Hal ini memang terkait strategi ten Hag yang memproritaskan serangan lewat skema fast-break, agar pemain-pemain MU bisa tetap fokus melakukan pressing ketat terhadap pemain-pemain Liverpool.
Terbukti dengan hanya sedikit pemain saja di sepertiga lapangan Liverpool, trio Rashford, Sancho dan Elanga/Martial bisa membahayakan pertahanan Liverpool lewat kecepatan mereka. Rashford kemudian terpilih menjadi man of the match pada laga ini.
Kalau pada laga melawan Brentford sebelumnya de Gea menjadi kartu mati, maka kali ini de Gea menjadi salah satu bintang kemenangan MU. Dari lima tendangan on target Liverpool, hanya sebiji gol saja yang bisa bersarang di gawangnya.Â
Gol itu juga termasuk kategori susah untuk diamankan. Sebuah tendangan keras dari Fabio Carvalho masih bisa diblok de Gea. Namun bola rebound tersebut kemudian disundul Salah untuk menjadi gol hiburan bagi Liverpool.
Laga kandang MU ini mengingatkan penulis kembali pada laga MU-Liverpool 10 Maret 2018 lalu. Kala itu MU masih diasuh Mourinho. Penulis juga mengulasnya di Kompasiana kala itu. Laga keduanya mirip sekali. Dua gol cepat Rashford kala itu mirip benar dengan dua gol MU kali ini.
Titik lemah Liverpool masih tetap di titik yang sama. Sisi kanan, dan masih tetap dijaga oleh orang yang sama bernama Trent Alexander Arnold. Kalau dulu penulis memberinya nilai empat, kali ini penulis juga memberikan nilai yang sama kepadanya!
Lini belakang memang menjadi titik terlemah Liverpool, dimana Arnold dan van Dijk menjadi biang keroknya. Gol pertama Sancho adalah momen paling lucu dari seorang Van Dijk. Bukannya maju untuk menutup ruang tembak, ia malah "mematung sembari melipat tangannya ke belakang!"
Fernandes kemudian memberi kode kepada Sancho agar menendang bola ke pojok kanan. Bola kemudian melaju di samping Van Dijk, yang hanya melongo saja melihat bola tersebut masuk ke gawang Alisson. Hahaha!
Lini tengah Liverpool yang selama ini bermain solid untuk meredam serangan lawan sekaligus juga bisa mengkreasi serangan justru bermain terlalu biasa saja. Terutama sang kapten, Henderson, pemain terburuk Liverpool dalam laga ini. Itulah sebabnya ia kemudian digantikan Fabinho.
Milner "nafsunya masih gede tapi tenaganya sudah jauh berkurang." Hanya Elliot sendiri yang rapornya tidak merah. Setelah Carvalho masuk, barulah permainan Liverpool kemudian membaik.
Lini depan Liverpool sebenarnya cukup baik. Sayangnya mereka tidak mendapat dukungan penuh dari lini tengah maupun dari kedua wing-back seperti biasanya. Apalagi Malacia dan Dalot cukup sukses "mengantongi" Salah dan Diaz.