Sama seperti Samyang, mi instan Korea yang memiliki tingkat kepedasan dari agak pedes hingga pedes gila itu, maka homo juga mempunyai tingkat "kepedasan" yang berbeda-beda pula.
Ada yang sejak lahir sudah "auto-homo." Ada yang sejak kecil mengalami kekerasan seksual dari sesama jenis (biasanya dari orang dekat juga) sehingga akhirnya tergelincir menjadi seorang homo.
Ada yang sudah bercucu baru kaget, karena ternyata ianya seorang homo. Tapi ada juga yang modus pura-pura homo demi keuntungan seksual ala hetero.
Dulu ada kisah seorang pekerja salon kecantikan bernama Julian yang menangis Bombay gegara dipecat majikannya. Awalnya Julian yang bernama asli Zulkarnain bin Hamid ini, melayani seorang customer yang juga adalah istri seorang Camat untuk facial.
Tak lama kemudian Ibu Camat ini terbangun dari tidurnya dan marah-marah karena merasa ada "dongkrak" naik-turun menyentuh kepalanya.
Majikan Julian yang sejak lahir memang sudah "auto-homo" itu pun berteriak histeris ala Ibu Juragan dalam film Kungfu Hustle itu. Julian pun seketika dipecat!
Jadi dalam hal ini penulis beranggapan, bahwa menyamaratakan kasus homoseksual ini terhadap semua individu adalah sebuah kesesatan. Tentulah lebih bijak kalau orang yang berkompeten (secara ilmiah) yang memberi advis dan petunjuk terkait hal ini.
Apalagi para ahli tentu saja membutuhkan waktu dan anamnesis mendalam untuk menegakkan diagnosis, lalu mencari terapi yang tepat, yang sekali lagi tentunya berbeda-beda bagi setiap individu.
Tidak ada data sahih berapa sebenarnya populasi homoseksual di Indonesia, karena sangat jarang ada orang yang mau mengakui dirinya seorang homoseksual.
Ternyata masih lebih banyak maling yang mau mengakui dirinya seorang maling daripada homoseksual yang mengakui dirinya seorang homoseksual.
Tapi yang jelas, tidak ada seorang pun yang ingin terlahir sebagai seorang maling, apalagi seorang homoseksual.