kemudian mereka memperbanyak menu makanan dan berhasil. Pernyataan bahwa lebih banyak wirausahawan yang gagal dibandingkan yang berhasil, ternyata tidak bisa diterima. Seorang peneliti menemukan bahwa masyarakat pandangan kebanyakan orang bahwa lebih banyak wirausahawan yang gagal daripada yang berhasil ternyata tidak tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun