Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dramatis, Brutal & Kejam. Liverpool Gosok Newcastle 2-1

29 Agustus 2023   06:15 Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:00 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/21/2023/08/645x430/newcastle-liverpool-_7d2b3a3.jpg

Pepatah bola itu bundar memang benar adanya. Newcastle yang bermain ganas sepanjang pertandingan akhirnya menelan pil pahit setelah diterjang dua biji gol Nunez di menit-menit akhir pertandingan.

Ini lah sepak bola. Sebagai penggemar Liverpool tentunya penulis senang pakai banget, tetapi sebagai penggemar berat sepak bola, penulis berempati dengan perasaan kecewa pelatih Newcastle, Eddie Howe.

Sejak awal pertandingan Newcastle terus menekan pertahanan Liverpool. Sebiji kartu kuning dan kartu merah di awal-awal laga, menjadi pertanda bagaimana kerasnya tekanan Newcastle terhadap Liverpool.

Kartu merah yang diterima van Dijk juga no debat. Van Dijk yang sudah lamban ini terlambat melakukan tekel. Kesalahan seperti ini biasanya cuma diganjar kartu kuning. Namun karena Alexander Isak adalah orang terakhir di pertahanan Liverpool (dianggap menghambat peluangnya untuk mencetak gol), maka van Dijk langsung diganjar kartu merah!

Liverpool kini harus bermain dengan 10 pemain setelah sang kapten diusir wasit. Trent yang bermain sebagai bek kanan, selain bapuk dan bodoh, juga telah mendapat kartu kuning. Sebuah pelanggaran kecil saja pun bisa membuat wasit tak sungkan untuk mengusirnya.

Penampilan Andy Robertson yang bermain sebagai bek kiri tidak lah buruk, tetapi juga tidak istimewa. Ia pun selalu tertekan oleh penampilan agresif Almiron. Sementara Joel Matip yang kembali bermain, juga setali tiga uang. Tidak jelek tapi tidak istimewa. Pas-pasan saja.

Ada rupa ada harga, memang betoel adanya.  Wataru Endo terlihat bermain di bawah standar untuk laga kelas Top 7 Liga Inggris. Bukan salahnya juga. Wong harganya itu cocoknya untuk laga kelas bawah EPL/Championship.

Ketika orang mengatakan Liverpool beruntung membeli Mac Allister dengan harga murah, penulis jadi ragu. Sejak pramusim hingga tiga laga berlangsung penampilannya pun cenderung standar saja.

Namun kalau untuk Dominik Szoboszlai yang ditebus dengan mahar 72 juta Euro itu memang yes. Beliau ini sanggup bermain bak setrika uap, maju-mundur membela yang benar!

Baik Newcastle maupun Liverpool sama-sama menggunakan skema 4-3-3. Namun lini tengah Liverpool kedodoran akibat faktor Endo yang tidak bisa mengimbangi Szoboszlai dan Allister.

Entah mengapa Klopp terus saja memainkan Gakpo sebagai penyerang tengah. Gakpo dan Nunez memang tidak bisa memerankan striker false 9 seperti Firmino. Gakpo dan Nunez adalah finisher sejati. Itulah sebabnya mereka butuh umpan-umpan matang, dan itu sulit mereka dapatkan di Liverpool. Jadi kalau penampilan Gakpo dan Nunez jelek itu karena strategi pelatih yang kurang cocok buat mereka.

Laga tandang melawan Newcastle pastinya akan berat. Klopp seperti berjudi menurunkan Endo, alih-alih menurunkan Stefan Bajcetic. Setelah van Dijk mendapat kartu merah, Klopp lalu menarik Diaz untuk memasukkan Joe Gomez. Ini sebenarnya keputusan aneh. Gakpo tidak efektif, sedangkan Diaz cukup merepotkan pertahanan Newcastle. Diaz bahkan menjadi pemain pertama yang melakukan shot on target.

Newcastle bermain dengan intensitas tinggi, mirip gegenpressing ala Klopp dulu. Trio Almiron, Isak dan Anthony Gordon mirip dengan trio Firmansa Liverpool. Mereka menekan, merebut dan langsung menyerang justru di area lawan dengan sangat cepat.

Trio lapangan tengah, Joelinton, Guimaraes, dan Tonali benar-benar menjadi momok mengerikan bagi Liverpool. Trio ini bukan saja sanggup meredam serangan Liverpool, tetapi juga ikut menggedor pertahanan Liverpool. Selain mempunyai skill tinggi, mereka pun tidak takut bermain keras. Permainan pun berlangsung sangat cepat dan keras. Hal ini lah yang membuat Endo tampak seperti orang kebingungan. Hahaha.

Ditariknya Luiz Diaz membuat bek kanan Trippier semakin merajalela. Bersama Tonali dan Almiron, mereka memaksa Mac Allister dan Robertson harus jatuh bangun mempertahankan wilayahnya. Praktis tak banyak serangan dibangun dari sisi kiri Liverpool. Kalah orang dan kualitas membuat Liverpool terus tertekan.

***

Sebagai penggemar Liverpool penulis senang dan sedih dengan hasil pertandingan ini. Senang karena bisa menang. Sedih karena penampilan Liverpool sebenarnya sangat menyedihkan.

Alisson Becker kali ini kembali menjadi dewa penyelamat Liverpool. Kalau kiper sering menjadi dewa penyelamat dalam banyak pertandingan, maka sudah jelas ada yang tidak beres dalam skuad tersebut.

Tujuh kali Alisson melakukan penyelamatan, plus dua sepakan Almiron mengenai mistar ketika Alisson sudah out of position. Normalnya anda hanya bisa berharap kiper melakukan empat saves saja. Kalau setengah dari peluang Newcastle tersebut lolos dari hadangan Alisson, maka Liverpool bisa saja dilibas Newcastle 5-0.

Dramatisnya laga Newcastle-Liverpool ini mengingatkan penulis kepada laga Manchester City-Liverpool 5-0 pada 9 September 2017 lalu. Kala itu Liverpool juga bermain dengan 10 orang setelah Mane diusir wasit karena mengembat wajah Ederson.

Situasinya mirip sekali dengan laga Newcastle-Liverpool ini, dimana Liverpool terus tertekan. Namun pada waktu itu Liverpool apes digosok City lima gol tanpa balas. Salah satunya karena kesalahan manajemen pergantian pemain. Untuk soal ini penulis memang kurang bisa memahami jalan pikiran Klopp.

Di saat semua penggemar Liverpool bersuka cita, mungkin hanya penulis seorang saja yang bersikap skeptis (walaupun masih tetap senang pakai banget) Ini karena penggemar hanya melihat dari hasil pertandingan saja, dan tidak melihat jalannya pertandingan secara komprehensif. Salah satunya tentu saja dengan melihat data statistik pertandingan termasuk nilai xG kedua kesebelasan.

Ada yang mengatakan strategi jitu Klopp dalam manajemen pertukaran pemain menjadi alasan kemenangan Liverpool, padahal sebenarnya tidak. Mari kita lihat strategi pertukaran pemain tersebut.

Ketika Klopp menarik Diaz, itu adalah kesalahan karena daya serang Liverpool justru semakin menurun sejak keluarnya Diaz. Seharusnya Gakpo yang ditarik keluar, karena ia minim kontribusi.

Masuknya Joe Gomez memang sudah tepat karena Klopp tidak punya pilihan lain. Walaupun bermain dengan 10 orang, buktinya duet Gomez-Matip ini cukup solid dan sulit ditembus Newcastle. Padahal Klopp tidak pernah lagi memasang duet ini karena terlalu memprioritaskan van Dijk yang sudah lamban itu.

Masuknya Jota dan Harvey Elliot (menit ke-58) untuk menggantikan Gakpo dan Endo, sudah tepat, bahkan terlambat karena kedua pemain baru ini punya mobilitas untuk mengimbangi permainan Newcastle.

Lalu pada menit ke-77 (tersisa 13 menit lagi pertandingan) Klopp memasukkan pemain muda akademi Liverpool, Jarell Quansah, untuk memulai debut pertamanya di Liga Inggris.

Jarell Quansah masuk untuk menggantikan Matip. Menurut Oom, tante, mbakyu, abang ganteng, apakah masuknya Jarell Quansah yang pemain U-20 Inggris ini akan bisa mengubah jalannya pertandingan?  

Sebenarnya Klopp sudah Ikhlas. Liverpool kalah jumlah pemain dan tertinggal satu gol. Kalah satu gol atau dua gol sama saja, sama-sama kalah. Jadi Klopp ingin memberi jam terbang kepada pemain muda ini. Yah moga-moga mainnya bagus, supaya Liverpool tidak usah beli bek baru lagi, hehehe.

Berbarengan dengan masuknya Quansah, Klopp juga memasukkan Nunez untuk menggantikan Mac Allister. Klopp merasa tidak enak, karena pemain termahal Liverpool ini tidak mendapat kepercayaan Klopp. Selama ini Ia tidak pernah menjadi pemain inti. Nunez masuk untuk menghabiskan jatah lima pergantian pemain.

Sebenarnya saat ini Chelsea sedang intens berbicara dengan Liverpool mengenai peminjaman/pembelian Nunez. Mengingat Chelsea saat ini hanya memiliki seorang striker (Nicolas Jackson) Apalagi Nkunku dan Broja cedera panjang. Sementara Chukwuemeka dan Mudryk masih dalam perawatan. Namun melihat penampilan Nunez kemarin, pembicaraan ini sepertinya otomatis terhenti.

Satu kekurangan Howe kemarin (sebenarnya dalam kondisi normal bukan kekurangan juga) adalah menarik keluar trio Anthony Gordon, Alexander Isak dan Sandro Tonali pada menit ke-72. Untuk Isak yang kemudian digantikan Callum Wilson, dampaknya tidak terasa. Namun Gordon dan Tonali adalah ruh permainan Newcastle. Harvey Barnes yang masuk menggantikan Gordon kemudian membuang satu peluang gol. Sayang sekali. Mungkin kalau Gordon di posisi itu, peluang golnya sangat besar, seperti yang dilakukannya pada gol di babak pertama.

Selain itu bermain dengan intensitas tinggi selama pertandingan membuat fisik lemah. Akibatnya konsentrasi pemain juga menurun. Gol pertama Nunez pada menit ke-81 jelas menunjukkan hal itu. Bola umpan Jota ke Nunez lalu mengenai bokong Sven Botman yang berlari bersisian dengan Nunez ke arah gawang Newcastle. Kaget terkena bola, Botman lalu berbalik untuk melihat bola. Eh ternya bola malah jatuh ke Nunez. Ia lalu menendang bola dengan keras ke pojok kanan gawang Pope. Gol! Newcastle 1 Liverpool 1

Kejadian yang sama kemudian berulang lagi pada babak pertambahan waktu. Umpan terobosan Salah kepada Nunez gagal diantisipasi pemain belakang Newcastle. Kali ini Nunez menendang ke tiang dekat, menembus pojok kiri gawang Pope. Gol! Newcastle 1 Liverpool 2. Dua kesalahan elementer yang dilakukan pemain belakang Newcastle ini semata karena kehilangan konsentrasi.

Sejak musim lalu penampilan Newcastle memang sangat menjanjikan. Walaupun klub kaya, mereka ini tidak mau jor-joran membeli pemain mahal. Howe lebih suka memoles pemain biasa-biasa saja, tapi sesuai dengan konsep permainannya. Musim ini Newcastle akan bermain di empat turnamen, yakni kompetisi Liga Inggris, Piala Champion, Piala FA dan Piala Liga. Kalau Newcastle terus bermain simultan dengan gaya highpress yang mirip dengan gegenpressing ini, maka mereka akan celaka.

Sebab kosep itu lah yang membuat Liverpool hancur-hancuran sejak dua musim terakhir. Semua pemain Liverpool yang pergi itu memang "sudah habis sari patinya," fatigue, karena selalu bermain dalam intensitas tinggi. Bahkan Mane yang pergi tahun lalu ke Munchen pun sebenarnya sudah habis. Itulah yang menyebabkan Munchen menyesal membelinya. Untunglah Mane ini masih laku dijual ke Arab.

Jadi sebaiknya Howe belajar melihat situasi di Liverpool, apalagi kalau pihak klub pun pelit untuk membeli pemain-pemain berkualitas.

Kompetisi masih panjang dan jendela transfers sudah mau ditutup. Liverpol harus gerak cepat. Semua lini belakang sudah habis, hanya bisa menjadi pelapis saja. Liverpool perlu pemain baru untuk semua posisi.

Di lini tengah, semua pemain inti lama Liverpool sudah pergi. Liverpool masih butuh sosok gelandang bertahan yang mumpuni. Endo jelas tidak cukup, sedangkan Bajcetic masih butuh jam terbang.

Kalau Klopp memang benar-benar mau memaksimalkan Nunez dan Gakpo, maka ia harus mengubah gaya bermain Liverpool. Mereka ini tidak cocok dengan skema 4-3-3 Klopp. Mereka adalah finisher yang butuh space yang lebar plus umpan-umpan matang.

Lihat penampilan Nunez kemarin. Ia hanya butuh space dan bola matang, dan bang! dua buah gol terjadi lewat sentuhan pertama tanpa kontrol!

Selamat untuk Nunez, Bravo Alisson!

YNWA!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun