Nah, bagi motor bertipe mesin V-4 seperti Ducati, Honda, Aprilia dan KTM, apalagi kalau memakai ban soft, tentunya harus "pandai-pandai merawat ban." Hal ini jelas sekali terlihat pada Jack Miller dan Jorge Martin yang posisinya "turun-naik" mengikuti "performa ban-nya."
Kalau di awal balapan Ducati terlihat hebat tapi kemudian melemah di pertengahan balapan, maka pada ending balapan Ducati kembali memperlihatkan kehebatannya.
Tadinya duo Ducati, Zarco dan Pecco sudah pasrah berada di belakang sang petahana, Joan Mir. Akan tetapi Mir kemudian berbuat kesalahan kecil ketika melibas tikungan akhir. Motornya melebar. Â Kesempatan itu kemudian tidak disia-siakan Ducati. Kisah di awal balapan kemudian terulang kembali. Dua Ducati kemudian melesat seperti anak panah, dan tak ada yang mampu menahannya! Dua podium kemudian menjadi milik Ducati!
***
Namun, setelah nyaman dengan kondisi motornya, Vinales kemudian akan mengejar dan menaklukkan lawan satu perasatu. Masalahnya Vinales sering kehabisan waktu, sehingga dia terpaksa harus puas berada di podium tiga.
Namun kali ini berbeda. Vinales tegas menyebut nama Cal Crutchlow berada di belakang kesuksesannya. Keputusan Yamaha untuk memberhentikan Lorenzo sebagai pebalap penguji untuk kemudian digantikan oleh Crutchlow ternyata memang djitoe.
Pebalap senior ini sebelumnya memang pernah bergabung dengan Yamaha, Ducati dan terutama Honda, dimana ia terlibat aktif dalam pengembangannya. Pengalaman Crutchlow inilah yang kemudian dimanfaatkan Vinales selama uji coba pramusim. Apalagi gaya membalap mereka kebetulan sama pula.
Berkat masukan Crutchlow, YZR-M1 kini memiliki corner speed sangat baik sehingga lincah di tikungan. Hal ini kemudian membuat Vinales mampu bersaing dengan para rider Ducati, yang dikenal unggul di trek lurus berkat top speed dan tenaga mesin yang mumpuni.Â
"Saya merasa corner speed kami mengagumkan. Saya hanya bisa bilang wow! Saya tak pernah dapat corner speed macam itu. Cal bekerja sangat keras dengan motor kami. Ia memberi kami banyak saran yang bagus dan ini membantu saya paham banyak hal, apalagi ia datang dari pabrikan besar (Honda)" ujar Vinales seperti dilansir dari The Race.
Kalau tim pabrikan Monster Yamaha bisa berjaya lewat Vinales dan Quartararo, maka tim Petronas Yamaha SRT justru hancur lebur lewat Rossi dan Morbidelli. Rossi sendiri mengakui kalau Petronas memakai set-up berbeda dengan tim pabrikan Yamaha.