Gajah mati meninggalkan gading, Garuda mati meninggalkan hutang...
Ada dua hal yang menarik perhatian penulis dalam menyikapi konflik Garuda - Â Rius Vernandes yang berkembang saat ini. Yang pertama tentu saja melihat bagaimana cara Garuda mengidentifikasi masalah pokok yang mereka hadapi dan poin kedua, bagaimana cara Garuda menyikapi dan menyelesaikan persoalan itu.
Untunglah ada Rius Vernandes. Hasil review-nya terhadap penerbangan kelas bisnis Garuda rute Sidney-Denpasar yang dinaikinya kemarin itu telah membuka mata kita untuk mengetahui situasi di kabin Garuda.
Riview Rius tersebut kemudian menambah akumulasi isu tak sedap yang menerpa maskapai pelat merah ini. Mulai dari isu kartel harga tiket, laporan keuangan"abal-abal" terkait kepentingan internal dan tentu saja merosotnya performa Garuda sesuai review Lembaga pemeringkat Skytrax.
Sekarga (Serikat Karyawan Garuda) kemudian mengadukan Rius Vernandes ke polisi terkait review-nya tersebut. Masyarakat tercengang. Apakah Sekarga nantinya akan mengadukan Skytrax juga ke polsek Cengkareng terkait rapor Garuda yang jelek itu? Â
Isu riview Rius ini kemudian menggelinding menjadi bola liar yang menabrak kemana-mana. Ada yang menuduh Rius antek asing-aseng. Apalagi Rius bekerjasama dengan Singapore Airlines sebagai KOL (Key Opinion Leader) Kebetulan Elwyna Monica, teman seperjalanan Rius dalam penerbangan itu bekerja sebagai pramugri SQ juga. Jadi semakin lengkaplah tuduhan bahwa Rius adalah agen SQ untuk menghancurkan GA. Alamak!
Terlepas dari apakah Rius Vernandes ini seorang "pengkhianat" atau antek asing-aseng, adalah fakta kalau ternyata ada "kekacauan" di kabin bisnis Garuda. Tugas penting manajemen Garuda kini adalah bagaimana cara membenahi kekacauan itu. Apalagi Garuda adalah sebuah BUMN dan juga perusahaan publik yang harus bertanggung jawab kepada para pemegang saham.
Rius Vernandes bukanlah seorang pengacau. Kekacauan itu ada di tubuh Garuda sendiri. Rius hanya apes karena melihat dan merasakan sendiri kekacauan itu, dan me-riview-nya.
Sejujurnya, tanpa riview dari Rius Vernandes itu, para direksi Garuda, dan juga rakyat Indonesia tidak akan pernah mengetahui kekacauan yang sebenarnya. Ketika Skytrax memberi penilaian rendah kepada Garuda, kita hanya bisa menduga-duga tanpa mengetahui penyebab sebenarnya.
Bisnis penerbangan adalah bisnis yang sangat sensitif dimana "kekacauan adalah awal dari kehancuran" Dulu kondisi penerbangan kita itu sangat kacau. Oleh karena itu sejak 2007 Garuda dan semua maskapai penerbangan nasional lainnya dilarang terbang ke Eropa. Waktu itu kita tidak "merasa malu karena kita ini adalah nasionalis sejati yang tidak perlu-perlu amat dengan Eropa"