Kemarin itu Prabowo Subianto secara sepihak mengubah nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang dulu digagas bersama Cak Imin, menjadi KIM (Koalisi Indonesia Maju)
Rupanya Cak Imin tidak tahu menahu soal perubahan nama koalisi tersebut. Kalau dulu mungkin Cak Imin bisa langsung menggertak balik Prabowo. Soalnya tanpa dukungan PKB, Gerindra sendiri tidak akan bisa mengajukan Capres secara sendirian terkait ketentuan Presidential threshold.
Namun situasinya kini berbalik. Dengan masuknya Golkar dan PAN, otomatis ketentuan Presidential threshold tadi sudah terpenuhi, sekalipun tanpa dukungan PKB.
Jadi kalau Cak Imin mau pamitan, maka Prabowo tinggal lambaikan tangan saja sambil berkata, "bye-bye."
Penulis baru saja mendengar berita. Dilansir dari detik.com, Sekjen DPP Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya mengungkapkan kalau Anies Baswedan kini telah setuju dengan manuver Surya Paloh untuk disandingkan dengan Cak Imin! Lalu seperti biasa "lagu drama playing victim" kemudian berkumandang dengan mengatakan ada yang tak setia bla bla...
Walaupun sedikit kaget, tapi penulis bisa memahaminya. Kalau tetap bergabung dengan KIM, PKB tidak mendapat keuntungan signifikan dari tailcoat effect sosok Prabowo, apalagi karena PKB harus berbagi suara dengan PAN. Selain itu dengan masuknya Golkar dan PAN, maka jatah kursi PKB di kabinet juga pasti berkurang.
Jujurly, dalam pandangan penulis, suara kaum Nahdliyin yang akan diberikan kepada PKB, memang sudah segitu-segitu saja. Baik pun kalau PKB bergabung ke Anies, Prabowo ataupun Ganjar. Paling hasilnya beda-beda tipis saja.
Dengan masuknya PKB ke Koalisi Perubahan, maka situasinya pun langsung berubah total. Kalau selama ini Demokrat merasa di atas angin karena merasa dibutuhkan, maka arah angin kini ada ditangan PKB.
Kalau Demokrat ngambekan dan mau pamit, maka Surya Paloh tinggal lambaikan tangan saja sambil berkata, "da da da." Itu karena dengan masuknya PKB maka ketentuan Presidential threshold Koalisi Perubahan sudah terpenuhi, sekalipun tanpa dukungan Demokrat.
Kini Surya Paloh bisa hepi dan tidak meradang lagi. Kalau Demokrat pergi (pastinya akan pergi, mungkin ke PDIP) maka Pemilih Anies "berhaluan Nasionalis" suaranya akan sepenuhnya menjadi milik Nasdem.
Sedangkan Pemilih Anies berbasis agama akan terbagi dua. Kaum Nahdliyin memilih PKB, sedangkan kaum bercelana cingkrang memilih PKS.
Demikianlah dunia politik tanah air yang terus bergerak dinamis mengikuti gravitasi bumi. Kalau tak ada aral melintang, bumi rencananya akan berhenti berputar sejenak pada tanggal 25 November 2023, yaitu pada hari terakhir pendaftaran pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024.