Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Liverpool Akhirnya Tumbang Juga

10 November 2021   17:47 Diperbarui: 11 November 2021   02:01 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berbahagialah pelatih yang mendapatkan apa yang diinginkannya. Celakalah pelatih yang mendapatkan apa yang tidak diinginkannya."

London Stadium bergemuruh ketika wasit meniup peluit untuk mengakhiri pertandingan West Ham vs Liverpool. The Reds akhirnya takluk untuk pertama kalinya musim ini di tangan The Hammers dengan skor 3-2 bagi keunggulan tuan rumah.

Bagi The Hammers kemenangan ini ibarat makanan "Empat sehat lima sempurna." Laga kontra Liverpool ini menjadi kemenangan beruntun ke-empat bagi The Hammers. Kemenangan ini juga membawa The Hammers naik ke posisi tiga dengan menggusur Liverpool turun ke posisi empat!

Apakah Liverpool bermain buruk sehinggah kalah?

Dua hari ini saya membaca banyak media yang mengulas pertandingan ini, dan mayoritas menyebut Liverpool bermain buruk. Padahal sejatinya tidak!

Ini karena penggemar sepak bola (termasuk pandit juga) terlalu fokus kepada hasil akhir (skor) pertandingan, sehingga memulai analisa mereka dari hasil akhir tersebut.

Kalau kita lihat statistik pertandingan, Liverpool jelas lebih unggul daripada West Ham. Liverpool melakukan 16 tendangan percobaan dengan 5 tepat sasaran berbuah 2 gol. Penguasaan bola Liverpool mencapai 70% dengan akurasi umpan mencapai 86%

Sebaliknya West Ham melakukan 7 tendangan percobaan dengan 3 tepat sasaran berbuah 3 gol. Penguasaan bola West Ham hanya 30% saja dengan akurasi umpan mencapai 70%

Jadi berkaca dari statistik di atas Liverpool memang unggul dalam penguasaan bola dan juga permainan sepak bola itu sendiri. Unggul permainan tapi koq bisa kalah? Nah itu yang akan kita bahas dalam tulisan ini.

Lalu, apakah West Ham hanya menang berkat keberuntungan semata?

Tentu saja tidak, karena kemenangan West Ham adalah berkat strategi jitu pelatih, yang bisa diterjemahkan para pemain dengan baik di lapangan.

Jadi pertandingan ini benar-benar murni laga adu taktik, stamina dan tentu saja "keberuntungan" yakni ketika strategi yang sudah direncanakan kemudian bisa terealisasi dengan sempurna.

Betapa tidak, ketiga gol West Ham itu benar-benar datang dari strategi jitu yang pastinya sudah dicoba berulang-ulang selama latihan! 

Gol pertama dan ketiga itu terjadi karena kiper mendapat gangguan dari pemain West Ham. Pada gol pertama West Ham, Michail Antonio dan Angelo Ogbonna berperan mengganggu Alisson.

Menit ke-3 West Ham mendapat korner. Awalnya hanya Antonio saja yang berada di box. Alisson yang merasa terganggu kemudian mendorong-dorong Antonio. Lalu datang lagi Declan Rice untuk menghalangi pandangan Alisson ke titik korner.

Proses gol pertama West Ham, sumber: okeinfo.net
Proses gol pertama West Ham, sumber: okeinfo.net

Pada saat Jarrod Bowen hendak melayangkan bola, Ogbonna kemudian berlari di depan Rice dan kemudian melompat untuk menyundul bola.

Tuhan dan Ogbonna juga tahu kalau sundulan itu tidak akan tepat sasaran karena titik sentuh bola berada di atas kepalanya. Tentunya Ogbonna tidak boleh menyentuh bola tersebut dengan tangannya, akan tetapi Alisson tentunya boleh! Nah di situlah letak koentjinja, yaitu bagaimana caranya agar supaya Alisson tidak bisa meninju boleh itu dengan sempurna. 

Jadi ketika Ogbonna selesai "menyundul angin," ia pun turun dengan menjatuhkan badannya ke belakang. Tubuh Ogbonna kemudian menimpa badan Alisson yang hendak membuang bola yang berada di atas kepala Ogbonna.

Celakanya, sebelum Alisson melompat, Antonio terlebih dahulu "meraba" pinggang Alisson. Saya tidak tahu apakah Alisson itu seorang penggeli atau tidak. Alisson kemudian melakukan protes, tapi protes tersebut diabaikan wasit.

Pada gol ke-tiga proses yang sama terulang kembali. Lagi-lagi Antonio yang berperan mengganggu Alisson. Terlihat Alisson mendorong-dorong Antonio yang berusaha menganggunya.

Jarrod Bowen kemudian mengarahkan bola ke tiang jauh. Tanpa terduga, Kurt Zouma coming from behind untuk menyundul bola ke gawang Alisson. Gol itu sekaligus menjadi "gol pembunuh" untuk mengunci kemenangan The Hammers.

Kurt Zouma cetak gol ketiga, sumber: detik.net.id
Kurt Zouma cetak gol ketiga, sumber: detik.net.id

Menariknya dari kedua gol lewat set-piece tersebut, tidak ada satupun pemain Liverpool yang "menjaga" Alisson. Akibatnya pemain West Ham bebas menganggu Alisson. Sangat mengherankan pemain-pemain Liverpool, terutama Van Dijk sebagai komandan lini belakang tidak melakukan koordinasi pertahanan perimeter.

Kalau dilihat dari tayangan ulang, pemain West Ham jelas melakukan pelanggaran terhadap Alisson. Gol seharusnya dibatalkan. Akan tetapi wasit ternyata punya pandangan lain dan mengesahkan gol tersebut.

Akan tetapi perlu dipahami, sama seperti di kehidupan nyata, pertandingan sepak bola juga dipenuhi dengan "bumbu drama" yang terkadang kontroversial di satu sisi, tapi asik di sisi lainnya. Kontroversial bagi Liverpool tapi asik bagi West Ham dan pendukungnya, hahaha.

"Teori Evolusi Darwin" juga berlaku dalam sepak bola. "Bukan tim kuat yang akan memenangkan pertandingan, melainkan tim yang bisa beradapatasi dengan situasi di lapangan."

West Ham bisa beradapatasi dan mengaplikasikannya dengan sempurna di lapangan sehingga pantas untuk memenangkan pertandingan tersebut.

Gol ke-dua West Ham adalah konsekwensi yang harus dibayar Liverpool ketika menerapkan gegenpressing plus pertahanan garis tinggi. Ternyata duet Van Dijk dan Matip kurang cakap dan kurang cepat untuk mengatasi counter attack ala West Ham.

Tak ada yang perlu dibahas dalam gol ini. West Ham David Moyes adalah tim yang menerapkan pertahanan rapat plus serangan balik cepat. Sementara Liverpool ada tim yang menerapkan attacking football dengan pertahanan garis tinggi.

"Berbahagialah David Moyes karena ia mendapatkan dari apa yang diinginkannya. Celakalah jurgen Klopp karena ia mendapatkan apa yang tidak diinginkannya."

Apa yang salah dengan Liverpool?

Walaupun Salah bermain, tapi tidak ada yang salah dengan Liverpool. Walaupun tidak bermain istimewa, tapi tidak ada pemain Liverpool yang bermain buruk. Baik tapi tidak istimewa, dan ternyata itu belum cukup untuk mengalahkan West Ham, walaupun pastinya sudah cukup untuk mengalahkan MU.

Bagi saya pribadi tidak ada yang salah dengan Liverpool, yang ada hanya "Yang Kurang!"

Skuat Liverpool sekarang tidak cukup kuat untuk meraih gelar juara EPL musim ini. Moh Salah adalah salah satu penyerang terbaik dunia saat ini. Akan tetapi Salah juga adalah manusia biasa, dan kali ini ia tidak mampu mencetak gol.

Van Dijk adalah salah satu bek tengah terbaik dunia. Namun dalam pertandingan kemarin ia tampak seperti "orang bodoh dengan pemberat besi di kaki." Van Dijk juga manusia biasa yang bisa letih dan bosan.

Jalan keluarnya tentu saja bukan dengan cara memberikan jamu kuat bagi Salah dan Van Dijk, melainkan dengan memiliki pemain pelapis yang sepadan dengan mereka.

Timo Werner yang tadinya hampir merapat, malah kemudian melipir ke Chelsea. Manajemen Liverpool seharusnya tetap agresif untuk mengejar striker baru yang berkualitas.

Entah bagaimana nanti nasib Liverpool di bulan Januari kala perhelatan Piala Afrika berlangsung. Salah, Mane dan Keyta pasti akan bermain di sana, dan tidak bisa memperkuat Liverpool.

Apakah ada yang yakin dengan kemampuan trio Minta Diri? (Minamino, Jota dan Divock Origi) Apalagi trio ini belum pernah teruji. Mungkin nanti di perhelatan Liga Champion bisa dicoba. Apalagi Liverpool juga sudah lolos ke babak berikutnya.

Kemarin itu penampilan Minamino dan Origi cukup menjanjikan. Masuk sebagai pemain pengganti, keduanya bermain agresif untuk membongkar pertahanan Wets Ham.

Origi berhasil membuat gol cantik. Pelanggaran terhadap Minamino kemudian menghasilkan tendangan bebas yang nyaris saja berbuah gol. Minamino jelas kurang jam bermain. Padahal ketika dipinjamkan ke Southampton ia terus bermain baik dan kerap mencetak gol.

Akan halnya Origi, pemain yang sebenarnya sudah "karatan" di Liverpool ini, saya speechless, tak tahu berkata apa. Origi adalah "laki-laki pemalu yang penuh liku-liku, merasa terluka karena dijual tapi tak laku-laku."

Ketika diberi kesempatan dan diharapkan bermain baik, Origi hampir selalu bermain jelek dan tidak related dengan teman-temannya. Akan tetapi ketika diturunkan sebagai pemain pengganti Salah atau Firmino, "sihir origi" seringkali menyentak kubu lawan.

Dua gol Origi pada laga semifinal Liga Champion 2018/2019 lalu, membuat Lionel Messi menangis bombay! Akan tetapi itulah Origi. Ketika diharapkan bermain baik, ianya sering bermain buruk. Ketika tidak diharapkan, eh ia malah bermain gemilang. "Lelaki seperti apakah engkau ini sebenarnya Origi?"

Chelsea, Manchester City, Arsenal dan MU adalah tim yang memiliki kedalaman skuat yang mumpuni. Pelatih selalu pusing menyusun starting line karena banyaknya pemain berkualitas yang setara.

Sebaliknya skuat Liverpool itu terbatas. Apalagi pelatihnya gemar dengan konsep "3L, Lu lagi, Lu lagi Lu lagi!"

Pelatih hanya pusing kalau pemain inti cedera. Akan tetapi pelatih punya "puyer bintang toedjoeh" pada sosok James Milner yang bisa bermain di mana saja selain posisi kiper dan penyerang tengah.

Milner kini harus menepi, terkena cedera hamstring pada saat melawan MU bulan lalu. Kasihan "orang tua" ini terlalu sering dimainkan pelatih sehingga akhirnya cedera.

Bisakah Liverpool menjuarai EPL dan UCL dengan skuat sekarang?

Tentunya bisa saja dengan syarat tidak ada pemain yang cedera atau terkena hukuman. Namun Liverpool bermain di empat kompetisi yang sangat ketat. Rasanya adalah sebuah hil yang mustahal kalau seorang pemain bisa terus bermain prima sepanjang minggu hingga akhir kompetisi nanti.

Saya curiga pemilik Liverpool itu memang tidak mau berinvestasi membeli pemain bagus untuk memperkuat skuat Liverpool.

 "Sayang uangnya" bisiknya dalam hati. Yang penting Liverpool bisa tetap lolos ke UCL karena "uang tandingnya" lumayan besar untuk menambah kas klub.Rasanya dengan skuat sekarangpun Liverpool bisa mencuri satu tropi, atau dua atau empat tropi sekaligus!

Yah demikianlah kalau pemilik klub terlalu business oriented, maka penggemar seperti saya ini hanya bisa mengurut dada. Mana dadamu, ini dadaku. Di dadaku ada slogan You'll Never Walk Alone. 

YNWA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun