Kabut tipis masih memeluk Kawasan Puncak di pagi hari ceria, diiringi nyanyian burung-burung di atas pohon. Hendra dan Mitha duduk bersebelahan menikmati secangkir kopi pahit pada meja makan yang terbuat dari kayu jati itu. Melalui jendela kaca bening, mereka dapat menjelajahi pemandangan indah saat sinar mentari pagi berusaha mengusir kabut tipis yang enggan melepaskan pelukan eratnya pada permukaan bumi.
Sudah setengah jam mereka hanya duduk terpaku saja tanpa suara menatap pemandangan di luar. Sesekali pandangan mata mereka beradu. Pada momen itu biasanya mereka akan mengeluarkan senyum manis terbaik mereka. Sesekali jari jemari mereka bertautan di atas meja, saling meremas lembut, tanpa sepatah kata pun terucap. Pada saat-saat seperti ini terkadang bahasa non-verbal justru lebih afdol dipakai dalam berkomunikasi.
***
Mitha kemudian memutar balik perjalanan hidupnya yang tidak pernah diketahui orang lain, bahkan oleh Hendra sendiri. Hanya Randy yang mengenal dirinya dengan baik.
Terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan dokter, Mitha kemudian mengikuti jejak mamanya untuk menjadi seorang dokter spesialis Jiwa. Papanya sendiri seorang dokter Bedah Plastik. Kedua orang tuanya berpisah ketika ia berumur 17 tahun. Mitha kemudian tinggal bersama mamanya.
Kehilangan figur ayah membuat Mitha menjadi labil dan tidak percaya diri. Untunglah ada pacarnya, Randy yang selalu mendukungnya. Sama seperti Mitha, Randy lahir dari pasangan dokter yang juga adalah sahabat Papa dan Mama Mitha sendiri. Tetapi Randy beruntung lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang hangat dan memberi kebebasan bagi pilihan anaknya.
Randy sendiri kuliah di IKJ yang setiap harinya bergelut dengan dunia teater. Mitha juga sebenarnya ingin kuliah di IKJ karena ia sangat tertarik akan sinematografi. Akan tetapi papa dan mamanya tidak mendukungnya.
Awalnya Mitha ogah-ogahan kuliah di kedokteran. Namun Randy selalu hadir memotivasinya. Berkat dukungan Randy, Mitha akhirnya bisa juga menyelesaikan pendidikannya. Bahkan kini Mitha sangat menyukai profesi dokter ini.
Namun kebahagiaan Mitha tak berlangsung lama. Pada hari kelulusannya, dimana ia ingin merayakannya bersama Randy, justru pada hari itu pula Randy berangkat ke Amerika dan memutuskan untuk tinggal di sana. Memang impian terbesar Randy sejak kecil adalah tampil di pentas Broadway.
Mitha akhirnya sadar, kalau ia ternyata tidak termasuk dalam rencana hidup Randy! Bahkan belakangan ia baru tahu kalau papanya rupanya membuat perjanjian dengan Randy. Kalau Randy bisa membantu Mitha menyelesaikan sekolahnya, maka papa Mitha akan membiayai proyek teater Randy!
Sejak itu, Mitha kemudian akrab dengan air mata dan obat penenang. Hanya karena rasa ego yang tinggilah yang membuatnya bisa bertahan hidup.