Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rangnick Bisa Berbuat Apa di Manchester United?

3 Desember 2021   02:05 Diperbarui: 3 Desember 2021   02:27 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad MU, sumber : https://i.ytimg.com/

Manchester United akhirnya resmi menggunakan jasa Ralf "Professor" Rangnick sebagai pelatih interim hingga akhir musim 2021-2022 nanti. Kontrak Rangnick ini menarik karena durasinya hanya dalam jangka waktu enam bulan saja. Rasanya pelatih senior kelas "gembel" Eropa pun pasti tidak akan mau diikat kontrak jangka pendek begitu. Bukan apa-apa, mau ditaruh dimana ini muka, hehehe.

Akan tetapi kontrak enam bulan itu rupanya masih ada "komanya." Ternyata setelah enam bulan "digaji" sebagai pelatih interim, Rangnick masih akan menerima gaji untuk dua tahun lagi sebagai konsultan. Konsultan apa? Konon katanya untuk urusan transfer pemain.

Bukankah MU memiliki Direktur Sport yang mengurusi transfer pemain dan hal-hal teknis lainnya itu?

Ternyata saya mencium asap walaupun tidak melihat api. Pagi-pagi eks Presiden Lokomitv Moskwa (tempat Rangnick bekerja terakhir) menyebut Rangnick sebagai sosok mata duitan karena memilih MU dan meninggalkan Lokomotiv begitu saja. Weleh-weleh...

Kontrak dari MU itu memang nikmat sekali. Sekalipun pekerjaan Rangnick sebagai pelatih interim itu nantinya gagal total, tapi ianya akan tetap menerima gaji untuk dua setengah tahun!

Apakah manajemen MU bodoh? Tentu saja tidak!

Dari kontrak Rangnick ini kita akhirnya tahu kalau manajemen MU tidak percaya kepada Michael Carrick, pelatih caretaker sekarang ini. "Keledai sajapun tak mau terperosok dua kali ke lobang yang sama!"

Rupanya manajemen MU itu masih trauma terhadap Ole yang diawal-awal pekerjaannya sebagai caretaker dulu sempat menjanjikan harapan. Rupanya itu cuma harapan palsoe belaka.

Apakah manajemen MU percaya Rangnick bisa membawa MU lolos ke Liga Champion musim depan?

Percaya sih tidak, tapi berharap jelas yes! Itulah sebabnya selain digaji selama 2,5 tahun, Rangnick masih diiming-imingi lagi dengan berbagai bonus apabila berhasil membawa MU lolos ke Liga Champion musim depan.

Yah siapa tahu saja Rangnick ini ternyata masih termasuk titisan "Bandung Bondowoso" yang bisa membangun seribu candi dalam satu malam saja. Kalau saja MU berhasil lolos ke Liga Champion musim depan, maka manajemen MU pastinya tak akan sungkan untuk menghadirkan "Roro Jonggrang bule" ke hadapan Rangnick!

Yang jelas Rangnick bukanlah Kanjeng Dimas Taat Pribadi, orang yang bisa mengeluarkan duit lewat "pintu belakangnya" itu. Rangnick juga bukanlah Harry Houdini, pesulap sohor Amrik yang seketika bisa menyulap Ronaldo dan rekan-rekannya agar mengamuk bak banteng ketaton untuk memainkan gegenpressing favorit Rangnick!

Rangnick juga bukanlah pelatih beken klub-klub ternama di Eropa atau Amerika Latin. Rangnick tidak pernah berada di Barcelona, Real Madrid, AC Milan, Inter, Juventus ataupun klub-klub tenar lainnya.

Rangnick memang populer di Jerman, walaupun ia sebenarnya belum pernah menukangi Bayern Munchen ataupun Borussia Dortmund. Rangnick populer karena ia pernah menjadi mentor bagi beberapa pelatih beken asal Jerman. Itu saja, ya memang cuman itu doang, hahaha

Saya bukan bermaksud menghina Rangnick ketika bersikap skeptis terhadap jabatannya sebagai pelatih interim MU. Untuk jangka pendek, Rangnick bukanlah orang yang tepat karena waktunya terlalu mepet untuk mengubah gaya permainan MU secara ekstrem.

Yang dibutuhkan MU saat ini adalah pelatih pragmatis yang bisa menangani ruang ganti dan bisa memotivasi para pemain untuk bermain maksimal. Jujur saja Rangnick bukanlah orang yang tepat! Akan tetapi untuk jangka panjang, Rangnick jelas adalah orang yang tepat bagi proyek pengembangan MU!

Saya akan mencoba menguraikan beberapa alasannya.

Pertama, Rangnick itu lebih tepat sebagai guru, Direktur Sport/Direktur Teknik yang bertugas untuk meletakkan pondasi permainan bagi suatu tim. Tidak seperti Chelsea, ManCity dan Liverpool, MU tidak memiliki pondasi permainan secara komprehensif bagi tim akademi hingga tim inti.

Sejak David Moyes mengambil alih jabatan pelatih, yang kemudian diikuti oleh Van Gaal, Mourinho dan Ole, gaya permainan MU selalu berbeda-beda sesuai dengan kemauan pelatihnya.

Contohnya dapat kita lihat pada klub Barcelona. Ketika Johan Cruyff menjadi pelatih Barcelona tahun 1988 lalu, Cruyff kemudian meletakkan pondasi permainan Barca yang dikenal sebagai "tiki-taka." Konsep permainan ini dipakai tim KU (Kelompok Umur) akademi La Masia hingga tim inti.

Itulah sebabnya pakem bermain Barca sejak era Pep Guardiola hingga era Sergio Busquets dan kemudian Ansu Fati tetap sama. Padahal pelatih datang dan pergi silih berganti. Hal ini tentunya akan memudahkan pengembangan pemain.

Dulu pada zaman Fergie menjadi pelatih, MU terkenal dengan "The Class of 92" yang dihuni oleh David Beckham, Paul Scholes, Nicky Butt, Ryan Giggs, Gary dan Phil Neville. Artinya konsep permainan MU kala itu memang sangat jelas, dan dimulai dari tingkat akademi hingga ke tim inti.

Kini MU tidak memiliki generasi emas lagi karena setelah era Fergie berlalu, MU selalu berganti-ganti konsep permainan.

Nah tugas Rangnick nantinya adalah untuk membuat master-plan proyek jangka panjang MU yang dimulai dari tingkat akademi hingga tim inti. Rangnick juga bisa memberi garis besar pemain-pemain dan pelatih yang akan dibutuhkan MU sesuai dengan filosofi yang sudah ditetapkan tadi.

Master-plan inilah yang nantinya akan dipakai MU sebagai filosofi permainan, sekalipun nantinya MU berganti-ganti pelatih dan pemain.

Kedua, gegenpressing itu bukanlah taktik melainkan konsep permainan. 

Taktik selalu berubah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Taktik bermain dengan 11 pemain tentunya berbeda dengan 10 pemain. Taktik melawan tim defensif tentunya berbeda dengan melawan tim ofensif. Intinya taktik bisa diterapkan seketika tanpa perlu waktu lama.

Jurgen Klopp butuh waktu tiga tahun agar para pemain Liverpool bisa menerapkan konsep gegenpressing. Itupun Klopp perlu pemain yang tepat agar bisa menerapkan konsep tersebut. Klopp kemudian membeli Mane, Salah, Keyta, Wijnaldum, Robertson, Chamberlain, Van Dijk dan Fabinho sembari memaksimalkan pemain yang ada untuk mendukung konsep gegenpressing tersebut.

Akan tetapi banyak juga pemain "yang salah beli," sehingga kemudian harus dijual karena tidak bisa memainkan konsep gegenpressing tadi.

Lain padang lain belalangnya. Lain gendang lain pula bunyinya. Liverpool bukanlah MU! Mane, Salah, Jota dan Firmino adalah "bek pertama" ketika Liverpool kehilangan bola.

Ronaldo, Cavani, Martial, Van de Beek bukanlah pemain yang suka (mau) melakukan pressing terhadap lawan sebagai langkah pertama untuk menahan serangan lawan. Harry Maguire dan Lindelof itu sering "halu" karena beban mereka ini sangat berat di sisi pertahanan MU.

Sebaliknya beban Van Dijk dan Matip itu tidak terlalu berat, karena sebagian dari pekerjaan mereka itu telah diambil alih oleh Firmino dan Fabinho/Henderson! Ini bukan taktik, tapi konsep!

Kalau Rangnick tetap memaksakan konsep gegenpressing itu sekarang ini, maka ruang ganti pemain akan "panas, terbakar dan kemudian gosong!" Peribahasa "Menang jadi arang kalah jadi abu" berlaku di sini.

Kalau para pemain ngambek, maka mereka tidak akan serius bermain. MU lalu kalah mulu, dan Rangnick akhirnya ditendang juga! Jadi, pelatih dan pemain itu harus bisa cincai-cincai. Kalau bo cengli, maka akan runyam urusannya.

Kalau Rangnick tidak percaya, boleh tanyakan kepada Moyes, Van Gaal, Mourinho dan Ole, bagaimana rasanya ditusuk dari belakang oleh para pemainnya sendiri!

Yah memang Rangnick pasti akan sulit percaya karena selama ini ia hanya menangani para pemain muda atau pemain kelas medioker, di klub medioker pula! Para pemain ini memang menganggap Rangnick seperti dewa.

Skuad MU, sumber : https://i.ytimg.com/
Skuad MU, sumber : https://i.ytimg.com/

Ketiga, MU adalah sebuah industri sepak bola modern. 

Rangnick harus paham, Cristiano Ronaldo dan para pemain bintang yang datang itu tentu pekerjaannya bukan hanya untuk menendang bola saja. Mereka itu juga bertugas untuk "menjual kaos dan merchandise" klub, dan tentunya juga untuk "menjual mimpi" kepada fans. Harap dicatat, sebelum Ronaldo resmi menendang bola, kaos CR7 itu sudah ludes terjual.

MU kebetulan sudah lama puasa gelar bergengsi, dan manajemen klub pun tak mau terlihat bodoh. Jadi solusinya adalah mendatangkan pelatih hebat. Sayangnya pelatih hebat yang punya "CV mentereng" tak mau datang di pertengahan musim. Mereka tahu sulit mendongkrak performa MU dalam jangka waktu singkat. Mereka tentunya tidak akan mau mengotori CV mereka dengan catatan buruk, dipecat dari pekerjaan dalam waktu singkat!

Jadi Rangnick harus paham kalau untuk menjadi pelatih interim, ia adalah pilihan terakhir dari satu pilihan saja! Semua orang juga tahu, kalau untuk pelatih interim, pastinya yang terbaik adalah "orang dalam sendiri," misalnya Ryan Giggs atau Carrick. Akan tetapi di depan boss, manajemen klub tidak mau terlihat "tidak bekerja." Padahal,seharusnya yang pertama kali dipecat itu adalah manajemen klub, karena mereka inilah yang menjadi biang kerok buruknya performa MU selama ini.

Performa MU itu sudah lama menurun. Akan tetapi keluarga Glazer ini semakin kaya saja lewat naiknya saham MU.

MU adalah klub terkaya di Inggris dan juga mungkin di dunia. Jadi akumulasi kekayaan klub MU ini memang tidak linier dengan prestasinya. Artinya klub hedon makin hedon berkat "kemampuan manajemen mengelola hedonisme klub"

Jadi Rangnick tidak usah dulu belagu atau ngebacot, lebih baik diam-diam bae sambil bekerja keras memikirkan taktik yang akan dipakai untuk setiap pertandingan (bukan bicara tentang konsep gegenpressing, yang belum apa-apa sudah menimbulkan kegaduhan di ruang ganti pemain)

Masih untung keluarga Glazer itu bukan seperti bos Chelsea, Roman Abramovich yang suka memecat pelatih yang dirasanya belagu, walaupun sudah memberi prestasi baik bagi klub.

Yah begitulah, saya jadi penasaran menunggu taktik yang akan dipakai Rangnick ini. Biasanya orang Jerman itu pekerja keras, disiplin, tidak banyak ngomong dan cenderung sedikit kaku.

Saya takut "Jerman satu ini" hanya memberi PHP saja kepada fans. Kasihan penggemar MU yang sudah ngarep itu hanya diberi angin syurga saja, hahaha

Salam sepak bola, salam rindu selalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun