"Orang yang tidak mampu membuat dirinya jadi bahan candaan tidak akan mampu membahagiakan orang lain"
Ini kisah pada zaman remaja dulu. Malam minggu itu sudah menunjukkan pukul 22.15, tapi sosok yang ditunggu belum nongol juga. Sepuluh menit kemudian barulah sosok bernama Karel itu tiba dengan penampilan lusuh.
Para anggota geng yang sudah berkumpul sejak pukul 21.30 kompakan berseru, "Lama sekalee, jadi gak nih ke diskonya!"
"Jadi, tapi tunggu sebentar ya, aku mau mandi dulu" kata Karel sambil berlari masuk ke kamar mandi.
"Ah, ada yang gak beres nih. Nanti abis Karel keluar dari kamar mandi langsung kita sergap aja!" kata Ridwan penasaran.
"Emangnya si Karel kenapa?" tanyaku keheranan.
"Tadi di lehernya seperti ada cupang atau apa gitu" kata Ridwan.
Aku sebenarnya merasa familiar dengan kata "cupang," tapi aku tidak tahu persis itu apa. Maklum aku masih ijo. Dalam urusan begini, "malu bertanya sesat di jalan," bukanlah ide yang baik karena "semakin banyak bertanya maka anda pasti akan tersesat!"Â
Mempertanyakan hal beginipun bisa menurunkan "kastaku" beberapa level menjadi "kelas Paria," alias jomblo ngenes yang tak pernah disentuh wanita! Jadi aku penasaran saja menunggu Karel keluar dari kamar mandi.
Tak berapa lama kemudian Karel keluar dan langsung disergap. Ternyata ia memang mendapat cupang. Bukan hanya di dekat bibir, tapi juga di leher, dada, lengan, pundak bahkan di punggung! Alamak!
Pas ditanya, Karel mengaku habis digebukin pacarnya yang cemburuan. Tapi setelah digebukin, pastinya skidipapap juga. Ada kemungkinan bdsm. Nackal betoel! Perihal skidipapap dan bdsm ini akan dibahas kapan-kapan saja.
Kami kenal betul dengan Ratna, "pacar ori" Karel. Namun rasanya tak mungkin ia berbuat asusila begini. Akan tetapi Karel punya banyak pacar. Ridwan menduga Karel tadi ngapel Echa, istri simpanan seorang pengusaha dari Batam. Echa ini pacar favorit Karel, dan ternyata memang benar!
Akan tetapi tetap saja aku belum paham betul apa itu cupang dan mengapa Echa berbuat seperti itu. Kini aku semakin bingung karena ada dua istilah baru lagi, skidipapap dan bdsm!
Kami akhirnya tetap pergi ke diskotik tanpa Karel yang langsung tertidur sehabis mandi. Rasa penasaran itu akhirnya kutanyakan kepada Maya, lighting diskotik yang baru kami kenal minggu lalu.
Pertanyaanku tentang cupang malah dibalasnya dengan tawa cekikikan sambil berkata, "emangnya kamu mau aku cupang sekarang?"
Tentu saja aku tak puas dengan jawaban seperti itu, apalagi aku ini termasuk lelaki yang tak gampang untuk dipuaskan.
Rasa penasaran itu akhirnya terpuaskan setelah aku berhasil meminjam kitab agung Acek Rudy, yang bernama "Kamasutra, the untold story."
Artikel "Cupang" sendiri terdapat di Bab pertama, "Warming up," tepatnya di halaman 26, persis sesudah artikel "Cipok" dan sebelum artikel "Cyanosis."
Memang awalnya agak ngeri-ngeri sedap juga membaca kitab Kamasutra ini karena rumor yang beredar sebelumnya mengatakan kalau kitab ini sebelas duabelas dengan stensilan maupun novel Enny Arrow dan para sekutunya itu.
Akan tetapi tuduhan itu ternyata kerilu, karena kitab ini ternyata mampu menerangkan segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang ilmiah maupun kurang ilmiah demi kepuasan pembacanya.
Menurut Kamasutra cupang (kissmark) adalah tanda berwarna merah, ungu gelap, atau biru yang disebabkan oleh aktivitas berciuman yang terlalu lama atau kuat.Â
Warna yang muncul kemudian di permukaan kulit tadi (merah, ungu gelap, atau biru) bergantung kepada intensitas (semangat dan mutu) dari aktivitas berciuman tadi.Â
Mutu yang paling rendah biasanya akan menghasilkan warna merah, sedangkan mutu paling tinggi menghasilkan warna biru.
Cupang biasanya muncul di area leher, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat di area tersembunyi pada bagian tubuh lainnya.Â
Nah apa yang terjadi dengan Karel tadi, ternyata persis seperti apa yang diterangkan oleh kitab Kamasutra ini. goodjob!
Pertanyaan berikutnya, mengapa cupang itu berbekas?
Kulit sendiri terdiri dari tiga lapisan, epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis (lapisan terluar kulit) sendiri tidak memiliki pembulu darah.Â
Nah cupang sejatinya adalah sebuah memar, yang merupakan dampak dari pecahnya pembuluh darah di lapisan dermis, yang terjadi ketika Anda atau pasangan mencium terlalu lama atau kuat.
Sebenarnya defenisi "mencium terlalu lama atau kuat" ini perlu dipertegas agar tidak terjadi bias.Â
Cupang sejatinya adalah kombinasi dari sebuah isapan kuat (oleh kedua bibir) yang dilakukan secara simultan dengan gigitan manja dari gigi seri (gigi depan) Sebagai catatan, kalau dilakukan dengan gigi taring, berarti pelakunya itu adalah seorang vampir!
Jadi cupang yang terlihat tersebut sebenarnya adalah darah yang terperangkap di lapisan dermis tadi.
Apakah cupang berbahaya?
Sama halnya seperti berciuman, cupang juga rentan terhadap penularan berbagai penyakit seperti herpes simplex, hepatitis B, flu, virus, parasit dan juga bakteri. Selain saliva, jigong yang terdapat pada sela-sela gigi bisa saja mengandung bakteri.Â
Jadi sebelum melakukan aktivitas ini sebaiknya terlebih dahulu menjaga kebersihan mulut lewat sikat gigi dan berkumur dengan antiseptik.
Pastikan juga yayang anda itu tidak terkena rabies yang bisa saja menularkannya lewat cupang tadi.
Satu hal lagi, cupang, terutama di leher pastinya membuat darah menggumpal (blood clot) yang sewaktu-waktu bisa rupture (pecah) dan kemudian terlepas.Â
Pecahan darah yang lepas tersebut kemudian bisa saja menyumbat pembuluh darah ke otak (emboli). Sumbatan ini bisa menyebabkan stroke yang berujung pada kematian!
Dengan bertambahnya usia maka otomatis lapisan kulitpun kehilangan elastisitas/kekenyalannya. Kulit menjadi lebih tipis dan pembuluh darah semakin rapuh. Â Akibatnya cupang inipun menjadi lebih mudah terlihat. Untuk itu disarankan agar "anak-anak muda" berusia 60 tahun ke atas sebaiknya tidak usah cupang-cupangan lagi.
Selain membahas dari sisi ilmiah populer, Kamasutra juga membahas fenomena cupang ini dari sisi psikologi kelirumologi. Cupang yang lazim juga disebut "gigitan cinta" ini pastinya disertai dengan gairah/hasrat yang tinggi dari si pelaku. Bagi sebagian orang fenomena ini dianggap sebagai representasi cinta/kasih sayangnya bagi "si korban."
Akan tetapi ada juga si korban yang merasa bukan menjadi korban dari "vandalisme cinta" ini. Mungkin prinsipnya, "aku rela sengsara asalkan kau bahagia,"
Menariknya lagi Kamasutra menjelaskan fenomena cupang ini dari sisi teritorial yang umumnya dipakai binatang sebagai penanda hegemoninya atas suatu wilayah maupun entitas.
Dalam contoh di atas hal ini jelas sekali terlihat. Echa yang memberi "cupangan bertubi-tubi" kepada Karel adalah untuk menunjukkan hegemoninya atas "tubuh" Karel kepada para pesaing maupun calon pesaingnya.
Efeknya jelas terlihat. Hingga seminggu kemudian Karel tidak pernah berani keluar dari rumahnya, bahkan untuk kuliah ke kampus. Tak lama kemudian Ratna memutuskan hubungannya dengan Karel karena merasa tidak pernah diperhatikan.
Karel sebenarnya ingin memberi penjelasan karena ia masih sayang kepada  Ratna. Namun ia tak berdaya dengan tubuh yang penuh "luka" tersebut. Setidaknya ia butuh waktu seminggu lagi agar bekas cupang itu menghilang dari sekujur tubuhnya.
Nah begitulah penjelasan dari fenomena cupang ini berdasarkan kitab Kamasutra. Terima kasih banyak buat Acek Rudy yang sudah berkenaan meminjamkan kitab berharga ini kepada kita semuanya.
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, tidak ada pula gundul yang tak botak. Demikian pulalah dengan tulisan yang tidak sempurna ini pastinya terdapat kekurang di sana sini.Â
Jadi kalau anda puas dengan tulisan ini beritahu teman dan sekiranya anda tidak puas beritahu Acek Rudy.
Kalau ada jarum yang patah jangan disimpan di dalam peti.
Kalau ada kata yang salah jangan disimpan di dalam hati.
Yang sedang di jalan harap hati-hati, yang di hati kapan lagi kita bisa jalan-jalan..
Salam rindu selalu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H