Ozan Kabak kini bisa bernafas lega. Betapa tidak, sejak kedatangannya yang sensasional itu ke Liverpool, Kabak akhirnya bisa menikmati kemenangan perdana di kandang sendiri setelah Liverpool berhasil mengatasi Aston Villa. Sebuah tendangan cantik pakai bingits dari Arnold pada menit-menit akhir pertandingan kemudian menyudahi perlawanan gigih Aston Villa. Liverpool 2, Aston villa 1.
Kemenangan atas Villa ini menjadi sangat penting sebab ini menjadi kemenangan kandang pertama Liverpool sejak Desember tahun lalu. Ketika itu Liverpool juga mengandaskan perlawanan Tottenham Hotspur asuhan Mourinho yang menerapkan pertahanan pat-rapat ala parkir bus tersebut.
Ketika itu terjadi sedikit kontroversi karena di akhir pertandingan Mourinho berkata, "tim terbaik kalah." Dunia kemudian tertawa karena dalam pertandingan itu Spurs sebenarnya dipaksa bermain bertahan saja tanpa mampu memberikan perlawanan.
Akan tetapi penulis kemudian terkesiap. Mou ternyata betul. Apa yang diucapkan Mou ketika itu ternyata adalah sebuah "mantera untuk mengutuki" tim terbaik EPL itu.
Benar saja, sejak Liverpool mengalahkan Spurs di stadion Anfield itu, kesialan kemudian mulai menghinggapi Liverpool. Anfield menjadi terkutuk ketika Liverpool kemudian tak pernah bisa menang ketika bertanding di kandangnya sendiri.
Sebelumnya, dari tujuh laga yang digelar di Anfield, Liverpool hanya sekali saja tidak mengalami kekalahan! Liverpool enam kali kalah beruntun dan sekali imbang di Anfield. Buset!Â
Bahkan klub-klub semenjana sekarang ini lebih suka bertanding melawan Liverpool di Anfield daripada bertanding di kandang mereka sendiri, hahaha.
Untunglah Paskah kemudian datang, sebab "segala kutuk kemudian dipatahkan di kayu salib." Namun iman (percaya) saja ternyata tidak cukup. Kerja keras dan semangat pantang kendor kemudian perlu ditambahkan agar bisa memperoleh kemenangan.
Betapa tidak, semangat Liverpool sempat kendor di penghujung babak pertama ketika gol Firmino dibatalkan VAR. Usut punya usut ternyata Jota terperangkap offside hanya se-ujung kuku saja. Sialnya sebelum bertanding Jota lupa pula memotong kukunya yang memang sudah agak panjang itu.
Sejak babak pertama dimulai, Liverpool sudah mendominasi pertandingan. Akan tetapi Liverpool membuang begitu banyak peluang. Sebaliknya Villa tidak pula bermain bertahan total, melainkan tetap meladeni permainan Liverpool dengan strategi zonal marking ketat sembari bersiap melakukan serangan balik. Tidak hadirnya Jack Grealish karena cedera dan belum fit-nya Ross barkley cukup berpengaruh terhadap serangan Villa.
Entah mengapa Liverpool akhir-akhir ini selalu terlambat panas di babak pertama. Penguasaan bola tetap dominan, tetapi sulit mengkreasi peluang.
Hal itu harus dibayar mahal ketika Aston Villa kemudian berhasil mencetak gol pada menit ke-42. Ollie Watkins membobol gawang Alisson usai menerima umpan cantik John McGinn yang sebelumnya berhasil mengelabui Philips. Blocking terlambat Kabak pun tak kuasa menghentikan tendangan keras Watkins.Â
Sama seperti dua dari tiga gol Madrid yang bersarang ke gawangnya kemarin, penulis kemudian mempertanyakan "keseriusan" Alisson dalam menjaga marwahnya sebagai salah satu kiper terbaik dunia. Bola jelas mengenai tangan Alisson yang berusaha men-tip-nya, tapi bola kemudian bergulir masuk ke gawang.
Seandainya bola itu dari tendangan jarak jauh, dan Alisson masih punya waktu melakukan lompatan, maka bola itu boleh di tip atau ditinju dengan kemungkinan 50:50 untuk masuk atau keluar.
Dalam hal ini, ketika terjadi momen benturan antara gaya bola yang ditendang dengan gaya lompatan kiper, maka tangan kiper tidaklah sepenuhnya menerima beban gaya tadi, sebab tangan kiper hanya berfungsi sebagai "pemindah beban" saja. Arah bola yang tadinya ke dalam gawang, diubah menjadi keluar gawang. Itulah yang sering kita saksikan ketika kiper men-tip bola ke luar gawang.
Akan tetapi kalau bola berasal dari tendangan keras jarak dekat, dan Alisson tidak sempat melakukan ancang-ancang, maka men-tip bola merupakan suatu kesalahan besar. Seandainya Alisson tidak memakai sarung tangan khusus, maka bisa saja ruas jarinya patah. Jadi bola sebenarnya sudah dalam "jangkauan" Alisson, tetapi kemudian dilepaskannya demi "kebaikan bersama."
Dalam hal ini, gaya bola yang ditendang akan sepenuhnya ditahan sendiri oleh jari tangan kiper. Jadi solusinya cuma satu, bola ditinju! Kena, tidak gol. Tidak kena, maka akan terjadi gol!
Dalam pertandingan melawan Villa ini, peran lini belakang memang sangat menonjol. Duet Philips-Kabak bermain sangat bagus sekali. Kabak bertugas mengamankan bola bawah sedangkan Philips mengamankan bola-bola atas yang selalu menjadi andalan Villa.
Gol penyama yang dibuat Salah juga merupakan tendangan keras Robertson yang diblok Martinez. bola rebound itu kemudian dicocor Salah untuk membuat skor menjadi 1:1. Arnold kemudian menjadi man of the match karena tendangan cantiknya sedikit dari luar kotak penalti itu kemudian menjadi gol kemenangan pertama Liverpool di tahun 2021 ini!
Punya dua pemain versatile seperti Milner dan Fabinho itu memang enak, karena bisa menambah opsi strategi di lapangan, tanpa perlu harus mengubah ritme permainan itu sendiri.
Klopp kemudian menarik Kabak menjelang akhir babak kedua untuk memasukkan Shaqiri, agar bisa menambah daya dobrak Liverpool. Apakah hal ini berpengaruh kepada pertahanan Liverpool?
Ternyata tidak, karena Fabinho bisa menggantikan peran Kabak, dan Milner menggantikan peran Fabinho. Thiago yang masuk di babak kedua juga masih berlimpah tenaganya untuk mengendalikan lini tengah. Kini datang Shaqiri untuk menggedor lini pertahanan Villa dari berbagai sisi.
Lini depan memang masih menjadi kendala utama Liverpool saat ini. Selain kurang mampu mengkreasi peluang, penyelesaian akhir juga menjadi kendala utama. Sebuah peluang emas dari Mane yang gagal menjadi gol pada detik-detik akhir pertandingan kemudian menjadi buktinya.
Mane memang sedang bermasalah dan Klopp harus segera bisa mencarikan solusinya. Atau mungkin Mane sebaiknya dijual saja, sebelum nilainya semakin jatuh. Mungkin posisi Mane dimundurkan sedikit menjadi flank, dengan tugas memberi support kepada penyerang. Dengan demikian Mane tidak terlalu terbeban untuk mencetak gol.
Salah justru bisa bermain bagus tanpa Mane. Ini bukan soal "salah-benar diantara mereka berdua," tapi Salah setidaknya masih bisa menjadi top scorer EPL, sementara Mane sendiri sudah terlalu lama berpuasa, padahal Ramadan justru baru saja tiba.
Mane sering terlalu lama "memegang" bola yang justru kemudian bisa diserobot lawan. Mane pun suka melakukan diving dan terlalu gampang jatuh. Mane akhirnya malah merusak irama permainan cepat Liverpool itu sendiri.
Fabinho tidak pernah terpancing ikut naik hingga ke area kotak penalti Villa. Fabinho kini justru mampu mengendalikan Philips dan Kabak agar mereka ini tetap fokus menjaga lini pertahanan.
Bagi penulis, hal ini bisa menambah opsi pada skema permainan Liverpool. Mungkin Liverpool bisa mencoba skema tiga bek dengan Fabinho berdiri sedikit di depan dua bek sentral. Kabak bek sentral kiri dan Philips sebagai bek sentral kanan.
Dua bek sayap yang menjadi tumpuan serangan Liverpool, Robertson dan Arnold naik sedikit ke depan, berdiri sejajar dengan gelandang. Dengan demikian mereka ini tidak terlalu capai untuk turun-naik membantu serangan dan pertahanan, karena kini sudah ada tiga bek tengah di belakang!
Sejak nama Arnold dicoret dari timnas Inggris, penampilan Arnold cenderung agresif. Wajar karena ia ingin menunjukkan eksistensi dirinya. Southgate tidak pernah meragukan kemampuan Arnold.
Namanya dicoret hanya karena penampilan Arnold belum kembali seperti dulu lagi. Jadi tugas Arnold adalah mengembalikan performanya agar bisa seperti dulu lagi.
Dalam pertandingan melawan Madrid, dan juga ketika melawan Villa kemarin, Arnold bermain sangat agresif dan cenderung keras. Trezeguet kemudian menjadi korban. Kalau kejadian itu terjadi di luar kotak penalti, sudah pasti Arnold akan mendapat kartu kuning. Jadi Arnold harus berhati-hati dalam mengendalikan emosinya.
Apalagi ketika akan berhadapan dengan Madrid nanti di leg kedua. Mudah-mudahan gol kemarin itu bisa menambah kepercayaan diri Arnold sehingga membuat penampilannya sedikit lebih kalem.
Akhirnya semua kini bisa bernafas lega. Liverpool sudah bisa menang kandang lagi, dan ini tentunya semakin menambah kepercayaan diri kala bersua dengan Madrid nanti. Â
Bravo Liverpool, Nothings is impossible, YNWA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H