Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo-Anies Auto Menang? Surya Paloh Meradang, Cak Imin Putar Balik

1 September 2023   06:15 Diperbarui: 1 September 2023   07:00 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cikini ke Gondangdia

Kujadi begini gara-gara dia

Cikampek, Tasikmalaya

Hatiku capek bila kau tak setia...!"

Setelah nama Ganjar-Anies mengudar, kini nama Prabowo-Anies kembali disebut-sebut. Entah karena iseng atau apa, tapi jangan kaget juga kalau benar-benar terjadi. Sebab di negeri +62 ini, yang iseng bisa jadi serius dan yang serius ternyata cuma iseng bae. Yah mirip-mirip dengan kode buntut jadinya.

Bagi Anies sendiri jargon Prabowo-Anies bukanlah sebuah hil yang mustahal pula, sebab kondisi internal di dalam Koalisi Perubahan juga bak api dalam sekam. Demokrat ingin AHY menjadi Cawapres Anies, sedangkan Nasdem tidak setuju dan lebih memilih sosok lain dari luar partai. Akibatnya elektabilitas Anies pun tergerus.

Lagi pula dalam perhelatan Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, Anies yang didukung Prabowo berhasil melenggang dengan mulus ke Balai Kota. Padahal saingan yang dihadapi adalah petahana dengan prestasi fenomenal. Namun kisah fenomenal itu seketika musnah akibat virus "si penista agama." Sayang waktu itu belum ditemukan vaksin penangkal plus boosternya. Akan kah kisah lama terulang kembali? Wallahu a'lam

Dalam pandangan penulis, lebih baik menjadi ikan sedang di Samodera Hindia daripada ikan besar di dalam baskom. 

Lebih baik menjadi Cawapres di koalisi Gemuk nan makmur dan sudah jelas capresnya, daripada Capres di koalisi hemat yang tak jelas wujud Cawapresnya!

Lha ini memang true strory bro and sis. Dulu itu, ketika koalisi saingan belum terbentuk, bahkan kala itu pun Ganjar masih menjadi Capres PSI (hiks) Anies sudah melakukan tour "Anies for president 2024" ke seantero Indonesia dengan private jet. Pokoknya keren deh waktu itu.

Lalu datanglah "Belanda yang mengganduli tentara NICA." Kasus proyek pengadaan BTS di Kemenkominfo pun meletup. Dan sejak itu tidak ada lagi cerita private jet dan akomodasi mewah.

Nah, tujuan dari berpolitik itu adalah untuk mewujudkan ideologi/pemikiran yang tentunya hanya bisa diwujudkan lewat kekuasaan. Lha, kalau tanpa kekuasaan maka hasilnya adalah bak narasi ODGJ di emperan toko. Narasi itu pun seketika terhenti setelah si pemilik toko kemudian menyiramkan segayung air.

Nah, cara paling mudah untuk mendapatkan kekuasaan tentu saja dengan mengganduli koalisi partai politik yang mempunyai probabilitas tertinggi untuk meraih suara rakyat.

Catat ya, "Suara rakyat" bukan "hati rakyat." Karena konon katanya rakyat +62 ini sudah mudeng. Ketika akan memasuki bilik TPS untuk mencoblos, akan terngiang suara berbisik, "Maju tak gentar membela yang bayar. Kuatkan hatimu karena hatimu memang untuknya, tapi surat suaramu adalah untuk yang bayar!"

Pada Pilpres lalu memang ada semboyan, "Jangan ragu, jangan gentar. Terima duitnya, tapi pilih lah sesuai dengan suara hatimu ."

Rupanya korlap Timses sekarang pun makin pinter karena belajar dari pengalaman. Suara di TPS lalu dihitung. Ada 456 suara. Yang terima "serangan fajar" 300, tapi suara masuk cuma 50 saja. Zonk! Ternyata banyak maju tak gentar berbuat tak benar!

***

Akhir-akhir ini wajah SP (Surya Paloh) bermuram durja. Tidur tak nyenyak, makan tak kenyang. Apa pasal?

Selain kasus proyek pengadaan BTS Kemenkominfo yang menyeret kadernya itu, persoalan Cawapres Koalisi Perubahan pun tak kalah peliknya. Belum lagi akibat manuver kepagiannya untuk mendukung Anies kemarin, membuatnya menjadi terasing dalam koalisi pemerintahan.

Sejak semula tujuan SP mengajukan nama Anies adalah untuk mendapatkan tailcoat effect dari sosok seorang Anies, yang juga mantan gubernur DKI Jakarta itu. Tujuannya adalah untuk menaikkan perolehan suara Nasdem nantinya di parlemen. Anies sendiri bukan anggota parpol. Jadi pemilih Anies diharapkan nantinya untuk memberikan suara mereka itu bagi Nasdem di parlemen.

Anies sendiri didukung oleh tiga parpol. Satu parpol berlatar agama (PKS) dan dua parpol nasionalis (Nasdem dan Demokrat) Kalau PKS sudah jelas usul asalnya. Pemilih Anies "berhaluan Kanan" otomatis akan memilih PKS di parlemen. Sedangkan Pemilih Anies "berhaluan Nasionalis" suaranya akan terpecah dua, antara memilih Nasdem atau Demokrat.

Posisi Nasdem saat ini benar-benar terjepit. Mereka sudah habis-habisan untuk Anies, dan terpojok pula oleh kasus BTS Kemenkominfo. Ingat kasus mega korupsi kader-kader Demokrat dulu, itu akhirnya membuat perolehan suara Demokrat pada Pileg 2014 menjadi ambyar.

Pada saat posisi Nasdem terjepit, eh Demokrat malah terus merongrong Anies untuk meminta jatah cawapres buat AHY. Demokrat pastinya menang banyak! Dapat jatah cawapres plus tambahan suara di parlemen dari suara Nasdem yang berpindah ke Demokrat! Nasdem rugi bandar! Duh Mak Nyak! Sakitnya tuh di sini. SP pun meradang, dan ia pun tampaknya akan kembali melakukan manuver.

***

Apakah anda pernah merasa tidak dianggap? diabaikan? atau disepelekan?

Kalau belum pernah, coba tanyakan kepada Cak Imin bagaimana rasanya, hahaha

Kemarin itu Prabowo Subianto secara sepihak mengubah nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang dulu digagas bersama Cak Imin, menjadi KIM (Koalisi Indonesia Maju)

Rupanya Cak Imin tidak tahu menahu soal perubahan nama koalisi tersebut. Kalau dulu mungkin Cak Imin bisa langsung menggertak balik Prabowo. Soalnya tanpa dukungan PKB, Gerindra sendiri tidak akan bisa mengajukan Capres secara sendirian terkait ketentuan Presidential threshold.

Namun situasinya kini berbalik. Dengan masuknya Golkar dan PAN, otomatis ketentuan Presidential threshold tadi sudah terpenuhi, sekalipun tanpa dukungan PKB.

Jadi kalau Cak Imin mau pamitan, maka Prabowo tinggal lambaikan tangan saja sambil berkata, "bye-bye."

Penulis baru saja mendengar berita. Dilansir dari detik.com, Sekjen DPP Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya mengungkapkan kalau Anies Baswedan kini telah setuju dengan manuver Surya Paloh untuk disandingkan dengan Cak Imin! Lalu seperti biasa "lagu drama playing victim" kemudian berkumandang dengan mengatakan ada yang tak setia bla bla...

Walaupun sedikit kaget, tapi penulis bisa memahaminya. Kalau tetap bergabung dengan KIM, PKB tidak mendapat keuntungan signifikan dari tailcoat effect sosok Prabowo, apalagi karena PKB harus berbagi suara dengan PAN. Selain itu dengan masuknya Golkar dan PAN, maka jatah kursi PKB di kabinet juga pasti berkurang.

Jujurly, dalam pandangan penulis, suara kaum Nahdliyin yang akan diberikan kepada PKB, memang sudah segitu-segitu saja. Baik pun kalau PKB bergabung ke Anies, Prabowo ataupun Ganjar. Paling hasilnya beda-beda tipis saja.

Dengan masuknya PKB ke Koalisi Perubahan, maka situasinya pun langsung berubah total. Kalau selama ini Demokrat merasa di atas angin karena merasa dibutuhkan, maka arah angin kini ada ditangan PKB.

Kalau Demokrat ngambekan dan mau pamit, maka Surya Paloh tinggal lambaikan tangan saja sambil berkata, "da da da." Itu karena dengan masuknya PKB maka ketentuan Presidential threshold Koalisi Perubahan sudah terpenuhi, sekalipun tanpa dukungan Demokrat.

Kini Surya Paloh bisa hepi dan tidak meradang lagi. Kalau Demokrat pergi (pastinya akan pergi, mungkin ke PDIP) maka Pemilih Anies "berhaluan Nasionalis" suaranya akan sepenuhnya menjadi milik Nasdem.

Sedangkan Pemilih Anies berbasis agama akan terbagi dua. Kaum Nahdliyin memilih PKB, sedangkan kaum bercelana cingkrang memilih PKS.

Demikianlah dunia politik tanah air yang terus bergerak dinamis mengikuti gravitasi bumi. Kalau tak ada aral melintang, bumi rencananya akan berhenti berputar sejenak pada tanggal 25 November 2023, yaitu pada hari terakhir pendaftaran pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024.

Semoga kita nanti mendapatkan pasangan Capres/Cawapres yang sayang kepada rakyat. Bukan pura-pura sayang, tapi sayang beneran..

Cikini ke Gondangdia

Kujadi begini gara-gara dia

Cikampek, Tasikmalaya

Hatiku capek bila kau tak setia...

Buat yang di hati, salam sayang selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun