Pada mulanya alam semesta masih gelap gulita dan ketika itu tidak ada mahluk yang berbicara sepatah kata pun. Berfirmanlah sang Khalik, "Jadilah terang," dan semuanya pun menjadi terang benderang. Malaikat lalu mencatatnya. Manusia kemudian menyebut catatan itu sebagai kitab suci...
Akhir-akhir ini laman Kompasiana diramaikan dengan berbagai topik mengenai kiat-kiat cara menulis artikel agar bisa berhasil menarik perhatian admin maupun pembaca Kompasiana.
Selain itu ada pula perdebatan mengenai KVB (Kompasianer Verifikasi Biru) dengan KVH (Kompasianer Verifikasi Hijau) dan juga gugatan mengenai kompetensi admin dalam meng-kurasi artikel-artikel Kompasianer untuk dimasukkan kedalam label Artikel Utama, Pilihan, Terpopuler, atau malah tidak mendapat label sama sekali.
Sebagai seorang penulis kelas receh, saya tentu saja ora ngurus soal perdebatan kelas KVB dengan KVH (mungkin juga karena saya termasuk kelas KVB) dan juga soal kurasi admin terhadap tulisan para Kompasianer itu.
Sejujurnya (ini manusiawi) saya merasa agak kurang sreg juga dengan kualitas tulisan-tulisan saya akhir-akhir ini.
Sejak Januari 2020 hingga bulan Juli 2020 ini, baru dua "biji" saja tulisan saya yang mendapat HL. Itu pun karena kontennya memang "tergolong berat dan teknikal sekali," Â yaitu Banjir Jakarta dalam perspektif Naturalisasi atau Normalisasi Saluran.
Di luar itu, artikel saya hanya mendapat label Pilihan. Itu pun ternyata karena bonus, yakni setiap tulisan dari penulis KVB otomatis akan mendapat label Pilihan pula.
Tapi ada juga satu-dua artikel yang tidak mendapat label sama sekali. Apa pasal?
Rupanya artikel tersebut kontennya dianggap sama dengan konten topik pilihan, padahal saya tidak mencantumkan label yang sesuai dengan topik pilihan tersebut. Otomatis viewer pada artikel tersebut tidak dimonetisasi ke dalam K-rewards, hehehe...
Tapi ra popo. Gak dapat HL, NT, Pilihan atau no label sama sekali gak papa, yang penting hepi. Ya hepi karena masih diizinkan untuk menulis...
Kata pakar menulis yang juga merangkap pakar cipokan, menulis itu sama seperti ciuman.