Cerita soal becak yang sejak zaman tahun 70-an dulu sudah diuber-uber oleh Bang Ali, gubernur DKI Jakarta ketika itu, sebaiknya tidak usah dibahas lagi. Semuanya juga sudah tahu kalau becak ini lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya! Yang menarik itu justru untuk mencoba memahami kerangka berpikir dari pencetus ide nyeleneh ini....
Tampaknya polemik perbecakan ini adalah bagian dari "Out of the box the series"yang lolos dari pengamatan warga ketika dalam masa kampanye Pilgub dulu itu. Memang ketika itu perhatian warga lebih terfokus kepada program oke-oce, anti penggusuran, tutup Alexis atau tolak reklamasi itu.
Rangkaian "Out of the box the series"ala gabener ini meliputi, "Menggeser tanpa menggusur," Rumah Lapis untuk menggantikan Rumah Susun, Penyediaan tempat berdagang di tengah jalan bagi PKL Pasar Tanah Abang dan beberapa kisah "aneh tapi nyata" yang akan menyusul kemudian sebagai bagian dari rangkaian "Out of the box the series..."
***
Setelah mencermati seluruh kisah out of the box ala gabener ini, timbul pertanyaan didalam diri, apakah sedemikian naif dan konyolnya pemikiran seorang profesor ini...? Sepertinya tidak...! Ternyata dari semula tujuan dari the professor ini memang bukan 2017, melainkan 2019! Sepertinya gabener ingin mengulang kisah Pakde, memakai Balai Kota sebagai batu loncatan menuju Istana Merdeka, tetapi dengan pendekatan yang berbeda.
Rangkaian kekonyolan ini adalah bagian dari sebuah Grand-design Menuju 2019! Dari semula, bahkan sejak masa kampanye Pilkada lalu, isu yang digiring itu adalah menyangkut isu SARA, Primodialisme, Pribumi-Nonpribumi, Anti asing-aseng, dan isu-isu sensitif lainnya.
Isu ini terkesan murahan dan tidak ilmiah. Tetapi memang dari semula tujuannya adalah begitu, yaitu menyasar kaum "makir" (malas mikir) Isu ilmiah memerlukan kajian mendalam agar bisa diimplementasikan, dan rawan didebat para ahli! Isu murahan tapi populer sangat menarik perhatian kaum "lemah jiwa" (tidak punya amunisi untuk berdebat) tetapi jumlahnya banyak ini.
Bagi "kaum waras" yang berpendidikan cukup, pemakaian isu-isu ini tentu saja sangat tidak masuk diakal karena terkesan anti teori, dan pasti tidak akan mendapat sambutan dari masyarakat. Bukankah jauh hari sebelum negeri ini merdeka, para pemudanya sudah mengikrarkan diri dalam sebuah "Kesatuan" bernama Sumpah Pemuda? Eh tiada disangka tiada dinyana, isu-isu berbau SARA dan Primodialisme ternyata masih mendapat tempat yang tinggi bagi sebagian masyarakat.
Perlahan tapi pasti out of the boxthe seriesala gabener ini telah membuat dua pemisahan kelompok pada masyarakat, bukan lagi menyangkut kepada pilihan sikap sebagai konsekwensi dari pembahasan soal topik yang dimunculkan itu, melainkan kepada pilihan setuju atau tidak kepada penggagas topik tersebut! Ini tentu saja sangat berbahaya! Perbedaan pandangan dalam menyikapi sesuatu bukanlah masalah besar, bahkan terkadang juga dibutuhkan untuk memperkaya wawasan kita untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
out of the boxthe seriesala gabener ini sebenarnya merupakan test the water untuk persiapan 2019. Reaksi dari seluruh lapisan masyarakat kemudian akan "dipetakan" dan dibuatkan kedalam sebuah "logbook" yang akan berguna kelak sebagai panduan untuk menyusun strategi pada 2019. Publikasi dari media bahkan cibiran dan umpatan dari para haters, justru menjadi semacam iklan gratis atau ajang promosi bagi gabener menuju perhelatan 2019 nanti.
Aksi "lucu" wak gabener ternyata juga menjadi semacam suplemen promosi tambahan bagi gabener. Nantinya kalau gabener sudah menuju Istana Merdeka, maka wak gabener bolehlah semakin berlucu-ria di Balai Kota....