Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

PDIP Pecat Budiman, tapi Lirik Anies Untuk Lawan Prabowo?

29 Agustus 2023   19:20 Diperbarui: 29 Agustus 2023   19:27 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2023/08/20/antarafoto-prabowo-hadiri-deklarasi-relawan-prabu-di-semarang-180823-mz-9.jpg

Jadi ini bukan pertarungan personal antar orang per orang, melainkan pertarungan ideologi/sikap politik. Budiman dan teman-temannya itu mewakili Ali Sadikin, Hoegeng, para Eksil 1965 yang paspornya dicabut, dan jutaan warga Indonesia lain korban kekejaman rezim Suharto.

Prabowo mewakili para aparatur negara mulai dari presiden hingga komandan koramil bahkan juga Ketua RT yang menjadi alat represif rezim Suharto. Jadi kurang pas juga sebenarnya kalau kesalahan Orba hanya ditimpakan kepada Prabowo seorang. Pastinya Prabowo juga punya atasan dan bawahan pada masa Suharto berkuasa itu.

Kala itu perjuangan Budiman dan teman-temannya adalah freedom, kebebasan dari cengkeraman rezim Orba. Mereka kemudian berhasil memenangkannya, lalu keluar dari penjara. Kini Indonesia sudah menjadi negeri bebas sebebasnya. Malah terlalu bebas dan liberal, melebihi Amerika Serikat.

Kini di Indonesia semua direformasi. Nama jalan, pengerukan Sungai, penyebutan nama rumah sakit, Rumah Susun, bahkan UUD juga direformasi! Lha, presidennya sendiri pun boleh disebut badji-gan to-ol koq, hahaha

Ketika kebebasan itu sudah didapat (tentunya lewat sikap politik) maka perseteruan itu pun dengan sendirinya berakhir. Buktinya pada Pilpres 2009 lalu, Megawati pun tidak sungkan untuk menggandeng Prabowo sebagai cawapresnya. Lha, kenapa sekarang pedeipe jadi empot-empotan lagi mengangkat isu Prabowo dengan penculikan mahasiswa di zaman Orba? Hahaha.

Kedua, Persoalan negeri ini semakin kompleks dan berat. 

Isu hilirisasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional dan Kawasan termasuk Pembangunan infrastruktur yang sustainable dan sebagainya itu butuh pemikiran yang jauh ke depan. Dan Budiman merasa hasilnya akan lebih maksimal bila diperjuangkan bersama Prabowo, bukan dengan Ganjar atau Anies.

Dalam pandangan penulis, sah-sah saja Budiman berpendapat demikian. Toh pada kenyataannya PDIP dan Budiman sudah tidak saling membutuhkan lagi. Di zaman now PDIP tidak membutuhkan sosok seperti Budiman lagi. Pada Pileg 2019 lalu pun Budiman gagal masuk ke Senayan. Artinya "tuah PDIP" pun tak sakti lagi bagi Budiman agar bisa lolos ke Senayan.

Budiman kurang gercep sih. Coba kalau Budiman pada 2019 lalu cepet-cepet menyeberang ke Gerindra, lalu nyaleg lewat Dapil Jakarta Tanah Abang, Petamburan dan sekitarnya. Budiman pasti sudah bisa duduk ongkang-ongkang kaki di Senayan sana. Hahaha.

Apa pun itu, kini bukan zaman Orba lagi. Ini zaman demokrasi ala reformasi. Orang bisa bebas berpindah haluan politik tanpa rasa takut (termasuk rasa malu juga) Hawa panas bercampur polusi memang bisa membuat orang lupa diri, lupa ingatan bahkan lupa tujuan kemana tadinya ia hendak melangkah. Sebab sing penting itu bisa hepi...

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun