Kalau PDIP tidak usah ditanya, aku moh! Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Mukamu cepmek bertanya-tanya? Kata Nyonya besar marah-marah!
Teranyar PKB kemudian bersekutu dengan Gerindra membentuk dwitunggal untuk Pilpres 2024 mendatang. Dengan demikian posisi sementara untuk "perpilpresan 2024" adalah sebagai berikut,
- PDIP sendirian ataupun bersama parpol lainnya akan menentukan Capres/Cawapres dari kader sendiri.
- KIB trio ataupun bersama parpol lainnya akan menentukan Capres/Cawapres yang cocok dengan "kebutuhan internal koalisi."
- Gerindra+PKB akan mengusung Prabowo plus Cawapres dari parpol/pihak lain yang dianggap mampu menambah perolehan suara.
- Nasdem tentunya perlu effort besar mewujudkan koalisi dengan Demokrat dan PKS, agar bisa mengusung pasangan Anies-AHY. Ini memang pekerjaan berat, mengingat besar kemungkinan PKS tidak mau ketiban "isu kardus lagi."
- Kalau sekiranya koalisi Nasdem, Demokrat dan PKS ini gagal terwujud, maka "ongkos politiknya" akan sangat mahal sekali untuk merayu salah satu atau salah dua anggota KIB untuk bergabung.
Sebagai catatan, adalah sebuah "hil yang sangat mustahal"Â kalau sekiranya PKS tidak mendukung Anies. Sebab grassroot-nya memang di situ! Pemilih PKS adalah "Islam Kanan" yang sangat jelas identitasnya, dan sampai sekarang ini sosok Anies adalah pilihan yang tepat. Kandidat lain memang Islam juga, tetapi ditengarai sebagai "Islam abangan, atau Islam liberal." Kalau nanti PKS memilih Ganjar/Puan atau Prabowo, maka kursi PKS di Senayan dipastikan akan hantjoer berantakan.
Jadi dalam hal ini SP (Surya Palloh) bisalah tersenyum, sebab PKS tidak akan mungkin pindah ke lain hati. Sayangnya jumlah suara Nasdem dan PKS berdua belum cukup untuk mengusung Capres sendiri.
Sama halnya dengan Gerindra, target Demokrat adalah Capres/Cawapres, dan itu adalah harga mati. Tidak ada istilah "wani piro" bagi mereka, yang ada hanya, "ente jual ane beli!" Jadi kini SP harus berpikir keras bagaimana mengkondisikan semuanya ini agar berjalan lancar nantinya.
***
"Tidak ada musuh dan teman yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan!"
Saat ini Nasdem mendapat tekanan hebat dari masyarakat, mengingat Nasdem (dengan tiga orang menteri di kabinet) adalah bagian dari Pemerintahan (Jokowi)
Jangankan bintang-bintang yang bertaburan di langit sana, semut merah yang berbaris di dinding tanpa menatapku curiga saja tahu kalau Anies itu adalah antitesis Jokowi!
Ketika Jokowi melakukan Normalisasi saluran, maka Anies menawarkan Naturalisasi (yang sayangnya hingga akhir jabatannya tidak dilaksanakan juga!) Lah, bijimana melaksanakannya kalau Petunjuk Teknis Pelaksanaannya dari Gubernur tidak pernah ada. Lah, bagaimana tukang insinyiur bisa menyusun Petunjuk Teknis kalau di buku Teknik Sipil sendiri tidak ditemukan rumus untuk perhitungan Naturalisasi!
Akhirnya Nasdem terkesan seperti sedang menjalankan "politik dua kaki." Yah, orang Nasdem bisa saja berkilah kalau Nasdem akan tetap setia mengawal Jokowi sampai akhir masa jabatannya, tetapi sembari mendukung Anies juga untuk pencalonan presiden 2024 nanti.
Di tangan kanan Om Bewok ada madu, di tangan kiri ada racun. Ketika Pakde bertanya, "Apa yang akan kau berikan padaku?"