Faktor terakhir yang menjadi penentu keberhasilan adalah faktor nasib dan juga cuaca. Hujan selalunya akan membawa genangan dan kenangan. Hal yang tidak disukai seorang Fabio Quatararo. Dalam pandangan penulis Fabio adalah pebalap terbaik secara teknis. Ia pintar merawat ban, menjaga race-pace dan juga racing-linenya secara konsisten.
Kekurangannya adalah ia tak suka wet-race. Walaupun tergolong ramah, akan tetapi ia gampang bad-mood ketika menghadapi satu masalah dalam balapan. Akibatnya konsentrasi balapannya jadi ambyar.
Start dari P1, Fabio pun akhirnya mundur teratur karena tak kuat diterpa dinginnya air hujan. Setelah cuaca membaik dan moodnya kembali enak, iapun dengan gagah perkasa berhasil membabat lawan-lawannya untuk kemudian merengkuh P4.
Di depannya, Fabio melihat dua Ducati (satu ayah lain ibu) bertarung ketat mengincar P2. Fabio segera siaga satu. Ia segera menguntit Zarco dengan memanfaatkan slipstream sembari mendinginkan ban.
Fabio sabar menunggu kedua pebalap di depannya sampai capai dan bosan berduel. Setelah itu ia kemudian melibas Zarco di sebuah tikungan. Kini Miller dalam genggaman, dan segera dilibas pula. Zarco yang terperangah segera melibas Miller dengan mudahnya. (Aneh, dari tadi koq susah banget ya?)
Fabio yang kini berada di P2 berusaha mengejar Miguel, dan berhasil memangkas jarak. Sayang balapan keburu berakhir dalam 20 lap. Padahal tadinya balapan berlangsung 27 lap. Namun namanya juga Mandalika yang cuacanya ekstrem, terpaksa balapan harus diberi diskon.
Panas mandalika di siang hari yang menyengat bisa membahayakan balapan 27 lap. Sebaliknya terlalu lama basah-basahan pun bisa membuat pebalap masuk angin, perut kembung dan meriang. Jadi balapan 20 lap itu memang sudah pas dan sesuai regulasi dua pertiga balapan normal.
Itulah kisah Fabio yang awalnya yakin bisa menang setelah start dari P1, tapi kemudian undur diri diri sejenak karena hujan deras. Namun kemudian bisa bangkit lagi setelah cuaca membaik. Akan tetapi Fabio sangat bersyukur bisa meraih P2 dalam kondisi wet-race karena itu adalah pencapaian terbaik baginya dalam sebuah balapan. Dengan usia yang masih muda, Fabio yang adalah Juara Dunia MotoGP 2021 ini diharapkan bisa memberi warna tersendiri bagi dunia MotoGP.
Akhir kata Mandalika ternyata bisa membuat semua pihak happy. Mulai dari Bapak Presiden, Bapak Gubernur, Bapak Bupati hingga bapak-bapak yang menonton secara gratis dari pebukitan di sekitar sirkuit Mandalika. Pertunjukan balapan yang sangat menegangkan plus atraksi hiburan gratis dari Mbak Rara, menjadi hiburan tersendiri bagi banyak orang.
Memang ada sebagian orang yang tak suka, tapi itu wajar saja. Rasa suka dan tak suka itu dilindungi negara. Namun jangan lupa negara juga mengakui ritual enam agama besar dan aliran-aliran kepercayaan di Indonesia. Jadi yang suka boleh tertawa dan menikmatinya, sedangkan yang tak suka lebih baik tutup mata saja, hahaha.
Salam MotoGP.