Akan tetapi ketua ini sebenarnya termasuk Empat-empat (Anak berandal) juga, maka ia pun menjadi Kosong delapan (maling kecil) hingga akhirnya menjadi Kosong lima (Kepala rampok)"
Setelah jeda sejenak Ucok kemudian melanjutkan pidatonya. "Dulu sekali, ketua ini pernah berkenalan dengan seorang Dua tujuh (Wanita cantik) yang lalu dijadikannya Tiga sembilan (Kekasih). Ketua berharap bisa menjadikannya sebagai Dua kosong (Istri sejati) akan tetapi itu adalah sebuah hil yang mustahal.Â
Ternyata Dua tujuh tadi adalah seorang Empat tujuh (Banci) Ketua lalu mengusirnya sambil berseru, lebih baik saya menjadi Empat dua (Jejaka tua) daripada menikah dengannya. Dengan menahan duka, Empat tujuh tadi lalu pergi dengan perasaan hampa seperti layaknya seorang Empat tiga (Janda muda)"
Bapak Enam kosong dan Bapak Tujuh tujuh terlihat tidak dapat menahan tawanya, sementara wajah keluarga mendiang merah padam menahan amarah dan rasa malu.
Kelompok preman yang berdiri di belakang keluarga mendiang, tampak sangat terkejut dan terlihat tidak terima dengan kata-kata dari Ucok ini. Salah seorang dari jawara kemudian meraih sebuah belati dari balik pinggangnya. Â
Untunglah sang Tujuh kosong (panglima preman) yang juga dikenal sebagai Om Kiu-kiu (sembilan sembilan atawa pria hidung belang) itu segera mengibaskan tangannya agar sang Sembilan enam (prajurit) tadi mengurungkan niatnya.
Melihat gelagat yang kurang baik itu, satu persatu dari kelompok agen togel tadi segera beringsut dari tekape Kosong tiga (Orang mati) meninggalkan Ucok yang sedang asyik meneruskan pidatonya.
Ucok lalu mengakhiri pidatonya "Untuk mempersingkat waktu, maka izinkanlah saya untuk mengakhiri kata-kata penghiburan ini. Sebentar lagi si Kosong tiga (Orang mati) ini akan kita masukkan ke dalam Dua dua (Peti mati). Marilah kita menjaga istri ketua yang kini menjadi Empat tiga (Janda) ini, agar jangan sampai pula menjadi Dua satu (Kupu-kupu malam) atau malah mau Enam tiga (kawin lagi).Â
Terakhir marilah kita berdoa supaya si Kosong tiga (Orang mati) ini tidak berubah menjadi Kosong satu (Setan) Empat sembilan (Drakula) atau Enam lima (Raja setan)"
Ucok dengan pedenya lalu menoleh ke belakang seperti ingin menunjukkan kepada teman-temannya, betapa hebatnya ia berpidato. Namun ia sangat terkejut karena tidak melihat seorangpun dari mereka itu. Sementara itu dari arah depan tampak para preman berlari ke arahnya dengan wajah garang sambil menghunus samurai, badik, golok dan klewang!
Demikianlah laporan pandangan mata oleh seorang jurnalis warga langsung dari tekape. Belum diketahui bagaimana nasib si Ucok ini jadinya. Apakah ia berubah menjadi Kosong tiga (Orang mati) yang terbaring di dalam Dua dua (Peti mati) ataukah menjadi Delapan tujuh (Orang gila) di tangan para preman itu.