Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Misteri Ketum Golkar Jilid I

22 November 2017   17:59 Diperbarui: 22 November 2017   18:46 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : tribunnews.com

Melalui proses perdebatan sengit akhirnya Rapat Pleno DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai Golkar resmi menunjuk Sekjen Partai Golkar, Idrus Marham menjadi Plt (Pelaksana tugas) Ketua Umum Partai Golkar, pada Selasa 21 Nopember 2017 kemarin. Sebenarnya ada dua nama lain yang digadang-gadang untuk menjadi Plt Ketum Golkar yaitu Nurdin Halid yang menjabat sebagai Ketua Harian Partai Golkar dan Airlangga Hartarto yang juga menjabat sebagai Menteri perindustrian.

Lazimnya ketika Ketum berhalangan, maka Ketua Harian akan bertindak sebagai Plt Ketum. Entah karena tiang listrik atau karena bakpao, namun kebiasaan itu tidak dijalankan kali ini. Sebelumnya dari Rutan KPK, Setnov telah mengirimkan "surat sakti" kepada DPP Partai Golkar yang meminta agar tidak ada pergantian dirinya sebagai Ketua Umum Golkar hingga putusan praperadilan mendatang. Akhirnya keputusan Rapat Pleno itu "sesuai" dengan permintaan Setnov...

Dalam surat itu pula Setnov menunjuk Idrus Marham menjadi Plt Ketua Umum Golkar dan Yahya Zaini dan Azis Syamsudin menjadi Plt Sekretaris Jenderal untuk menggantikan Idrus Marham. Dalam "bahasa mahluk halus," Papa itu sebenarnya masih tetap menjabat sebagai Ketum, setidaknya sampai putusan praperadilan mendatang. Kalau praperadilan disetujui, maka papa akan "sehat kembali" seperti sedia kala... Tetapi jangan lupa, KPK pasti akan mengeluarkan sprindik baru lagi... Lalu akan ada kisah "tiang telepon dan apem lagi.." demikianlah seterusnya....

***

Ada beberapa faksi dan kepentingan yang sangat berkepentingan dalam Rapat Pleno DPP Partai Golkar ini. Siapa sajakah mereka itu? Mari kita simak uraian berikut.

Pertama, Kubu Airlangga Hartarto.

Airlangga mewakili kepentingan pemerintah. Kini mulai jelas penyebab terjadinya "tragedi tiang listrik segede bakpao tersebut!" Airlangga tampaknya sosok yang pas untuk menggantikan sosok Papa yang penuh kontroversi tersebut. Pertama, Airlangga sudah jelas bibit, bebet dan bobotnya. Dia juga orang dalam, bukan penumpang gelap...

Airlangga sosok yang pas untuk mind-set Golkar yang baru. "Hanya pembersih yang benar-benar bersih yang dapat membuat cucian tampak lebih bersih" demikian iklan dari sebuah produk deterjen! Airlangga jelas lebih "rinso" dibanding kandidat-kandidat  lain yang tak kalah juga kontroversialnya dengan sang papa...

Namun tak semua yang bersisik itu adalah ikan. Bak kebo yang menyukai kubangan, demikian juga halnya dengan anggota dan pengurus partai itu. Banyak juga dari mereka yang tidak suka bersih-bersih. Mereka ini tentu saja tidak akan suka kepada "deterjen!" Karena itu mereka akan memilih sosok pilihan Papa, atau sosok lain yang menawarkan sesuatu keuntungan bagi mereka...

Kedua, Kubu Idrus Marham.

Seandainya Idrus Marham terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar, maka semuanya akan berjalan seperti sedia kala. Hubungan "diplomatik" dengan sesama parpol, pemerintah maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan, terutama Balon untuk Pilkada akan tetap berjalan lancar mengikuti protap yang sudah berlaku seperti biasanya.

Bagi kader partai yang ingin mengikuti Pilkada tentu saja ini berita bagus, karena ada kepastian dukungan dan m-h-r yang jelas. Dimasa lalu itu ada banyak kisah sedih. Biasanya promo yang lazim itu adalah buy one and get two. Nah kemarin itu, restu dari beringin ini adalah, "Bayar dua untuk satu!" Ini karena beringinnya itu "akarnya memang satu, tapi batangnya dua!" Ada batang Bali ada batang Ancol! Cilakanya KPU mensyaratkan dukungan harus dari kedua belah pihak pula, tidak boleh hanya dari salah satunya saja. Logikanya memang seperti uang kertas. Kalau gambarnya hanya sebelah tentu saja tidak akan laku...

 

Tentu saja Idrus Marham akan mendapat perlawanan pula, terutama dari orang-orang yang kemarin ditendang Papa setelah praperadilannya dimenangkan oleh hakim Cepi...

Ketiga, Kubu Nurdin Halid.

Nurdin Halid adalah salah satu tokoh yang ingin segera dilakukan Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) untuk menendang Setnov! Nurdin Halid yang juga merupakan Ketua Harian Partai Golkar ini berharap Munaslub untuk memilih Ketua Umum definitif sudah berlangsung sebelum akhir tahun ini. Mengingat pada awal tahun depan proses penjaringan Balon Kepala Daerah untuk Pilkada serentak 2018 harus segera dimulai.

Hal ini memang cukup masuk diakal, yaitu untuk menghindarkan kasus beringin "akarnya satu, tapi batangnya dua" itu jangan sampai terulang lagi... atau "membeli tiket pada loket yang salah..." Sama seperti kedua tokoh lainnya itu, Nurdin Halid juga dipastikan akan mendapat perlawanan yang cukup seru juga. 

Kini Idrus Marham adalah Plt Ketua Umum Partai Golkar untuk sementara waktu sampai keputusan Praperadilan Setnov keluar. Lalu kalau Praperadilan Setnov itu tidak dikabulkan, maka Idrus bersama Ketua Harian dan Korbid akan melakukan rapat pleno dengan agenda meminta Setnov untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Kalau Setnov tidak bersedia mengundurkan diri, maka akan segera dilangsungkan Munaslub!      

***

Rapat Pleno DPP Partai Golkar Jilid I sudah usai. Kini semua kader akan menyesuaikan langkahnya sesuai dengan langkah Plt Ketum. Sepintas derap langkah ini terlihat harmonis, tetapi sesungguhnya "bak menyimpan bara dalam sekam..." Hal ini nanti akan terlihat jelas ketika Praperadilan Setnov itu ditolak!

Bara dalam sekam itu, nyala apinya tidak kelihatan dipermukaan, tetapi menjalar dengan cepat dibawah permukaan. Ketiga kandidat ini akan beradu kuat "dibawah permukaan" yaitu bertarung di daerah untuk mencari dukungan suara dari DPD! Konon kemarin itu sudah terdengar suara dari 8 DPD Partai Golkar yang mengusulkan perlunya dilakukan Munaslub untuk memilih Ketua Umum definitif!

Di negeri ini sungguh "tidak ada makan siang yang gratis!" Akhir tahun suasana akan semakin panas... Dalam munas-munas untuk pemilihan ketua organisasi politik, organisasi massa maupun bisnis, selalu terdengar keriuhan. Konon cek apalagi giro tidak akan laku! "Tidak ada cash tidak ada suara!" Bahkan sebuah desahan juga harus berbayar....

Sampai jumpa pada saat putusan Praperadilan Setnov itu keluar....

Salam hangat

 Reinhard Freddy Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun