Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Saya Merasa Takut...

2 November 2021   12:40 Diperbarui: 2 November 2021   12:58 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kemarin saya merasa takut. Takut? kenapa takut? Takut sama hantu, gendoruwo, kuntilanak atau suster ngesot?

Bukan sodara-sodara. Saya ketakutan ketika melihat artikel saya teranyar, "Menikmati Chelsea Made in Lampard."

Awalnya Mimin mengganjar artikel itu dengan "PILIHAN." Wajar karena penulisnya berstatus "Centang Biru." Selama tak berbuat "asusila," maka artikel yang dibuat oleh penulis Centang Biru akan selalunya auto Pilihan.

Tak berapa lama kemudian, Mimin memeringkat artikel tersebut dengan ARTIKEL UTAMA." Terasa wajar juga karena sejak dulupun artikel sepak bola yang saya tulis sering diganjar dengan AU (Artikel Utama) Namun bagi saya tetaplah istimewa karena beberapa waktu belakangan ini artikel saya jarang diganjar AU.

Akan tetapi saya tidak perlu tersipu malu, karena para senior seperti Pak Tjipta, Pak Katedrarajawen, Engkong Felix dan Om Peb juga jarang mendapat AU. Jangan tanya juga kepada Mas Susy Haryawan dan Mbah Peyang, kapan mereka ini mendapat label AU dari Mimin, wkwkwk

Akan tetapi sodara-sodara, saya sangat terkedjoet kala melihat jumlah viewersnya. Terakhir saya menatapnya, jumlahnya 20.000. Sangat tidak masuk di akal! Jumlah itu terlalu banyak untuk penulis katrok seperti saya, ataupun untuk artikel sepak bola dalam kondisi biasa saja.

Sependek pengetahuan saya selama menulis di Kompasiana, paling banter viewers artikel saya itu berkisar delapan ribuan saja. Itupun dengan topik yang lagi trending saat itu yakni pembebasan sandera ABK di Mindanao.

Memang dulu saya pernah menulis cerpen dengan viewers mencapai 62.006 yang saya posting 28 Februari 2019 lalu. Akan tetapi kala itu saya memakai nama pena, dengan akun lain. 

Waktu itu saya anggap hanya sebuah "kecelakaan" saja karena dengan akun itu teman saya juga terbatas. Apalagi tulisan itu juga tidak mendapat label Pilihan dari admin.

Dengan nama pena kita tentunya tidak terlalu peduli dengan viewers dan vote yang kita dapatkan. Yang penting bisa nulis, itu saja hehe.

Kebetulan pada masa-masa itu "exit permit" saya untuk menulis memang sedang di-suspend, dengan alasan keganjenan dan kurang istirahat, wkwkwk.

Sebenarnya bukan saya yang ganjen. Waktu itu saya sering posting hasil tulisan di sosmed, lalu ditanggapin orang-orang yang ditengarai ada unsur-unsur ganjennya. Padahal keganjenan itu dilindungi oleh undang-undang sebab tidak melanggar peri keadilan dan peri kemanusiaan.

Solusinya gampang saja. Hasil tulisan tidak usah diposting di sosmed. Case closed, dan menulis kembali ke akun semula.

Nah, dengan ngarapin pembaca dari Kompasiana saja, trus tiba-tiba viewersnya mencapai 20. 000 kan aneh! Jadi saya melakukan penerawangan dan mencoba memberikan beberapa hipotesis argumentatif terhadap fenomena ini.

Pertama, Memang saat ini ada Topil (Topik Pilihan) dengan tema "Pengalaman Mistis" yang ternyata sangat digandrungi Kompasianer. Tadinya saya mau ikutan juga menulis, tapi saya urungkan.

Bukan apa-apa, ketika hendak membuat judul saja saya sudah merinding. Jadi demi keselamatan jiwa, saya putuskan untuk membatalkan saja menulis Pengalaman Mistis ini.

 

Apakah ada benang merah antara Pengalaman Mistis dengan naiknya viewers pada tulisan saya? Wallahu a'lam. Semoga saja tidak, sebab tidak ada free lunch atawa makan siang gratis.

Konon disetiap pesugihan selalunya akan meminta tumbal. Hi! Membayangkannya saja sudah membuat bulu ketek merinding. Saya memang paling takut dengan klenik-klenik beginian.

Yah sudah kalau memang begitu, wahai mahluk halus bawa saja pergi semua viewers itu, sisain saja barang seribu, wkwkwk.

Kedua, Saat ini lagi ramai kasus "spoiler manga" dengan viewers yang sungguh tidak masuk di akal, yang bahkan bisa membuat "pesugihan" tampak terlihat bodoh! Betapa tidak, viewers pembaca spoiler manga itu jumlahnya bahkan bisa mengalahkan penonton konser Bon Jovi!

Lalu Kompasiana jadi rame karena dianggap telah terjadi ketjurangan dalam memperoleh viewers. Padahal saya sendiri tidak tahu menahu dengan urusan ini. Sejatinya saya ini pecinta Donald Bebek, bukan manga. Namun saya tidak pernah pula membenci manga.

Saya sendiri tidak tahu bagaimana perkembangan dari kasus ini. Yang jelas ada friksi yang membuat terjadi pemisahan. Ada kelompok penulis spoiler manga di satu sisi, dan ada kelompok lain di lain sisi.

Sama seperti saya, kebetulan viewers dari kelompok lain ini umumnya sekitar seratusan saja. Jadi memang ada ketjemburuan sosial di sini.

Nah ini yang perlu klarifikasi. Jangan pula orang menganggap saya melakukan ketjurangan untuk menaikkan viewers dalam artikel "Menikmati Chelsea Made in Lampard" ini.

Kita tahu bahwa ada beberapa cara untuk menaikkan rating, baik dengan cara senonoh maupun dengan cara tidak senonoh. Saya takut ada orang iseng yang sengaja menaikkan viewers saya untuk memperkeruh suasana. Mungkin tidak secara pribadi, acak saja tapi saya yang "ketiban sial."

Bukannya saya tidak bersyukur dapat viewers banyak, tapi saya takut kalau-kalau memang saya tak berhak untuk mendapatkannya.


Ketiga, semua orang tahu kalau saya ini manis rupa dan perilaku. Selama berbaju Kompasiana saya tidak pernah membuat kegaduhan, berantem maupun berbuat asusila.

Kebayang kan, beberapa kali artikel saya dibabat sama admin. Sebagiannya lagi diturunkan pangkatnya. Sakitnya tuh di sini. Akan tetapi saya santuy saja dan tetap menulis seperti biasa.

Padahal kalau Kompasianer lain diperlakukan begitu, pastinya akan misuh-misuh. Sebagian lagi malah bawa golok ke Palmerah. Maksudnya ke Pasar palmerah, untuk mengasah goloknya supaya tajam lagi, wkwk.

Ini kan hari baik bulan baik, Kompasiana lagi ulang tahun. Nah, mungkin saja Kompasiana secara diam-diam ingin memberi kedjoetan kepada kompasiana yang manis rupa dan perilaku ini dengan sematan AU plus viewers yang banyak sebagai hadiah ulang tahun.

Kebetulan pula saya ini sudah lama tak mendapat K-reward. Alamak! Poejoek ditjinta oelam tiba. Hadiah ini tentunya bak segelas sirop dingin di tengah gurun Sahara!

Akan tetapi saya ini bukanlah pengemis cinta viewers. Saya malu untuk meminta-minta, memangnya saya ini laki-laki apaan! Akan tetapi saya TIDAK AKAN PERNAH MENOLAK KALAU DIBERI. Perlu saya tegaskan tiga kali lagi, TIDAK AKAN PERNAH MENOLAK KALAU DIBERI. TIDAK AKAN PERNAH MENOLAK KALAU DIBERI. TIDAK AKAN PERNAH MENOLAK KALAU DIBERI.

Demi kiyan disampaikan. Mudah-mudahan hipotesis argumentatif ini kerilu adanya. Artinya semuanya memang berjalan normal saja. Terima kasih banyak buat rekan-rekan Kompasianer yang saya muliakan karena sudah berkenaan memberikan vote, komentar dan membaca tulisan-tulisan saya selama ini.

Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, tidak ada pula gundul yang tak botak. Demikian pula dengan tulisan yang tidak sempurna ini pastinya terdapat kekurang di sana sini. Jadi kalau anda puas dengan tulisan ini beritahu teman dan sekiranya anda tidak puas tidak usah juga beritahu Acek Rudy.

Selamat siyang, salam hormat, salam rindu selalu

wassalam


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun