Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mati Gaya ala PLN

9 Agustus 2019   01:31 Diperbarui: 9 Agustus 2019   02:48 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mari kita cek output dari pembangkitan di Jakarta dan Jabar ini. UP Muara Karang sendiri memiliki output total sebesar 1.600 MW. UP Muara Tawar sebesar 2.005 MW dan UP Cirata sebesar 1.008 MW. Jadi output total ketiganya adalah 4.613 MW. Memang kebutuhan listrik Jakarta berkisar 5.000 MW (beban puncak) yang berarti masih minus 400 MW (sekitar 8%)

Artinya persoalannya kini sudah lebih mudah mengatasinya. PLN bisa saja menambah suplay listrik lewat genset, melakukan pemadaman secara bergilir, ataupun dengan mengurangi tegangan (voltase) listrik pada wilayah tertentu, hehehehe...

Enam jam setelah blackout, sebagian listrik Jakarta mulai menyala kembali. Tetapi  hal itu bukan karena transmisi SUTET Ungaran-Pemalang tadi sudah selesai diperbaiki, melainkan karena PLTGU Muara Karang dan Muara Tawar sudah bisa menyuplay listrik ke Jakarta.

Setelah itu berangsur-angsur wilayah Jakarta yang gelap itu mulai terang kembali setelah PLTU Muara Karang dan Muara Tawar bisa masuk ke dalam sistim.

Lha, kenapa PLTU-nya belakangan masuk ke dalam sistim?  Kalau dianalogikan ke dapur, maka PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) itu seperti microwave. Dipencet, langsung jadi. PLTG itu ibarat kompor gas, perlu beberapa waktu dulu supaya jadi.

Sedangkan PLTU itu ibarat kompor minyak tanah 12 sumbu. Kalau sumbunya bersih dan tidak hitam, maka nyala apinya akan bagus. 

Perlu juga diperiksa minyak tanahnya, soalnya hare gene cukup susah mencari penjual minyak tanah. Setelah kompor menyala, barulah air dijerang di ceret.

Setelah airnya mateng, barulah bisa ngopi. Prosesnya memang cukup lama. Itulah sebabnya orang yang ngopinya pake kompor minyak tanah pasti akan telat masuk kantor....

***

Kini muncul polemik terkait keberadaan PLN ini. Ada yang mengatakan sebaiknya dibentuk beberapa BUMN sejenis PLN agar tidak terjadi monopoli seperti sekarang ini. Artinya semangat kompetisi dari beberapa perusahaan diharapkan bisa membuat pelayanan listrik menjadi lebih baik.

Tapi bagi saya sendiri, point-nya bukan soal monopoli atau bukan, tetapi mindset atau "ruh" dari keberadaan PLN itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun