Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Opera Batak "Sotul Nabalau"

8 November 2017   10:35 Diperbarui: 8 November 2017   14:52 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu ada sebuah opera Batak kecil bernama Opera Batak "Sotul Nabalau" (buah kecapi yang kelabu) Orang bilang Sotul Nabalau ini "KW"-nya Opera Serindo. Dikalangan orang Batak, Opera Serindo ini sama tenarnya dengan Srimulat Surakarta. Seperti halnya dengan komidi putar ataupun pertunjukan sirkus, opera Sotul Nabalau ini berpindah-pindah tempat dari satu kota ke kota lainnya.

Pada suatu kali, opera Sotul Nabalau yang berasal dari Palipi, Samosir ini singgah dan mengadakan pertunjukan selama sebulan di Bah Jambi. Bintang dan artis utama dari opera ini bernama Tiur, putri bos opera. Sedangkan aktor utamanya bernama Landong. Mereka ini selalu bermain berpasangan. Ternyata Landong ini adalah kekasih Tiur. Oh.. ternyata itulah rahasianya mengapa akting mereka itu "mengalir lancar tanpa sekat..."

Landong ini berkulit hitam manis. Kalau manisnya hilang maka tinggallah hitamnya. Landong ini nama aslinya Dongnald. Nama ini cukup aneh, karena biasanya orang Batak akan membuat nama Donald saja! Landong mempunyai ciri khas landong (tahi lalat) di kedua kelopak matanya dan di ujung hidungnya. Konon ketika lahir, yang terlihat pertama kali adalah landongnya itu. Itulah sebabnya dia dipanggil dengan nama Landong...

***

Pada setiap pertunjukan, lakon cerita yang dibawakan opera ini selalu berganti-ganti. Akan tetapi cerita favorit orang Batak itu biasanya adalah "Siboru Tumbaga, Sampuraga (mirip dengan cerita Malin Kundang) dan Sotul naso hea malamun! (Buah kecapi yang tidak pernah matang)

Dulu pernah sekali ketika manggung di sebuah desa bernama Nagojor, ada seorang kaya desa tersebut yang membayar cerita Sotul naso hea malamun untuk tiga malam berturut-turut. Pada hari keempat, warga kemudian mengusir opera tersebut...

Adalah kelaziman apabila opera singgah disuatu tempat, maka cabin crew (maksud anggota opera) berkurang atau bertambah. Berkurang biasanya terjadi ketika ada cabin crew kecantol, lalu menikah dengan gadis setempat. Biasanya kecantolnya karena kepepet, ketahuan warga "mencari undur-undur" dibawah panggung pada malam gelap gulita. Mereka berdua ini kemudian akan dibawa kepada Kades untuk dinikahkan...

Ketika mengadakan pertunjukan di Balimbingan sebelumnya, "tukang kerek layar" bernama Tagor kecantol juga disana. Tagor hampir setiap malam terlihat mencari undur-undur dibawah panggung bersama anak gadis mandor Slamet. Pada suatu ketika, Landong sedang berakting di atas panggung. Seharusnya lakonnya sudah selesai, tetapi layar tidak turun-turun juga! Terpaksalah Landong meneruskan ceritanya sampai Tagor kelilipan dibawah panggung. Akhirnya layar turun juga. Tapi sialnya menimpa kepala Landong!

Dua hari manggung di Bah Jambi, opera ini menambah anggotanya. Seorang laki-laki bertubuh atletis dan berkulit putih bersih, pertanda dia bukan eks parmahan(gembala tukang angon kerbau) Laki-laki ini bernama Udut alias Marudut yang ternyata adalah eks pemain opera juga, dan bisa langsung "nyetel" dengan semua pemain opera.  Udut ini rupanya memang sengaja ditinggal bos lamanya, gara-gara bini sibos ini tergila-gila kepada Udut yang macho itu...

Pada suatu kali, Landong kebanyakan makan sotul sehingga terkena diare hebat. Terpaksalah dia dilarikan ke Rumah Sakit Tentara di dekat kebun Binatang Siantar itu. Akhirnya Udut dipasangkan dengan Tiur untuk lakon Siboru Tumbaga malam itu. Ternyata mereka bermain apik sekali.

Suara gitar dan kecapi mendayu-dayu mengiringi terbukanya layar panggung yang sedikit tertahan, dengan suara menderit. Rupanya katrol tali layar kurang diminyakin... Tampak seorang anak kecil meloncat kegirangan dengan satu tangannya menahan celana yang kedodoran itu supaya jangan melorot, seiring dengan terbukanya layar itu... Lalu dengan gagahnya Marudut dan Tiur muncul di atas panggung. Seketika anak itu bertepuk tangan dengan takzim, lalu melorotlah celananya itu...

Dua jam kemudian pertunjukan berakhir, ditutup dengan suara syahdu Nai Taronggal (ibu Taronggal) dengan lagu wajib ciptaan bos Serindo berjudul, Sidua dua, "Ue marsirang nama jolo bodari sogot taulahi ale ito.." Pertunjukan malam ini telah berakhir, besok malam dilanjutkan lagi. Akan tetapi akhir pertunjukan itu, menjadi awal "sesuatu" bagi Tiur dan Udut...

"Dari mana datangnya lintah? dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? dari mata turun ke hati." Rupanya karena terlalu banyak "bermain mata" dalam lakon Siboru Tumbaga malam itu, keduanya lalu jatuh hati. Dalam satu adegan, seharusnya Tiur dipapah oleh Udut. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba Udut terlihat menggendong Tiur! Dari situlah asal muasal "lintah" itu datangnya...

"Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada gundul yang tak botak" Hubungan gelap Tiur dan Udut akhirnya terlihat juga ketika rembang petang tiba. Landong tak terima diselingkuhi. Sebulan opera Sotul Nabalau manggung, sudah tiga kali Landong adu jotos dengan Udut.

***

Malam ini adalah pertunjukan terakhir di Bah Jambi, dengan lakon pamungkas, Sotul naso hea malamun. Bos ingin semuanya bermain sebagus mungkin agar memberi kesan yang baik bagi penonton. Udut paham, dia kali ini pun pasti akan ditinggal juga. Dia lalu mengajak Tiur melarikan diri sehabis pertunjukan terakhir ini.

Adegan puncak dari cerita terakhir ini adalah, Ompu Partungkot Bosi menikam Ompu Pargabus karena Ompu Pargabus memasukkan racun kedalam cangkir kopinya. Udut memerankan tokoh Ompu Partungkot Bosi, sedangkan Landong berperan sebagai tokoh Ompu Pargabus.

Pertunjukan terakhir ini disesaki penonton, termasuk para penjual kassang, tolor rebus dan rokok oplosan! Semua penonton terlihat tegang menikmati pertunjukan. Pada akhir cerita, Udut menikam Landong dengan pedangnya. Landong pun berteriak dengan kuat lalu terjatuh ke lantai. Lalu layar pun turun dengan gerakan tersendat. Sambil berdiri, semua penonton bertepuk tangan dengan takzim...

Tak lama kemudian, semua cabin crew berteriak ketakutan. Landong terbujur kaku bersimbah darah beneran! Udut dan Tiur telah kabur menaiki bus PO. Serigala carteran menuju kota Tanjung Balai. Tak jauh dari desa Bandar, tiba-tiba Udut mengaduh kesakitan dengan mulut berbusa tanda keracunan. Tak lama kemudian Udut meregang nyawa... Tinggallah Tiur meratap dalam tangis....

Sayup-sayup terdengar "andung-andung" (lagu ratapan) yang mengalun dengan lembut...

Sidua dua... sitolu tolu...

Sotung lupa ho ito dipadanta na togu

Sotung lupa ho ito dipadanta na togu

Tung bulan na diginjang parasaran ni borong-borong

Sai bulan na diginjang pardomuan ni simalolong ale inang

pardomuan ni simalolong ale inang...

Salam hangat,

 Reinhard Freddy Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun