Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Balapan Penuh Drama, Dovizioso Kuasai Kembali Red Bull Ring

18 Agustus 2020   15:55 Diperbarui: 19 Agustus 2020   00:50 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layout sirkuit Red Bull Ring, sumber: naikmotor.com

Sebaliknya Marc kerap ceroboh dan melakukan kesalahan, tetapi mental bertandingnya sangat kuat sekali. Ternyata kemenangan Marc atas Dovi lebih ditentukan oleh faktor mental bertanding itu.

Dovi tampaknya sudah bisa move-on. Masalah yang mendera selama ini kemudian dijadikan motivasi untuk menang di sirkuit ini. Kalah akan membuatnya semakin terpuruk. Sebuah kemenangan akan menyembuhkan luka di hati dan membuat orang menghargainya kembali.

Di tengah ancaman pebalap-pebalap muda, Dovi seperti terlahir kembali dan ingin menunjukkan bahwa ia adalah pebalap senior yang mampu bangkit dari keterpurukannya, dan siap untuk menjadi juara dunia baru.

Keempat, Dovi memang sudah benar-benar bugar. Seperti diketahui, Dovi baru saja sembuh dari cedera bahu yang dideritanya. Di tiga seri awal, Dovi membalap dengan tidak memaksakan diri. Mungkin ia menunggu proses pemulihannya berjalan secara alamiah.

Sebaliknya dengan Marc Marquez yang terlalu memaksakan diri untuk membalap secepatnya sehabis melakukan operasi di tangannya yang patah. Akibatnya sangat fatal. Marc justru harus beristrahat lebih lama lagi. Mustahil rasanya Marc bisa meraih gelar juara dunia tahun ini dari balapan tersisa.

***

Layout sirkuit Red Bull Ring, sumber: naikmotor.com
Layout sirkuit Red Bull Ring, sumber: naikmotor.com
Minggu depan balapan akan kembali berlangsung di sirkuit Red Bull Ring ini. Bayangan insiden horor kemarin itupun belum lekang dari ingatan. Lautan gravel plus Air Fence bahkan tak mampu menahan laju motor Zarko dan Morbidelli yang melaju kencang dari straight selepas T3 (tikungan ketiga) Remus, menuju Rossi dan Vinales yang baru saja melewati T4 Rauch. Untung saja T4 Rauch itu berbentuk "tusuk konde" yang memaksa pebalap harus melambatkan motornya.

Menurut Rossi, selepas T3 kecepatan motor bisa mencapai 300 km/jam. Namun menjelang T4, pebalap harus mengerem keras hingga kecepatan motor turun ke angka 60 km/jam. Itulah sebabnya Rossi masih bisa menikmati momen saat motor Yamaha M1 Morbidelli itu melayang di atas kepalanya.

Seandainya Rossi berada di sebuah straight dengan kecepatan 280 km/jam, maka ia pasti tidak akan dapat mengantisipasi sebuah motor terbang berkecepatan 250 km/jam yang datang ke arahnya!

Kini semua orang berpikir keras bagaimana caranya agar sirkuit ini bisa memberi rasa aman, terutama di sektor T3 dan T4. Dalam pandangan penulis air fence masih tetap diperlukan mengingat dinding berisi udara ini sangat aman bagi pebalap ketika terjadi benturan keras.

Mungkin ada baiknya pemasangan barikade ban berlapis-lapis seperti yang umum terdapat pada sirkuit gokart, maupun balapan F1 dulu. Walaupun tidak seaman air fence ketika terjadi benturan terhadap manusia, tapi barikade ban terbukti efektif meredam benturan keras dari motor/mobil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun