Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Hadiah Natal buat Ester (Bagian 1)

23 Desember 2017   17:25 Diperbarui: 24 Desember 2017   02:16 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : id.anawalls.com

Ketika papanya meninggal, Ester sudah malas untuk pergi ke gereja. Ketika kemudian mamanya meninggal, Ester bersumpah tidak akan mau lagi pergi ke gereja. Demi mamanya, Ester rela berhenti dari pekerjaannya di Amsterdam, dan rela untuk berpisah sementara dengan Frans, pacarnya, agar bisa fokus mengurus mamanya yang dalam keadaan sakit itu di Jakarta. Namun kini semuanya menjadi sia-sia belaka. Frans kemudian datang dari Belanda untuk menemani Ester.

***

Tanpa terasa sudah hampir setahun sejak kepergian mamanya, Ester berada di Jakarta. Awalnya dia hanya ingin membereskan harta warisan dari kedua orang tuanya, lalu kembali ke Amsterdam. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatinya. Mamanya memiliki sebuah kafetaria sekaligus toko roti warisan dari orang tuanya dulu. Sewaktu kecil mamanya tinggal bersama keluarganya di lantai dua kafetaria tersebut. Dulu sepulang dari sekolah Ester juga sering mampir menemani mamanya di kafetaria yang sudah ada sejak jaman kemerdekaan itu.

Kafetaria itu menyimpan banyak kenangan manis bukan saja bagi keluarga besar mereka, tapi juga bagi pengunjungnya. Itulah sebabnya kafetaria itu tidak pernah sepi dari pengunjung. Awalnya Ester bingung memikirkan nasib toko roti ini. Kalau kafetaria ini dijual, pasti pemiliknya akan segera merubuhkannya dan menggantikannya dengan bangunan yang baru.

"Ah sayangnya.." pikiran itu selalu mengganggu Ester. Setiap hari Ester kemudian berada di kafetaria tersebut bersama para karyawannya. Suasana kekeluargaan disitu membuat Ester bisa melupakan kesedihan hatinya.

Tiba-tiba Ester teringat kepada sesuatu. Suasana kekeluargaan itu mengingatkannya pada suatu tempat di luar kota. Ya! Panti asuhan Makhpela! Ester teringat ketika masih tinggal di panti, mereka selalu bersama-sama untuk mengerjakan sesuatu. Mulai dari mencuci piring, membereskan rumah dan belajar selalu bersama. Mereka saling mendukung dan menghibur satu sama lain karena mereka tidak mempunyai orang tua yang bisa mendengar cerita dan keluhan mereka. Sehabis kebaktian malam mereka sering berkhayal seperti apa wajah ayah dan ibu mereka, dimana mereka gerangan berada, dan kapan mereka akan dijemput...

Kini air mata bercucuran membasahi pipi Ester. Dia merindukan suasana seperti dulu itu. "Seperti apa mereka sekarang ya.." bisiknya dalam isak tangisnya. "Besok aku harus kesana!" katanya dalam hati.

Lima belas tahun telah berlalu ketika kemudian Ester kembali lagi ketempat dimana dia bertumbuh. Air matanya segera tumpah ketika berdiri persis di depan pintu depan itu, tempat dimana para ibu meletakkan bayi mereka. Ester pernah tiga kali berdiri menatap ibu yang meninggalkan bayinya di depan pintu masuk itu...

Kondisi rumah tua itu sungguh memprihatinkan, dengan tembok yang catnya terkelupas dimakan usia. Kondisi ekonomi global yang memburuk mungkin membuat para donatur kesulitan untuk membantu panti asuhan ini.

Ibu Sulastri terbaring lemah diatas ranjang lusuh karena stroke. Hanya Maria dan Petrus yang tersisa untuk mengurus panti asuhan ini. Tadinya Petrus sudah akan pergi untuk merantau ke Denpasar, tetapi dia tidak tega meninggalkan Maria dan ibu Sulastri. Apalagi kini semakin banyak saja bayi dan anak-anak yang datang, padahal sumbangan dari donatur semakin sedikit.

Kini mereka harus membatasi konsumsi makanan dan pengeluaran seketat mungkin. Sudah hampir dua tahun ini anak-anak tidak mendapat baju baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun