Odion Ighalo sendiri dipinjam dari klub Shanghai Shenhua, membuat MU terkesan seperti klub yang sedang putus asa, dan menjadi bahan tertawaan. Soalnya Ighalo ini seperti "motcin" (motor China) rasa Harley Davidson.
Soale, Liga China itu kan kelasnya seperti Liga Championship atau masih di bawahnya lagi. Trus, kalau Ighalo itu memang bintang besar, kan tak mungkin juga Shanghai Shenhua mau meminjamkannya...
Tapi dasar rezeki anak soleh, MU ketiban hoki. "Jetmatic" (Odion Ighalo) itupun melaju kencang diantara "moge" (pemain bintang) liga Inggris...
Kini semuanya bingung. Ighalo bingung karena ia ternyata sukses di Inggris. MU juga bingung karena tadinya Ighalo cuma mau dijadikan "ban serap," eh gak taunya moncer pula. MU jelas menginginkannya. Masalahnya gaji Ighalo tinggi sekali.
Shanghai Shenhua juga bingung. Ighalo itu cocoknya "makan steak bukan bakmi!" Ighalo yang pensiunan pemain Watford ini memang lebih baik bermain di Inggris saja. Gajinya yang sangat tinggi itu juga bisa membuat klubnya bangkrut, apalagi setelah Covid-19 menyerang China.
Ighalo sendiri rela gajinya dipotong asalkan bisa bergabung dengan MU. Soalnya pemain Nigeria berusia 31 tahun ini adalah pemain Nigeria pertama yang bermain di MU, membuat sang pemain dipuja di negaranya.
Faktor Pelatih.
Semuanya pasti sepakat kalau Solksjaer bukanlah ahli strategi sekaliber Fergie yang sukses melambungkan nama MU. Namun Solksjaer adalah seorang pelatih hebat yang bisa dekat dengan para pemainnya.Â
Sifat rendah hatinya itu rupanya menular kepada para pemainnya sehingga mereka itu tidak jemawa Ketika berhadapan dengan lawan yang levelnya lebih rendah dari mereka.
Kalau Ahok kini lebih suka dipanggil dengan sebutan BTP, maka Solksjaer lebih suka tetap dipanggil dengan nama Ole, nama yang sama Ketika ia masih bermain sebagai pemain MU.
"Jangan panggil saya boss, panggil saja saya Ole" katanya kepada para anak buah dan stafnya. "Kami sudah bekerja bersama dan saling kenal selama bertahun-tahun. Saya tidak ingin mereka memanggilku bos," ujar Solskjaer.