Pekan lalu di Le Mans, AM73 lama tertahan di belakang Dovizioso. Setelah berhasil melewati Dovi, AM73 kemudian memburu Petrucci. Sayang balapan keburu habis dan Petrucci menjadi juara.
Di Aragon kemarin, dua lap jelang finish, AM73 punya kesempatan besar untuk melewati Rins. Sayang AM73 terlalu grogi sehingga ia nyaris crash. Padahal ia punya modal ban, power, dan speed di atas Rins. Namun tak mengapa, perjalanan AM73 masih panjang dan ia masih punya banyak waktu untuk menjuarai seri perdananya.
Ada apa dengan AM73? Melihat penampilan AM73 di Le Mans, penulis terkesiap, tapi belum mau memberi komentar. Namun ketika ia mengulanginya lagi di Aragon dengan gaya dan "confidence" yang sama, maka timbul banyak pertanyaan.
Apakah AM73 menggunakan RC213V spek 2019 yang sudah dimodifikasi atau tetap memakai RC213V spek 2020? Sampai seri ke-8 di Catalunya, AM73 pun masih kesulitan dengan motornya dan finish di posisi 13.Â
Namun di seri ke-9 dan 10, AM73 tampil menggila bak legenda Honda dulu, Mick Doohan, "Tak perlu start dari posisi keberapa, yang penting finish-nya selalu di podium!"
Jadi sekalipun sudah kepo, penulis masih menahan diri, menunggu sampai pekan depan, apa yang akan dilakukan AM73 pada balapan Aragon kedua bertajuk MotoGP Teruel nanti.
Dulu Suzuki punya prestasi hebat di masanya. Barry Sheene membawa Suzuki menjadi juara dunia pada tahun 1976. Franco Uchini tahun 1982, Kevin Schwantz tahun 1993 dan Kenny Roberts Jr pada tahun 2000. Itulah kali terakhir Suzuki memimpin klasemen balapan.
Dua puluh tahun kemudian Joan Mir mengharumkan nama Suzuki kembali dengan memimpin klasemen pebalap. Akankah Suzuki berjaya kembali di tahun ini? Hanya waktu kelak yang menjawabnya.
Salam MotoGP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H