Pertama, operasi pasar tidak langsung ke pengecer di pasar, melainkan ke warga kecil yang biasanya mengharapkan sembako gratisan. Maaf, transaksi segmen kecil ini selalunya tidak akan pernah mampu untuk mengkoreksi harga pasar!
Kedua, operasi pasar akan menjadi ajang spekulasi para "businessman kelas teri" yang berusaha mengharapkan margin dari selisih harga beras operasi pasar Bulog dengan harga dipasaran. Pada akhirnya operasi pasar itu tidak akan mampu menahan laju harga beras yang terus merambat naik...
Beras adalah komoditi ekonomi dan sekaligus juga komoditi politik! Sejak zaman Soekarno berkuasa hingga saat ini, isu "kenaikan harga sembako" adalah senjata utama para haters dan orang-orang yang berseberangan untuk menggoyang penguasa.Â
Bagi "penguasa yang pro rakyat" tentu saja harga sembako akan berusaha untuk diamankan. Kalau ternyata operasi pasar oleh Bulog gagal untuk mengkoreksi harga, maka solusi jitu lainnya adalah melakukan impor!
Bak tentara Belanda yang membonceng tentara NICA ketika datang ke Indonesia dulu itu, maka beras mafia yang tertidur di kawasan pergudangan Vietnam itu akan turut juga masuk ke Indonesia bersama beras impor legal, baik dengan cara "membonceng" maupun dengan cara dibeli oleh importir. Memang kalau spesifikasi dan harganya memenuhi persyaratan, tentu saja tidak ada salahnya Bulog atau importir lain membeli beras tersebut...
Pertanyaan penting lainnya adalah, mengapa beras impor tersebut dilepas ketika harga dipasar lokal mulai naik? Tentu saja kalau langsung dilepas kepasar lokal ketika harga beras dunia jatuh, akan membuat semua pihak curiga, terutama oleh Kementan!Â
Jadi aksi tersebut akan gampang diketahui banyak pihak! Beras tersebut mungkin akan "di-hold" 3-6 bulan menunggu waktu yang "ideal" untuk dilepas. Cost of money menahan beras tersebut tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat!
Terkadang ada juga beras impor yang masuk ketika harga beras dipasar lokal stabil. Apa pasal?
Ternyata ketika terjadi surplus produksi, Pemerintah China atau Vietnam terpaksa harus menjual stok di "Silo" terlebih dahulu, agar dapat menampung beras panen yang baru.Â
Semakin lama umur stok tersebut, tentu akan semakin murah harganya. Terkadang harganya tak sampai 35% dari harga normal, karena kualitasnya juga sudah menurun. Biasanya beras beginian terpaksa harus langsung dilepas kepasar sebelum keburu rusak. Kalaupun sudah terlanjur rusak, masih bisa di polish atau langsung dioplos!
Tetapi kisah diatas ini terjadinya pada zaman old. Entahlah apakah pada zaman now kisahnya masih sama juga... Tetapi yang jelas Mentan tidak suka dengan rencana impor beras ini.Â