Masiku memang menjadi PR besar KPK. Seseorang itu mustahil bisa ditangkap kalau jejaknya tidak ada. EP gampang ditangkap karena ia meninggalkan banyak jejak lewat bukti transferan, Rolex, Hermes maupun LV.
Apakah KPK tebang pilih?
Biarlah pertanyaan itu tetap tinggal di benak warga saja. Namun yang jelas KPK punya banyak sekali daftar buruan yang sedang dalam proses penjebakan OTT. Bagi KPK OTT itu seperti ujian akhir sekolah. Petunjuknya jelas. Kerjakan soal mudah dulu, yang sulit belakangan agar tidak kehabisan waktu.
EP adalah soal mudah, itulah sebabnya ia cepat tertangkap. Sebaliknya Djoko Tjandra adalah soal sulit. Itulah sebabnya lama baru bisa tertangkap.
Ketiga, dari sisi Gerindra.
Edhy Prabowo adalah pilihan sang ketua pribadi, bukan pilihan terbaik Gerindra. Sekali lagi terbukti insting sang ketua jeblok! Ini bukan soal maling atau tidak, melainkan soal ketahuan atau tidak. Walaupun seorang pesilat ternyata EP ini belum menguasai ilmu "Waringin mbah kakung" yang merupakan warisan tulen dari mbah kakung penjaga pohon beringin selama puluhan tahun lalu itu.
Ilmu ini akan membuat penyergap seketika lumpuh karena energinya terserap waringin tadi. Selain itu akar dan daun pohon waringin tadi pun mampu menutupi segala jejak...
Everything happen for a reason. Ini adalah saat yang tepat bagi sang baginda untuk evaluasi semuanya. Politik dua kaki, dua wajah (depan wajah Prabowo belakang wajah Fadli Zon) jelas membuat sebal "kawan" maupun lawan. Walaupun bergabung di koalisi, namun baginda ternyata benar-benar sendiri.
"Kesendirian" itu memang benar-benar nyata. KPK tidaklah ujuk-ujuk menciduk EP. Pastinya sudah melewati proses penyelidikan panjang, termasuk urusan administrasi dari Ketua dan Dewas.
Masak kan tidak ada angin berbisik, "yang di jalan harap hati-hati, yang di hati kapan lagi kita jalan-jalan?"
Mumpung masih ada waktu empat tahun lagi, jadi ini saat yang tepat bagi baginda untuk me-refresh, reschedule dan reorganize kembali internal partai dan program kerja untuk mencapai tujuan semula. Lebih baik mundur selangkah agar bisa melompat ke depan tiga langkah.