Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lyon Bungkus City 3-1

16 Agustus 2020   18:00 Diperbarui: 16 Agustus 2020   18:04 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Lyon merayakan kemenangan, sumber : (Franck Fife/Pool Photo via AP)

Beruntunglah Rudi Garcia karena ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Celakalah pep karena ia mendapatkan apa yang tak diinginkannya...

"Takut hantu terpeluk bangkai" adalah perumpamaan yang tepat dialamatkan kepada Pep Guardiola. Sebenarnya ketakutan Pep ini datang menghantuinya bukan pada saat pertandingan melawan olimpique Lyon kemarin itu saja, tetapi justru sejak awal musim 2019-2020 lalu.

Namun entah mengapa pep tidak membeli bek baru untuk mereduksi ketakutannya itu. Sebaliknya Pep justru menghabiskan 62 juta pound untuk membeli seorang Rodri dari Atletico Madrid, yang diplot menggantikan posisi Fernandinho sebagai gelandang bertahan.

Setelah itu barulah Pep menempatkan Fernandinho yang sudah mulai termakan usia itu di pos bek tengah. Dengan demikian Fernandinho bermutasi dari gelandang bertahan menjadi bek tengah. 

Namun usia tidak bisa dibohongi. Kala Fernandinho bersua penyerang cepat, kuat dan kekar seperti Adama Traore atau Diego Costa misalnya, maka habislah riwayatnya. Tendangan bebas/penalti disertai selembar kartu kemudian menjadi solusi terbaik yang bisa diberikan Fernandinho kepada timnya.

Melihat penampilan Fernandinho di masa lalu, kita akan menyebut perannya itu biasa-biasa saja. Namun ketika kita mencermati statistik, maka kita akan terperanjat. 

Fernandinho ternyata adalah jantung dari permainan City. Dalam transisi bertahan City ke menyerang dan sebaliknya, aliran bola hampir selalu melalui kaki pemain ini. 

Belum pernah sejarahnya ada pemain City yang lebih banyak menyentuh bola daripada seorang Fernandinho. Terlihat biasa-biasa saja, namun hasilnya luar biasa. Itulah kehebatan seorang Fernandinho.

Di mata Pep, Fernandinho adalah sosok yang tak tergantikan, sama seperti Xavi kala ia menukangi Barca dulu. Apalagi Pep sudah kehilangan kepercayaan kepada John Stones dan Nicolas Otamendi. Jadi Fernandinho kemudian diduetkan dengan Aymeric Laporte atau Eric Garcia sebagai bek utama.

Visi Fernandinho dalam membaca permainan sangatlah baik. Namun seiring bertambahnya usia, kecepatan menjadi kelemahan utamanya.

Sepanjang musim ini City banyak kehilangan angka yang tidak perlu, sehingga mereka kemudian tertinggal dari Liverpool dalam perburuan gelar juara EPL. Penyebab utamanya hanya satu, yakni kelemahan di lini belakang. Persis seperti ketika Pep datang pertama kalinya ke Manchester dulu.

Ada saja blunder dilakukan pemain belakang. Mulai dari backpass ke kiper yang tidak sempurna, salah umpan, hingga terpeleset. Terutama ketika City berusaha mengejar ketertinggalan gol dari lawan.

Pep mungkin selama ini mengabaikannya saja karena fokusnya memang hanya kepada Liverpool saja. Memang dari segi penguasaan bola dan produktivitas gol, City jauh lebih unggul daripada Liverpool zaman now. Akan tetapi dari sisi pertahanan, City jelas lebih buruk.

Rudi Garcia (pelatih Lyon) kemudian menunjukkan kepada pep betapa rapuhnya sisi pertahanan Manchester City lewat pertandingan tadi malam.

Tiga buah gol yang bersarang di jala Ederson Moraes mutlak karena rapuhnya sisi pertahanan City. Padahal kali ini Pep meletakkan tiga orang bek sentral untuk melindungi Ederson yang juga bermain ceroboh! Tiga bek sentral ini justru tidak on-position ketika tiga gol Lyon lewat serangan balik cepat itu terjadi.

Ketika Munchen membantai Barca 8-2 dalam pertandingan sebelumnya, hal itu mutlak disebabkan oleh lemahnya lini tengah, dan juga lini depan yang tidak mau membantu pertahanan Barca. Namun ketika City kalah dari Lyon semalam, itu adalah mutlak disebabkan oleh kecerobohan pemain-pemain belakang semata!

***

Pertandingan Lyon vs City kemarin adalah pertandingan adu strategi dan kesabaran, serta sedikit faktor hoki tentunya. Dalam laga itu tidak ada yang tersembunyi, sebab semuanya terang benderang adanya.

Sebagaimana biasanya, Pep mengusung gaya attacking football yang terbukti terlihat dalam penguasaan bola dan peluang tembakan. Sebaliknya Rudi Garcia bermain defensif sembari menerapkan serangan balik cepat.

Rudi tentunya tidak bodoh, sebab kalau Lyon bermain terbuka dengan menyerang juga, maka Lyon akan dibantai City. Jadi prinsip permainannya sederhana saja. Pasukan Pep akan terus berusaha membongkar pertahanan Lyon, dan pasukan Rudy akan sabar menantikan pasukan Pep lengah, untuk kemudian melakukan serangan balik cepat.

Gol City ke gawang Lyon di menit ke-69 adalah bukti betapa gigihnya pasukan Pep untuk membongkar pertahanan rapat pasukan Rudi. Dari sisi kanan pertahanan Lyon, Sterling meliuk-liuk untuk kemudian memberikan umpan tarik ke tengah. 

Dari belakang, de Bruyne berlari untuk menyambut umpan tarik tersebut untuk menempatkannya ke pojok kiri gawang Lyon. Skema golnya textbook sekali. Bola dari sisi kanan pertahanan berakhir di pojok kiri gawang.

Gol pertama Lyon jelas sesuai dengan skema Rudi Garcia. Menit ke-23, Lyon melakukan serangan balik cepat. Ekambi kemudian lolos dari perangkap offside tapi peluangnya dikandaskan Eric Garcia yang melakukan tekel. Bola sapuan Eric tidak sempurna, malah singgah di kaki Maxwel Cornet. Sementara itu kiper Ederson sudah terlanjur maju mendekati Eric. Tanpa membuang waktu, Cornet kemudian menendang bola ke pojok kanan gawang Ederson. Lyon 1 City 0.

Proses gol kedua Lyon di menit ke-79 juga terjadi lewat serangan balik cepat. Aymeric Laporte kalah berduel, dan Dembele kemudian lolos dari jebakan offside City. 

Sambil berlari, Dembele kemudian berhadapan satu lawan satu dengan Ederson. Dembele kemudian melepakan tembakan yang gagal dibendung Ederson! Lyon 2 City 1. Ketika gol ini terjadi, hampir semua pemain-pemain City terlambat turun membantu pertahanan.

Proses gol ketiga Lyon di menit ke-87 itupun persis seperti pada proses gol-gol dari Lyon sebelumnya. Lewat serangan balik cepat, Aouar kemudian melepaskan tembakan keras. 

Namun tembakannya itu masih sempat ditepis Ederson. Akan tetapi bola singgah di kaki Dembele yang kemudian meneruskannya ke gawang Ederson. Sepakan jarak dekat striker Prancis itu gagal diselamatkan Ederson.

Jadi dalam pertandingan Lyon vs City ini memang tidak ada yang perlu disesali. Ini adalah pertandingan yang fair ketika kedua tim bermain dengan prinsip permainannya sendiri. Tentunya ini adalah laga penentuan dimana harus ada tim yang menang dan ada yang kalah.

Kalaupun pertandingan ini berakhir imbang, maka akan dilakukan adu penalti untuk memilih satu tim yang akan berlaga di babak semifinal.

Dalam hal ini Rudi Garcia beruntung karena timnya berhasil menerapkan strategi yang tepat, dan hasilnya sesuai pula dengan ekspektasi. Sebaliknya pep Guardiola celaka karena strateginya kurang tepat dan hasilnyapun tidak sesuai dengan ekspektasi.

Ini menjadi kegagalan keempat bagi pep di Liga Champion bersama city. Walaupun bermain atraktif dan menarik, tapi dewi fortuna tampaknya tidak berpihak kepadanya

Tapi yang pasti Rudi Garcia telah membuka mata pep bahwa ia harus melakukan sesuatu, termasuk untuk berbelanja pemain belakang untuk menghadapi musim 2020-2021 mendatang.

Salam sepakbola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun