Minggu ini ada tiga kisah OTj (Orang Tak Jelas) yang menarik perhatian netizen. Menarik karena ketiga tokoh tersebut menduduki posisi strategis di pemerintahan Jokowi.
Tokoh pertama adalah Refly Harun, seorang pakar hukum Tata Negara yang juga menjabat sebagai komisaris utama PT Pelindo I.
Tokoh berikutnya adalah Adamas Belva Divara, Staf Khusus Presiden Joko Widodo yang juga adalah CEO startup Ruang Guru, salah satu vendor program Kartu Prakerja.
Teranyar adalah Lukman Adi Pranoto yang menjabat sebagai Head of Strategic Investment and Partnership Department PP Energi, sebuah BUMN di bidang energi.
Refly Harun tentunya tokoh yang tak asing bagi netizen karena kerap muncul di ILC dan juga sering menjadi nara sumber di berbagai media cetak dan televisi.
Selain Refly Harun, pakar hukum Tata Negara populer lainnya, tentu saja adalah Yusril Ihza Mahendra.
Entah mengapa, sependek pengetahuan penulis, kedua pakar hukum Tata Negara ini selalu mengambil "kursi" yang berseberangan dalam bersikap (terhadap pemerintah)
Misalnya saja, ketika Yusril merapat ke kubu Prabowo jelang Pilpres 2014 lalu, maka Refly secara perlahan mendekatkan diri ke kubu Jokowi.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Untung berhasil diraih Jokowi sementara nasib malang tak dapat ditolak Prabowo. Refly kemudian naik daun sementara sang senior, Yusril, rontok bak daun kering ditiup angin.
Sebelum dipecat, tak banyak yang tahu kalau Refly adalah Komisaris Utama PT Pelindo I. Padahal sebelumnya pun Refly adalah Komisaris Utama PT Jasa Marga Tbk sejak 2015 lalu.
Perusahaan seperti Jasa Marga dan Pelindo cara kerjanya tentu saja sangat berbeda dengan pemahaman seorang Refly Harun, yang sebenarnya lebih nyaman mengurusi kasus sengketa Pilkada.