Tentunya hal ini tak lepas dari dukungan sponsor Red Bull dan juga dukungan "full throttle" dari pabrikan KTM. Bersama KTM, Tech3 memperoleh dukungan penuh hampir setara tim pabrikan KTM sendiri. Bahkan pebalap sekelas Iker Lecuona pun memperoleh motor baru.
Padahal ketika bersama Honda, Suzuki dan Yamaha, Tech3 selalu diberi mesin lawas dengan spek downgrade. Ibarat makan nasi bungkus demo, Tech3 selalu kebagian nasbung karet ijo atawa teri pake jengkol. Sementara itu tim pabrikan mendapat nasbung karet merah alias Nasi Padang pake ayam goreng plus rendang sapi.
***
Tanpa Marc "MM 93" Honda ternyata tak berdaya, ibarat tubuh tanpa tulang dan otot. Honda bawaannya mager dan pengen rebahan saja. Alex Marquez, Cal Crutchlow dan Stefan Bradl yang menggantikan Marc, tampak seperti tidak nyaman duduk di atas jok Honda. Ketiganya bahkan selalu berada di belakang pebalap lainnya.
Hanya Takaaki Nakagami yang cemerlang. Di Styria Nakagami start dari grid depan di belakang pole sitter, Pol Espargaro. Selepas start, trio Mir, Miller, dan Nakagami bersaing ketat di depan meninggalkan para lawannya jauh dibelakang, hingga tragedi red flag membuyarkan semuanya.Â
Ketika balapan di restart, Nakagami kemudian kehilangan ritme balapannya dan langsung keteteran hingga finish di posisi ketujuh. Ada apa dengan Honda? Padahal selama ini mereka begitu digdaya. Jawabannya karena pengembangan Honda hanya terfokus kepada selera Marc Marquez saja.
Terkait "penampilan aneh" Nakagami, usut punya usut, ternyata Nakagami memakai motor lawas RC213V spek 2019, sementara semua pebalap Honda lainnya memakai RC213V spek 2020! Anjrit! Tampaknya Honda anyar lebih lebay daripada Honda lawas! Eits, tunggu dulu.Â
Itu hanya berlaku bagi pebalap lain, dan tidak berlaku bagi Marc! Hal itu terlihat jelas pada GP Spanyol di Jerez lalu. Dimulai saat Marc melebar sehingga turun ke posisi 17, namun setelah itu Marc mampu mencapai posisi tiga hanya dalam beberapa lap saja!
Bagi yang menonton pertunjukan Marc di sirkuit Jerez tersebut pasti akan sepakat kalau kelas Marc memang berbeda dengan pebalap-pebalap lainnya. Bayangkan betapa mudahnya Marc menyalip Rossi, Dovizioso, Oliveira, Pol Espargaro, dan Jack Miller "dalam sekali pukul."Â
Namun pebalap hebat tanpa motor hebat tak ada gunanya. Dalam kapasitas penulis yang terbatas, penulis merasa kalau kondisi Honda sekarang mirip-mirip dengan kondisi Ducati bersama Casey Stoner satu dekade lalu.