Sebagai seorang kader partai Gerindra, tentulah sudah menjadi kewajiban Ariza pula untuk mendukung kebijakan partai, dalam hal ini untuk memuluskankan langkah Ketum Gerindra itu maju menjadi RI-1.
Posisi Ariza sebagai Wagub DKI Jakarta, tentu saja sangat strategis untuk mengamankan misi ini. Selain berperan mendukung ketum partai, Ariza ini bisa juga berperan untuk "menggerinda" pesaing dari ketum partai tadi.
Ongkos menuju Istana Negara tentulah tidak murah. Sebagai seorang kader, Ariza tentu saja paham kalau partai berharap banyak akan bantuannya.
APBD DKI Jakarta sendiri sangatlah besar. Pendapatan Ariza sebagi seorang Wagub pun tentunya juga cukup besar. Plus sebagai seorang pejabat teras DKI Jakarta, tentulah lebih mudah bagi Ariza menggalang dana dan dukungan untuk kepentingan perhelatan Pilpres 2024 nanti.
Bukan rahasia juga kalau Abas, "Gubernur rasa presiden" itu sudah lama digadang-gadang akan melaju menuju Pilpres 2024 nanti. "Calon mantennya" memang "belum kelihatan," tapi akan segera muncul tepat pada waktunya.
"Politik itu memang cair," tapi pada konteks sekarang ini, bisa dipastikan kalau PKS, Demokrat dan Nasdem akan berada di belakang Abas.
Dalam konteks kepentingan jangka panjang Gerindra pada Pilpres 2024 nanti, "misi lain" dari Ariza tentunya adalah untuk menjegal, atau setidaknya membuat citra jelek bagi pesaing bosnya, dalam hal ini Abas.
Citra buruk tentunya kurang menjual untuk Pilpres 2024 nanti. Syukur-syukur Abas membatalkan niatnya untuk berlaga pada Pilpres 2024 nanti, sehingga fokus hanya kepada Pilgub DKI Jakarta saja.
Modal Ariza dalam hal ini tentu saja sangat banyak. Mulai dari "bambu mesum," waring Kali Item, Batu Gabion, Lem aibond, Revitalisasi Monas, TGUPP dan banyak hal lainnya.
Tugas Ariza memang tak rumit sebab ia hanya perlu untuk mem-blowup kasus-kasus itu dari dalam. Sebagai seorang politisi kawakan, tentunya Ariza tidak akan kesulitan untuk menjalankan misi tersebut.
Kedua, kepentingan Ariza pribadi.