Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

MotoGP Assen 2019 Awal Kebangkitan Vinales Dan Yamaha

2 Juli 2019   16:38 Diperbarui: 2 Juli 2019   16:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lap-24. Jarak Vinales kini 0,5 detik didepan Marquez. Kala ban belakang motornya sudah tergerus habis, Marquez ragu, apakah mencoba fight dengan Vinales, atau mengamankan hasil podium dua saja. Benar saja, tak lama kemudian perintah datang dari "markas" untuk mengamankan podium dua.

Final lap. Vinales kini semakin menjauh dari Marquez. Sementara itu Quartararo kini terlepas dari ancaman Dovi yang terus diganggu oleh Petrucci dan Mir. Namun malang bagi keduanya. Morbidelli yang sudah bersiaga, kemudian berhasil melewati Petrucci dan Mir.

Chequred flag kemudian dikibaskan. Vinales menjadi yang terdepan disusul oleh Marquez, Quartararo, Dovi, Morbidelli, Petrucci, Crutchlow, Mir, Miller dan Iannone untuk melengkapi 10 besar.

Maverick Vinales, sumber: sports.sindonews.com
Maverick Vinales, sumber: sports.sindonews.com
Kemenangan ini sangat berarti bagi Vinales dalam kapasitasnya sebagai pembalap top papan atas. Yamaha juga bersukacita untuk Quartararo dan Morbidelli yang walaupun membalap di tim satelit namun prestasinya mampu melewati tim pabrikan seperti Ducati dan Suzuki.

Walaupun tangannya sampai mengalami kram akibat menahan getaran dari setang motor, namun Quartararo sangat puas dengan pengalaman perdananya pada balapan MotoGP Assen ini. Tiga kali Quartararo mengalami wobble selepas T5, dan nyaris membuatnya crash seperti seniornya Rins.

Ketika Quartararo berada di belakang Marquez dan Vinales, ia akhirnya belajar sesuatu dari kedua seniornya itu. Selepas T5, kedua pembalap senior itu mengambil racing line luar untuk langsung kemudian memacu motor sekencangnya. Berkebalikan dengan Quartararo yang justru mengambil racing line bagian dalam. Akibatnya motornya langsung "godek-godek" karena menahan guncangan hebat. Ketika Quartararo kemudian mengmbil racing line luar, dia pun langsung melesat seperti kedua pembalap senior itu...

Kurang enak rasanya makan sayur tanpa garam. Kurang elok pula rasanya membahas MotoGP tanpa menyebut nama Valentino Rossi. Umur memang tidak bisa berbohong. Sepanjang musim "pakde" ini harus berjuang keras hanya untuk mencari posisi grid yang lebih baik. Sudah dua lebaran Rossi tak pernah juara. Gelar juara terakhirnya justru diraihnya pada sirkuit Assen ini pada tahun 2017 lalu.

Insidennya terhadap Naakagami juga sedikit memalukan. Itu merupakan pertanda alami bahwa pikiran dan insting tidak bisa lagi berkolaborasi sempurna dengan fisik yang semakin menua. Sepertinya tahun ini akan menjadi musim terakhir dari sang maestro.

Akan halnya Marquez, dia sadar kalau kali ini perjuangannya akan berat. Sejak mulai free practice hingga kualifikasi, Vinales, Rins dan Quartararo tampak menonjol. Apalagi selama free practice Marquez tidak mendapatkan grip yang enak dengan ban Hard favoritnya itu. Solusinya, Marquez memilih kombinasi ban Medium-Soft dengan konsekwensi tidak bisa fight berlama-lama demi menghemat ban. Strateginya adalah  attack and save (menyerang lalu bertahan) Akhirnya Marquez berhasil meraih podium dua.

Selamat buat Maverick "Top Gun" Vinales dan tim Yamaha.

Selamat juga buat  Quartararo dan tim Petronas Yamaha SRT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun