Kasus Novel ini sebenarnya kasus kriminal biasa yang cukup ditangani Polsek saja. Namun banyak pihak yang memang sengaja menginginkan kasus ini tetap mengambang tanpa bisa diselesaikan.
Tak percaya?
Kita buka-bukaan saja. Polri seharusnya memberitahukan kepada masyarakat, Kapan (dan berapa lama) BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Novel Baswedan itu selesainya. Setahun atau berapa lama?
Padahal kalau maling ayam, BAP-nya bisa selesai dalam satu jam saja!
Dalam kasus ini Novel Baswedan memang diistimewakan. Kapolri sengaja mengutus penyidik Polri ke Singapura untuk menemui Novel yang ketika itu sedang berobat disana.
Namun penyidik Polri itu kemudian pulang ke tanah air dengan hampa tangan. Padahal ketika itu Novel mengatakan ada sosok jenderal di belakang kasus penyiraman ini. Lalu masyarakat dengan "ilmu cocok-logi" menghubungkan isu jenderal ini dengan BG, e-KTP, cicak buaya dan macam-macam lainnya.
Seandainya Novel dari sejak awal mau bekerjasama dengan polisi, tentu saja kasus ini akan lebih cepat terungkap.
Pemakaian air keras untuk penyerangan adalah sangat khas, karena dipakai bukan untuk membunuh melainkan untuk menyakiti korban!
Korban dalam hal ini tentu saja sangat dekat (secara emosional) dengan pelaku, ataupun dalang dari penyerangan ini. Artinya keterangan dari Novel sendiri sangat berperan besar untuk mengungkap kasus ini.
Penulis mengambil contoh dari beberapa kasus penyerangan dengan menggunakan air keras beberapa waktu terakhir ini.
Pertama, Kasus penyerangan di Jakarta Barat.