Mohon tunggu...
noer cholik
noer cholik Mohon Tunggu... Relawan - pecinta alam indoor

Menikmati alam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Penyitas Merapi

28 Desember 2020   08:46 Diperbarui: 28 Desember 2020   09:09 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jarak TEA yang jauh dari kampung halaman membutuhkan biaya transportasi untuk sekedar menjenguk anggota keluarga, belum lagi soal kebutuhan lain-lain misalnya jajan anak-anak di pengungsian. 

Beliau adalah salah satu panitia tim siaga desa yang bertugas menemani warga dusunnya di pengungsian. Keputusan untuk pulang sementara dimusyawarahkan dengan warga di kampungnya. 

Penuturan lain dikatakan oleh Wardi Penceng, warga Desa Jrakah Kabupaten Boyolali. Barak pengungsian Desa Jrakah sudah lebih dulu kosong karena para penyitas sudah pulang ke kampung halaman. Warga Dusun Sepi dan Kajor sejak nenek moyang memiliki kepercayaan turun temurun jika ingin menghindari erupsi Merapi maka mereka berlari ke arah utara dan timur bukan ke arah barat. 

Keyakinan yang dipegang turun temurun ini menjadi kesepakatan kolektif tak tertulis bagi generasi saat ini, dan ketika situasi Siaga Merapi saat ini mereka diungsikan ke barak pengungsian di balai desa yang berlokasi di sisi barat mereka akan tetap menjalaninya meskipun dengan setengah hati. Sehingga saat ini ketika Merapi belum menunjukkan tanda-tanda bahaya yang nyata mereka akan memilih pulang ke kampung halaman sambil melihat perkembangan kondisi terkini.

Mengungsi tidak sama dengan diungsikan, demikian kata Sukiman. Beliau adalah warga lereng timur Merapi di Deles, Kecamatan Kemalang, Klaten.  Warga di dusunnya saat ini belum mengungsi meskipun tingkat aktivitas Merapi sudah Siaga, warga masih beraktivitas seperti biasa namun tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Merapi. 

Mereka juga sudah melakukan pendataan penduduk, ternak dan barang-berharga milik warga dusun dan diperbaharui setiap hari. Lokasi barak pengungsian juga sudah dibersihkan dan disiapkan untuk sewaktu-waktu dapat digunakan. Mobil evakuasi pinjaman dari TNGM beserta sopirnya sudah standby di dekat titik kumpul khusus kelompok rentan, dan siap untuk membawa warga ketika harus mengungsi. Koordinasi Tim Siaga Desa (TSD) dan komunitas di desanya juga sudah berjalan dengan baik, ibarat orang punya hajat sudah disiapkan panitianya.

Ada perpedaan makna bagi warga KRB Merapi mengenai pilihan belum mengungsi, mengungsi, diungsikan dan pulang sementara. Semua pilihan memiliki konsekuensi logis, bukan hanya sesederhana persoalan sebab akibat. Kita semua sedang berikhtiar menunggu cerita Merapi dimasa pandemi ini. Saatnya kita memberikan waktu kepada Merapi untuk berekspresi. Sampai kapan? sampai kesabaran menguji kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun