Hujan deras yang membasahi sirkuit Mandalika menjadi saksi betapa perkasanya Miguel Oliveira di atas KTM RC16. Miguel dengan mudah memenangi gelaran MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia. Sebaliknya hujan terlihat menyamarkan air mata Marc Marquez yang menderas membasahi wajahnya. Gegar otak ringan akibat kecelakaan pada sesi pemanasan sebelumnya, memaksa Marquez harus memendam kecewa karena tidak bisa berlaga di depan penggemarnya, termasuk Presiden Jokowi.
"Dari mana datangnya lintah? dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? Dari Mandalika turun ke hati." Mandalika ternyata membawa rasa cinta mendalam bagi pebalap MotoGP, Moto2, Moto3 dan crew pendukung.
Sepanjang sejarah balapan, belum pernah rasanya para pebalap mendapat perhatian segokil ini. Mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati hingga "Mas Risman" memberi dukungan sepenuhnya bagi mereka. Akhirnya para pebalap inipun jadi "klepek-klepek" dengan romantisme ala Mandalika.
Rasa cinta itu pulalah yang membuat Miguel tampil begitu perkasa walaupun diterpa derasnya hujan untuk menaklukkan sirkuit Mandalika. Start dari P7 (posisi ketujuh) dalam sekelebat Miguel sudah berada di P2, di belakang sang jawara wet-race, Jack Miller. Sebenarnya Miguel bisa saja langsung tancap gas ke P1, tapi ia tak mau gegabah. Miguel sengaja membuntuti agar bisa belajar riding-style Miller, dan menjadikannya sebagai referensi.
Dilansir dari motorsport.com, Miguel melihat bahwa Miller ternyata mengerem sedikit lebih lambat dari dirinya ketika memasuki titik pengereman. Tentunya Miguel juga bisa melakukan hal yang sama.
Sebagai catatan KTM dan Ducati sama-sama mengusung mesin tipe V-4. Power Ducati memang lebih kuat, tapi KTM kini sudah berhasil menyamai top speed Ducati. Selain itu KTM juga sedikit lebih unggul dari Ducati saat melibas tikungan.
Satu lap kemudian, dengan menggunakan late-brake, Miguel berhasil mengasapi Miller di sebuah tikungan. Lap ke-3 Miller memang berhasil kembali melewati Miguel, tapi itu untuk sementara waktu saja. Sebentar kemudian Miguel berhasil mengasapi Miller dan meninggalkan para pebalap lain jauh di belakangnya.Â
Tanpa gelisah Miguel membalap penuh percaya diri. Tanpa cela ia melibas tikungan penuh pesona, membuat pebalap lain tampak seperti badut jenaka.
Dalam penerawangan penulis lewat "mangkuk Mbak Rara," setidaknya ada empat faktor pendukung agar seorang pebalap dapat memenangkan sebuah balapan.
Pertama adalah kualitas pebalap. Kedua, kualitas motor. Ketiga, strategi balapan dan Keempat, faktor nasib/cuaca ketika balapan berlangsung.